Selasa 30 Desember 2014
pukul 10.00 pagi, setelah pencarian selama dua hari serpihan pesawat dan
beberapa jasad penumpang Air Asia yang hilang akhirnya ditemukan. Sontak kabar
tersebut mengagetkan keluarga korban dan masyarakat Indonesia yang pada akhir tahun
harus kembali berduka karena tragedi.
Dibalik penemuan tersebut
sebenarnya terselip lagi kisah kehebatan Denjaka (Detasemen Jala Mangkara),
satuan khusus paling misterius dan disegani di dunia Internasional terutama
setelah mereka merajai RIMPAC di Hawaii USA.
Senin pagi, setelah 24 jam
pesawat hilang dan pencarian tak kunjung membuahkan hasil, Wakasal meminta izin
panglima TNI lewat Kasal untuk menerjunkan Denjaka dalam operasi pencarian ini.
Pertimbangan Wakasal ini juga didasari bahwa pencarian lewat udara hanya
dimungkinkan ketika matahari ada, sedangkan pada malam hari harus dihentikan.
Tugas Denjaka kali ini
terbilang berat karena mereka diperintahkan melakukan “Rubber Duck Operation”,
yakni operasi berisiko tinggi yang sering dilakukan oleh anggota Pasukan Intai
Ampibi Korps Marinir. Operasi itu diawali dengan menerjunkan perahu karet
(rubber) dari udara yang dikaitkan pada parasut selanjutnya para peterjun
dengan teknik free fall menyusul mengejar arah jatuhnya perahu karet.
Sebelum Rubber diluncurkan
dari pesawat, terlebih dahulu diperhitungkan faktor ketinggian, arah, dan
kecepatan angin agar proses penerjunan berlangsung sempurna dan pendaratan
tertuju pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya. Total personel yang
dilibatkan ada 53 personel. 50 personel di lapangan dan 3 personel memantau
komando dari darat, laut dan udara.
Pasukan ini didesain untuk
bertugas selama tiga hari, sesuai perbekalan yang disiapkan dan bisa
diperpanjang 1 hari bila bekal habis. Setelah di laut mereka akan melakukan
Duck Operation, 1 personel akan siaga di atas perahu karet dan memantau posisi
rekanya, sedang yang lainya akan berenang menyisir lokasi operasi yang
ditunjukkan Basarnas.
Saat matahari terbenam,
saat tim udara berhenti melakukan penyisiran, saat itulah tim dari Denjaka
bekerja. Mereka selesai diterjunkan di laut pada pukul 15.00 hari Senin.
Basarnas telah menginstruksikan agar di hari kedua ini operasi dilakukan 24jam
tanpa dihadang lagi alasan malam hari. Di tengah gelap malam, Tim Denjaka
inilah gugus depan Basarnas yang terus bekerja.
Kurang dari 24 jam
bekerja, tim Denjaka membuahkan hasil. Pukul 07.00 pagi salah satu personel
mengirimkan koordinat GPS dan melaporkan temuan jasad dan beberapa puing yang
mengapung yang diduga korban Air Asia. Laporan diterima, Basarnas segera
menyiapkan pesawat CN295 untuk mengkonfirmasi temuan tersebut.
Setelah cuaca mendukung,
Helikopter menyusul terbang ke lokasi dari Pangkalan Bun. Setelah itu, TNI AU
kembali menerbangkan dua pesawat yakni, Hercules C-130 dan Hercules A-1318
menuju lokasi temuan pertama pada pukul 11.15.
Pukul 12.45 KRI Bung Tomo
tiba di lokasi untuk melakukan evakuasi korban dan menjemput tim Denjaka.
Operasi berhasil dan semua tim pulang dengan selamat setelah 18 jam menjadi
bebek di laut (Duck Operation). Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=835166566542019&id=720983154627028&substory_index=0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar