Mus'ab mengenakan pakaian terbaiknya, menyisir rambutnya,
menyemprotkan parfum ke tubuhnya, lalu pergi. Aroma parfumnya menyebar
keseluruh penjuru. Beberapa orang wanita berbisik-bisik tentang pemuda kaya raya
itu. Mereka berharap bahwa Mus'ab mau menikahi salah satu putrinya.
Mus'ab menghibur dirinya bersama temannya. Suatu hari, ia mendengar
tentang suatu peristiwa baru yang terjadi di Makkah. Saat itu, Nabi Muhammad
saw mulai mengajak orang-orang masuk Islam.
Mus'ab memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad saw. dan mendengar
khotbah beliau. Sehingga, ia pun pergi menuju rumah Al Arqam. Tadinya, dia
bermaksud untuk meluangkan sedikit saja waktunya bersama Nabi Muhammad saw,
karena ia telah berjanji pada teman-temannya untuk pergi mencari hiburan.
Namun, ketika Mus'ab duduk di hadapan Nabi Muhammad saw, dia
mendapatkan sesuatu yang baru. Dia menyadari akan ampunan, cinta sejati, dan
akhlak yang baik. Maka, ia pun mendngarkan kata-kata Nabi.
Tiba-tiba ia berkata, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad itu utusan Allah."
Sejak saat itu, Mus'ab pun menjadi orang yang beriman. Dia mulai
menatap ke langit dan merasakan penderitaan kaum miskin. Lalu, siapakah Mus'ab
itu ?
Nama lengkapnya adalah Mus'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf.
Dia berasal dari bani Abdul Daar yang berasal dari suku Quraisy. Dia termasuk
salah satu sahabat terbaik. Dia masuk Islam pada masa awal. Dia merahasiakan
keislamannya. Ketika kaum kafir mengetahui keislamannya, mereka pun
memenjarakan ia di dalam rumahnya. Dia berhijrah ke Habsyi (Ethiopia) dan
kemudian kembali lagi ke Makkah.
Nabi Muhammad saw. mengirim ia ke Madinah untuk mengajarkan Alquran
pada orang-orang. Jadi, ia merupakan Muhajirin pertama. Rasulullah saw
menjulukinya Mus'ab al Khair.
Dia ikut serta dalam Perang Badar. Dia syahid dalam Perang Uhud dan
dialah yang membawa bendera Nabi saw.
Masuk Islamnya Mus'ab
Pada suatu malam, Mus'ab pulang ke rumahnya. Dia makan malam tanpa
berkata apa-apa. Dia hanya makan satu jenis makanan. Ayahnya memandanginya.
Ibunya pun heran dengan kebiasaan barunya itu. Ibunya bertanya tentang hal itu.
Dia hanya menjawab," Tidak ada apa-apa."
Ketika waktu tidur tiba, Mus'ab berbaring di tempat tidurnyadan
memandangi langit yang berbintang. Dia pun merasa sangat kagum atas kebesaran
Allah, Pencipta langit dan Bumi,Penguasa jagad raya.
Semua sudah tertidur, Namun Mus'ab masi terjaga. Dia bangun dan
berwudu dengan hati-hati agar tidak seorang pun melihatnya. Dia memasuki
kamarnya dan mulai berdoa pada Allah, Yang Mahamulia.
Pada pagi berikutnya, ibu Mus'ab meras heran dengan perilaku aneh
anaknya. Dia tak berhenti di depan cermin untuk menyisir rambutnya. Dia tidak
memakai parfum di tubuhnya. Dia hanya berpakaian seperti orang biasa. Selain
itu, ia memperlakukan orang tuanya dengan sopan.
Suatu hari, ibunya mendengar kabar mengenai seringny6a Mus'ab pergi
ke rumah Al Arqam. Ibunya pun menjadi marah. Ibu Mus'ab menunggu kedatangannya
dengan tidak sabar.
Mus'ab kembali pada sore harinya dan menyapa ibunya. Namun ibunya
menampar pipinya dan berkata dengan keras," Mengapa kau tinggalkan agama
leluhurmu dan mengikuti agama Muhammad ?"
Mus'ab menjawab,"Ibunda, karena itu merupakan agama
terbaik."
Ibunya kehilangan akal sehatnya karena semua orang telah
mengabaikannya termasuk juga suaminya. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya
lagi. Maka, ia pun menampar pipi anaknya lagi.
Mus'ab lalu duduk dengan sedih. Ibunya pun ikut duduk juga. Ia
mulai berfikir bagaimana caranya agar anaknya itu kembali ke agama leluhurnya
lagi.
Dengan lembut, ibunya berkata," Tidakkah kau lihat umat Islam
menderita karena penyiksaan? Islam adalah agama para budak. Agama ini cocok
untuk Bilal, Suhaib, dan Ammar. Sedangkan kau merupakan bagian dari suku
Quraisy yang terhormat."
Mus'ab memandang ke arah ibunya dan berkata," Tidak Bu! Islam
adalah agama semua orang. Tidak ada perbedaan antara Quraisy dengan selain
Quraisy, dan antara yang hitam dan yang putih. Yang membedakan diantara mereka
hanyalah ketaqwaan pada Allah. Ibu, aku mohon ikutilah agama Allah dan
tinggalkan berhala karena mereka tidak berguna!"
Ibunya tetap diam. Dia lalu memikirkan cara lain agar anaknya
meninggalkan agama Muhammad saw.
Matahari bersinar pada keesokan paginya. Sinarnya memenuhi
rumah-rumah di kota Makkah dan perbukitannya. Rumah itu tampak sepi. Mus'ab
bertanya dalam hatinya," ke manakah ibuku pergi?"
Mus'ab hendak keluar. Dia lalu menuju pintu, dan mencoba untuk
membukanya namun pintu itu ternyata terkunci. Mus'ab pun menunggu kedatangan
ibunya. Satu jam telah berlalu. Pintu itu kemudian terbuka. Ibunya bersama
seorang lelaki beserban muncul dari belakang pintu. Lelaki itu membawa pedang
di tangan kanannya dan rantai di tangan kirinya.
Penjara
Ibunya berkata padanya," Apakah kau ingin pergi ke rumah Al
Arqam?"
Mus'ab terdiam. Ibunya pun melanjutkan, "Ruangan itu akan menjadi
penjara bagimu hingga kau tinggalkan agama Muhammad."
Dengan tegas Mus'ab menjawab," Lebih baik aku mati demi agama
Muhammad !"
Orang beserban itu pun lalu merantai Mus'ab, dan ibunya
mendorongnya ke dalam kamar yang menjadi penjara baginya.
Hari-hari pun berlalu.
Mus'ab pun menderita kelaparan dan kesepian dalam penjara. Mus'ab
tak henti-hentinya menangis.
Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim mendengar tentang penderitaan
Mus'ab. Mereka merasa prihati terhadap Mus'ab. Mereka kagum kepada Mus'ab
karena dia memilih dipenjara dari pada mengingkari agama Allah.
Kebebasan
Mus'ab selalu beribadah kepada Allah selama dalam kurungan. Dia
ikhlas dengan takdirnya. Namun, dia merasa bahwa kebebasan merupakan hal
terindah dalam hidup, dan keimanannya pada Allah merupakan jalan menuju
kebebasan. Mus'ab merasakan penderitaan budak-budak di Makkah.
Hari dan minggu pun berlalu. Mus'ab masih tetap dikurung. Allah
berkehendak untuk menyelamatkannya dari penderitaan itu.
Tersebutlah seorang raja di negeri Habsyi. Nabi Muhammad saw.
menyeru pada umat Muslim untuk berhijrah ke sana.
Seorang Muslim dengan sembunyi-sembunyi datang ke penjara Mus'ab.
Orang itu memberi tahu Mus'ab tentangt hijrahnya umat Islam. Mus'ab pun gembira
dan penuh harapan. Orang tersebut melepaskannya dari penjara. Dia senang dapat
ikut bersama kaum Muslim. Mereka melewati gurun pasir menuju laut merah.
Ke Negeri Habsyi
Kafilah itu telah sampai ke pelabuhan Jeddah. Mereka berjumlah lima
belas orang. Mereka melarikan diri dari kaum kafir untuk menyelamatkan
agamanya. Sebuah kapal merapat ke pelabuhan Jeddah. Kapal itu menuju ke Habsyi.
Muhajirin (orang-orang yang hijrah) pun pergi. Mereka mengucap syukur ke
hadirat Allah atas keimanan dan keselamatan mereka.
Angin berhembus sepoi-sepoi, dan air laut tenang. Kapal itu mulai
bertolak menuju Habsyi. Setelah beberapa hari, kapal itu pun sampai di Habsyi.
Al Najashyi, Raja Habsyi, adalah orang yang adil. Dia menyambut
kedatangan umat islam ke negerinya.
Di antara Muhajirin terdapat Abdurrahman bin Auf, Al Zubair bin al
Awam, Utsman bin Mazun, Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan dan istrinya
Ruqayyah (putri Nabi), Umi Ayman, Abu Salamah dan istrinya Umu Salamah, serta
Mus'ab bin Umair.
Muhajirin dapat beribadah kepada Allah dengan tenang. Mereka
berharap dapat mendengarkan berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan
tentang mereka yang mengikuti Nabi. Mereka memohon pada Allah agar
menganugerahkan kemenangan kepada mereka atas kaum kafir.
Kaum kafir berencana untuk membawa kembali umat Muslim dengan
paksaan. Mereka pergi menuju pelabuhan Jeddah. Mereka tidak menemukan kapal itu
karena ternyata kapal itu telah berangkat ke Habsyi. Kemudian, mereka pun
memikirkan cara lainuntuk membawa pulang umat Islam.
Kepulangan
Kaum kafir ingin mengadakan perdamaian dengan Nabi Muhammad saw.
karena Islam menyebar dengan cepat.
Sebagai contoh, Hamzah bin Abdul Muththalib (paman Nabi saw) telah
menjadi Muslim karena Abu Jahal telah menganiaya Nabi saw. Lalu Umar bin
Khaththab, musuh umat Islam yang paling kejam, telah menjadi Muslim juga. Tentu
saja, kaum Muslim menyadari akan kekuatan besarnya.
Selama masa tersebut, Raja menerima Muhajirin di negerinya.
Sehingga, rakyatnya memberontak terhadapnya.
Umat Muslim berfikir untuk pulang kembali ke Makkah agar tidak
menempatkan Al Najashyi dalam posisi yang paling sulit. Dalam pada itu, mereka
mendengar tentang gencatan senjata antara kaum Muslim dan kaum kafir di Makkah.
Setelah tiga bulan di Habsyi, kaum Muslim memutuskan untuk kembali
ke Makkah. Sebelum umat Islam tiba di Makkah, mereka mendengan kabar buruk.
Yaitu kabar tentang kaum Quraisy yang masih tetap berlaku tidak adil. Mereka
terus menyiksa umat Muslim.
Oleh karena itu, Muhajirin berada diantara dua pilihan, yaitu
kembali ke Habsyi atau masuk ke Makkah dan mengalami penyiksaan lagi. Sebagian
Muhajirin kembali ke Habsyi dan sebagian lagi tetap memilih untuk tetap pergi
ke Makkah.
Mus'ab memilih untuk pulang ke Makkah. Mus'ab pulang ke rumah untuk
mencari ibunya. Ternyata ibunya masih tetap keras kepala. Ibunya berusaha untuk
memenjarakan Mus'ab lagi, namun Mus'ab meninggalkan rumahnya. Matanya
berlinangan air mata.
Mus'ab ingin ibunya menjadi Muslim juga. Dia berharap ibunya dapat
membuka matanya agar dapat melihat cahaya tauhid. Namun jawaban terakhir
ibunya adalah," Aku tak ingin orang-orang mengatakan bahwa aku lebih
memilih agama anakku dibandingkan agama ayahku."
Pertemuan di Makkah
Nabi Muhammad saw. sedang menantikan musim ziarah untuk mengajak
para peziarah untuk masuk Islam.
Enam orang yang berasal dari Yatsrib datang ke Makkah. Nabi saw.
bertanya pada mereka," Kalian berasal dari mana?"
Mereka menjawab," Kami dari Yatsrib. Kami berasal dari suku
Khazraj."
Nabi saw. lalu berkata pada mereka," Apakah kalian para
pendukung kaum Yahudi ?"
Mereka menjawab," Benar."
Kemudian Nabi saw duduk bersama mereka. Lalu, beliau membacakan
beberapa ayat Alquran dan mengajak mereka untuk masuk Islam.
Penduduk Yatsrib telah mendengar dari kaum Yahudi bahwa seorang
nabi akan segera muncul. Karena itulah, mereka saling berkata, "Dialah
nabi yang telah diceritakan oleh kaum Yahudi."
Dengan segera mereka menjadi Muslim dan berkata, " Permusuhan
antara suku Aus dengan suku Khazraj semakin sengit, semoga Allah mempersatukan
kami melalui engkau!"
Mereka lalu pergi menuju Yatsrib dan mulai mengajak penduduknya
untuk masuk Islam.
Penghormatan Pertama Al Akaba
Ketika musim ziarah dimulai, dua belas orang Yatsrib datang dan
menemui Nabi saw. di tempat yang bernama Al Akaba.
Kedua belas orang tersebut berjanji pada nabi bahwa mereka tak akan
menjadi musyrik, takkan mencuri, takkan berzina, takkan membunuh anak perempuan
mereka, dan takkan berkata bohong.
Muhajirin Pertama
Umat Muslim di Habsyi meminta Nabi Muhammad saw. agar mengirimkan
seseorang untuk mengajar mereka tentang Islam.
Nabi Muhammad saw. merasa Mus'ab adalah orang yang paling tepat
untuk mengemban tugas tersebut. Oleh karena itu, beliau menyuruhnya untuk
bersiap-siap pergi hijrah ke Habsyi.
Mus'ab bin Umair mematuhi perintah Nabi saw. dan kemudian pergi
bersama yang lainnya menuju Habsyi.
Oleh karena itu, Mus'ab bin Umair adalah orang yang pertama hijrah
ke Habsyi karena Allah semata. Dia tinggal bersama Sa'ad bin Zarara, yang juga
termasuk orang yang masuk Islam pada masa awal.
Hari demi hari berlalu. Mus'ab bersama kaum Muslim lainnya
mengajari mereka tentang Islam dan membacakan mereka ayat-ayat Alquran.
Penyebaran Agama Islam
Sa'ad bin Zarara ingin menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru
Makkah. Dia mengajak Mus'ab untuk pergi bersamanya menuju rumah bani Ashal dan
bani Zafar.
Sa'ad bin Ma'adh dan Usaid bin Khuzair, adalah pemimpin bani Ashal.
Mereka adalah orang-orang kafir yang bertuhan banyak.
Sa'ad bin Ma'adh berkata pada Usaid bin Khuzair, "Pergi dan
hardiklah kedua orang itu! Lalu usir mereka dari rumah kita. Sa'ad bin Zurara
adalah sepupuku. Dan aku merasa malu karenanya."
Usaid bin Khuzair mengambil pedangnya dan menghampiri mereka. Ada
sekelompok orang yang berasal dari Yatsrib di sekeliling mereka. Mereka sedang
mendengarkan ayat-ayat Alquran.
Sa'ad bin Zurara melihat Usaid berjalan ke arahnya. Dia berkata
pada Mus'ab, "Dia adalah Usaid. Dia adalah pemimpin suku ini. Apabila dia
menjadi Muslim, maka seluruh sukunya pun akan menjadi Muslim."
Usaid berhenti di dekat mereka. Dia lalu berkata dengan nada
mengancam," Jika kalian masih senang hidup, pergilah dari sini!"
Mus'ab dengan sopan berkata," Duduklah beberapa menit saja.
Dengarkanlah apa yang sedang kami bacakan. Jika engkau tidak menerimanya, kami
akan pergi."
Usaid lalu berkata," Aku rasa itu adil, baiklah."
Usaid kemudian menaruh pedangnya di lantai dan duduk.
Mus'ab mulai membacakan beberapa ayat Alquran. Usaid merasa bahwa
keyakinan mulai memasuki hatinya. Ekspresinya berubah seketika.
Kemarahannya menghilang.
Ia lalu berkata dengan senyuman," Alangkah indahnya !"
Mus'ab berkata," Inilah agama terbaik. Nabi yang jujur dan
dapat dipercaya telah membawanya."
Usaid lalu bertanya," Apa yang harus aku lakukan apabila aku
ingin menjadi seorang Muslim?"
Mus'ab menjawab," Bersihkanlah tubuhmu, berwudulah,
katakanlah,' Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad
Rasulullah dan hamba Allah.' Lalu salatlah dua rakaat."
Usaid berdiri lalu pulang ke rumahnya. Kemudian ia membersihkan
tubuhnya, berwudu, setelah itu kembali menghadap Mus'ab dan Sa'ad bin Zarara,
lalu ia pun menjadi Muslim. Kemudian dia berkata, "Ada seorang pria di
sana. Pria itu adalah kawanku. Apabila ia menjadi seorang Muslim, maka seluruh
sukunya akan menjadi Muslim juga. Akan kupanggilkan dia."
Sa'ad bin Ma'adh Masuk Islam
Usai kemudian kembali menuju kawannya, Sa'ad. Ketika Sa'ad bin
Ma'adh melihatnya di kejauhan, dia berkata pada kawannya," Demi Tuhan,
Usaid datang dengan wajah yang lain." Maksudnya, Usaid telah berubah.
Sa'ad bertanya pada Usaid," Apa yang telah kau lakukan?"
Usaid menjawab," Aku telah menyuruh mereka pergi. Dan mereka
berkata," Kami akan melakukan apa yang kau inginkan."
Kemudian Sa'ad bertanya," Di mana mereka sekarang?"
Usaid menjawab," Di tempat mereka."
Sa'ad lalu berkata dengan marah," Engkau tidak melakukan apa
pun!"
Sa'ad kemudian berdiri, mengambil pedang dari Usaid, dan pergi
menghampiri Mus'ab bin Umair.
Mus'ab tersenyum. Dia meminta Sa'ad untuk duduk dan mendengarkan.
Kemudian dia berkata," Apabila kata-kata kami mengganggu kalian, maka kami
akan pergi!"
Setelah Sa'ad menaruh pedangnya, ia lalu duduk.
Mus'ab membacakan beberapa ayat Alquran. Kemudian, Mus'ab
memberitahu Sa'ad tentang akhlak Islam yang baik, persahabatan, dan
persaudaraan.
Sa'ad merasa bahwa hatinya condong pada agama Islam, sehingga ia
lalu berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah Rasulullah dan hamba Allah."
Sa'ad merahasiakan keislamannya, karena ia bermaksud untuk
melakukan sesuatu.
Sa'ad adalah pemimpin dan panutan bani Ashal. Mereka menantikan
kepulangannya. Dia dan Mus'ab bin Umair pulang kembali menghampiri bani Ashal.
Ketika Sa'ad mendekati mereka, dia berhenti lalu berkata," Bani Ashal,
siapakah aku?"
Mereka semua menjawab,"Pemimpin dan panutan kami!"
Sa'ad bin Ma'adh lalu berkata," Aku mengajak kalian untuk
percaya pada Allah dan Rasulullah."
Seluruh anggota bani Ashal kemudian menganut agama Islam. Oleh
karena itu, Mus'ab bin Umair mulai mengajari mereka prinsip-prinsip dalam agama
Islam.
Penghormatan Kedua Al Akaba
Musim ziarah yang baru dimulai. Mus'ab bin Umair dan sekolompok
umat Muslim pergi menuju Makkah. Sekelompok kaum kafir juga berangkat ke sana.
Kaum kafir mengunjungi Makkah dan melakukan upacara ritual khusus.
Mus'ab ingin menemui Nabi saw. untuk memberitahu beliau tentang
penyebaran agama Islam di Yatsrib.
Sekelompok umat Muslim secara diam-diam mengunjungi Nabi Muhammad
saw. Mereka meminta beliau untuk menemui mereka di Bukit Al Akaba di malam
hari. Mereka tidak ingin kaum kafir Quraisy mengetahui pertemuan mereka.
Saat kaum kafir sedang tidur, diam-diam kaum Muslim pergi menuju
Bukit al Akaba. Kaum Muslim tersebut berjumlah 73 orang. Dua di antara mereka
adalah wanita. Yang pertama Nasiba binti Ka'ab, dia berasal dari bani Najar.
Yang kedua Asma binti Amru, dia berasal dari bani Salamah.
Nabi Muhammad saw. datang ke bukit. Begitu pula paman Nabi,Abbas,
yang merahasiakan keislamannya karena dia takut pada orang-orang Quraisy,
datang juga bersama Nabi.
Umat Muslim kemudian melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw.
Mereka meyakinkan Nabi bahwa mereka akan membela Islam. Mereka berkata pada
Rasulullah saw," Kami telah menghormatimu! Kami akan setia padamu. Lalu
apakah yang kami peroleh ?"
Nabi Muhammad saw. menjawab," Surga!"
Munat Sang Berhala
Utusan Nabi kembali ke Madinah. Mus'ab bin Umair juga kembali ke
Madinah. Dia sangat gembira atas kemenangan Islam. Agama Islam sudah
menyebar. Cahayanya menyinari Yatsrib. Kebanyakan penduduk Yatsrib memeluk
agama Islam, dan hanya sedikit saja yang masih tetap bertuhan banyak dan
menyembah berhala.
Amru bin Jamuh termasuk di antara mereka, namun putranya, Ma'adh,
ikut melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. di Bukit al
Akaba. Amru bin Jamuh membuat berhala dari kayu. Dia menamakannya Munat.
Dia menaruh berhala tersebut di halaman rumahnya. Dia menyembahnya setiap hari.
Ma'adh memikirkan cara untuk meyakinkan ayahnya tentang kesia-siaan
menyembah berhala. Dia setuju dengan kaum Muslim lainnya untuk mengambil
berhala tersebut.
Pada malam hari, Amru bin Jamuh pergi ke kamarnya untuk tidur.
Putranya masih terjaga dan sedang menunggu kawan-kawannya.
Pada waktu yang telah disepakati, kawan-kawannya datang. Ma'adh
membuka pintu dengan hati-hati. Kawan-kawannya lalu masuk ke rumah. Mereka
kemudian mengikat berhala itu dengan tali dan menariknya keluar. Mereka pergi
ke luar kota. Mereka lalu melempar berhala itu ke lubang pembuangan sampah.
Setelah itu, Ma'adh pulang dengan tenang dan pergi tidur.
Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh bangun. Dia tidak menemukan
Munat. Ia lalu mulai mencari berhalanya di sepanjang jalan. Ia berteriak-teriak,"
Siapa yang telah mencuri Tuhanku?"
Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Akhirnya ia
menemukannya di lubang tempat pembuangan sampah. Dia mengeluarkannya dari
lubang tersebut dan membawanya kembali ke rumahnya. Dia lalu membersihkannya
dan memberikan wewangian. Kemudian dia berlutut dan memohon maaf pada berhala
itu.
Pada malam berikutnya, kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka menarik
berhala itu dan membawanya ke luar kota lalu membuangnya ke tempat yang sama.
Amru bin Jamuh bangun dari tidurnya. Dia tidak dapat menemukan
berhalanya. Sehingga ia pun pergi ke luar kota. Dia membawa berhalanya kembali
ke rumah dan membersihkannya. Saat itu, ia mulai kesal. Oleh karena itu, ia
kemudian menempelkan sebuah tulisan di leher Munat. Dia berkata pada
Munat," Jika engkau benar-benar Tuhan, maka belalah dirimu!"
Hari sudah gelap. Kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka membawa kembali
berhala itu ke tempat lain. Mereka mengikatnya pada bangkai anjing dan
melemparnya ke dalam sebuah lubang.
Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke
mana-mana. Kemudian ia menemukannya terikat pada anjing yang telah mati.
Sehingga ia lalu menendang berhala itu dengan kakinya. Dia berkata,"
Sungguh Tuhan yang nakal engkau!"
Sejak saat itu, Amru bin Jamuh percaya pada agama Islam. Ma'adh
sangat senang saat ayahnya menjadi Muslim.
Hijrahnya Nabi
Kaum kafir sering menyakiti kaum Muslim, sehingga Nabi
memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah.
Umat Muslim mulai meninggalkan Makkah secara diam-diam. Mereka
pergi ke Madinah seorang demi seorang atau kelompok demi kelompok. Kaum kafir
Quraisy mengetahui tentang hijrahnya kaum Muslim. Sehingga mereka mulai
menangkap dan menyiksa sebagian dari mereka.
Tiga belas tahun berlalu setelah misi kenabian. Abu Jahal mendesak
kaum kafir Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Jibril lalu turun dari
langit memberitahu Rasulullah saw. tentang rencana jahat kaum kafir itu.
Malaikat Jibril memerintahkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah.
Nabi saw. memutuskan untuk meninggalkan Makkah dengan diam-diam,
beliau meminta sepupunya, Ali, untuk tidur di tempat tidurnya. Ali menerima
permintaan Nabi dengan senang hati.
Ketika kaum kafir mendobrak rumah Nabi. Mereka melihat Ali sedang
tidur di atas tempat tidur Nabi. Mereka mengagumi Ali dengan keberanian dan
pengorbanannya.
Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah. Penduduknya menyambut beliau
dengan shalawat. Pada saat itu, Yatsrib diberi nama Madinah.
Nabi Muhammad saw. mulai membangun masyarakat baru.
Nabi Muhammad saw. membangun sebuah masjid. Masjid tersebut
merupakan simbol dari tauhid. Kemudian, beliau membuat persaudaraan antara
Muhajirin (kaum yang hijrah dari Makkah) dengan Anshar (Kaum penolong yang asli
Mdinah).
Perang Badar
Kaum kafir di Makkah menyerang dan merampok rumah-rumah umat
Muslim.
Nabi Muhammad saw. ingin menghukum kaum kafir Quraisy. Beliau
mendengar tentang kafilah dagang yang kembali dari Syam. Nabi Muhammad saw.
kemudian memerintahkan kaum Muslim untuk menyerang kafilah dagang tersebut.
Abu Sufyan, pemimpin kafilah dagang tersebut, mendengar tentang
rencana kaum Muslim. Ia lalu mengutus seseorang kepada pemimpin kaum Quraisy
agar mengirimkan perbekalan yang penting padanya. Ia pun mengubah arah
perjalanan kelompoknya.
Kaum kafir bersiap-siap untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka
mengerahkan 950 orang prajurit dan berangkat menuju Madinah.
Nabi Muhammad saw. membentuk suatau pasukan. Pasukan tersebut
berjumlah 313 orang. Beliau memberi Mus'ab bin Umair bendera Muhajirin. Beliau
memberi Sa'ad bin Ma'adh bendera Anshar. Dan beliau memberikan benderanya, yang
disebut Al Ikaab, pada Ali bin Abi Thalib.
Kedua pasukan bertemu di dekat Sumur Badar.
Perang pun pecah. Kaum Muslim berjuang dengan gagah berani. Allah
menganugerahkan mereka kemenangan. Kaum Muslim membunuh banyaka kaum kafir.
Selain itu, mereka menangkap banyak kaum kafir seperti Nadhar bin Harits.
Nadhar bin Harits berkata pada Mus'ab bin Umair," Beri tahu
kawanmu (Nabi Muhammad saw.) agar menganggapku sebagai tawanan perang!"
Mus'ab kemudian berkata padanya," Engkau telah menyiksa para
sahabatnya."
Nadhar mencoba untuk mengingatkan Mus'ab akan fanatisme Quraisy
sebelum Mus'ab masuk Islam.
Mus'ab lalu berkata, " Aku tidak sependapat denganmu. Islam
menentang fanatisme."
Mus'ab tidak memikirkan apa pun kecuali agama Islam.
Perang Uhud
Kaum kafir Quraisy bersiap-siap untuk membalas dendam pada kaum
Muslim. Setahun berlalu setelah Perang Badar. Kaum kafir mebentuk sebuah
pasukan besar. Jumlah pasukan itu mencapai tiga ribu prajurit. Abu Sufyan
memimpin pasukan tersebut.
Pasukan kaum kafir maju menuju Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah merasa khawatir atas kemenangan kaum Muslim
pada saat Perang Badar. Mereka penuh dengan rasa dengki. Ka'ab bin Ashraf,
seorang Yahudi yang berasal dari bani Nadhir, pergi ke Makkah. Dia mendesak
kaum kafir untuk membalas dendam pada kaum Muslim.
Abu Sufyan berkata pada Ka'ab,"Agama manakah yang lebih baik,
agama Muhammad atau agamamu?"
Ka'ab berkata sambil tersenyum,"Bukan keduanya. Yang terbaik
adalah agamamu!"
Maka kaum Yahudi pun berhasil membujuk kaum kafir. Karena itulah,
pasukan kaum kafir berangkat menuju Madinah.
Menghadapi Kaum Kafir
Setelah beberapa kali pembicaraan di Masjid Nabi, Kaum Muslim
setuju untuk menghadapi kaum kafir di dekat Bukit Uhud di luar Madinah. Nabi
Muhammad saw. membentuk sebuah pasukan. Pasukan itu berjumlah tujuh ratus
orang. Nabi Muhammad saw. memberikan benderanya pada sahabat yang berani Yaitu
Mus'ab bin Umair.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan lima puluh pemanah terbaik untuk
tetap berada di Bukit Aianain. Tugas mereka adalah melindungi kaum Muslim dari
serangan mendadak. Oleh karena itu, Nabi saw. memerintahkan mereka agar tidak
meninggalkan tempat mereka apapun yang terjadi.
Beliau saw. berkata pada mereka," Lindungi kami dari belakang.
Jangan tinggalkan tempat kalian apabila kalian melihat kami mengumpulkan barang
rampasan perang atau pun apabila kami terbunuh."
Ketika pertempuran pertama dimulai, Kaum Muslim memperoleh
kemenangan besar. Mereka mulai mengejar kaum kafir. Para pemanah di atas bukit
lupa akan perintah Nabi saw. Mereka melihat saudara-saudara mereka mengumpulkan
rampasan perang. Mereka menginginkannya juga, mereka pun meninggalkan tempat
mereka.
Khalid bin Walid memimpin pasukan kaum kafir. Dia melancarkan
serangan mendadak. Para pemanah di atas bukit tidak dapat menahan serangan
mereka. Sehingga sebagian dari mereka terbunuh dan syahid. Serangan itu
menyebabkan kaum Muslim berada dalam kekacauan.
Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabat seperti Ali bin Abi Thalib.
Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Mus'ab bin Umair menghadapi serangan tersebut.
Mus'ab membawa bendera Muslim. Ia bertempur dengan gagah berani
untuk melindungi Rasulullah saw.
Pasukan kafir menyerang Mus'ab dengan gencar untuk menjatuhkan
bendera Islam. Mus'ab melawan dengan gigih. Namun, setelah memberikan
perlawanan keras, Mus'ab pun jatuh ke tanah dan syahid.
Rasulullah saw. memerintahkam Imam Ali untuk mengangkat bendera
Islam tinggi-tinggi. Pertempuran berlanjut. Lalu, Hamzah pun syahid. Beberapa
sahabat terus bertempur dengan berani. Abu Dajana al Anshari dan Sahal bin
Hunaif berada di antara mereka.
Rasulullah saw. terluka parah. Kaum kafir melancarkan serangan
gencar untuk membunuh beliau saw. Rasulullah saw. berkata pada Imam Ali,
"Lawan kaum kafir ini!"
Imam Ali bertempur dengan pedangnya,Dzulfikar. Ia tidak menggubris
luka-lukanya. Malaikat Jibril turun dari langit. Dia berkata pada Rasulullah
saw., "Wahai Muhammad, para malaikat di surga mengagumi ketahananmu."
Penarikan Mundur
Karena situasi bertambah kritis, Rasulullah saw. memutuskan untuk
menarik mundur pasukan Islam agar mereka dapat beristirahat. Beliau saw.
memanggil mereka," Aku adalah rasul Allah. Mendekat padaku!"
Rasulullah memimpin para sahabatnya menuju puncak Bukit Uhud.
Abu Sufyan berdiri di kaki bukit dan berkata," Sehari untuk
sehari."
Lalu ia berkata," Hubal yang agung!"
Rasulullah saw. memerintahkan para sahabatnya untuk berkata:
"Allah Lebih Agung!"
Abu Sufyan berkata," Kami memiliki pendukung, sedangkan kalian
tidak!"
Rasulullah saw. berkata," Allah SWT adalah pendukung kami,
kalianlah yang tidak memiliki pendukung!"
Pertempuran berakhir. Kaum Muslim mendapat pelajaran yang tak
terlupakan dari pertempuran itu. Yakni untuk mematuhi Rasulullah saw. dalam
keadaan apa pun.
Kaum Muslim kehilangan tujuh puluh pejuang. Kaum kafir kehilangan
28 prajurit.
Rasulullah saw. tiba di Madinah. Kaum Muslim gembira menyambut
kedatangan beliau. Rasulullah menyampaikan rasa duka citanya pada Hamna
binti Jahasy (istri Mus'ab) atas kesyahidan pamannya.
Wanita itu berkata, " Kita milik Allah dan akan kembali
kepada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"
Rasulullah saw. lalu menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan
saudaranya, Abdullah. Wanita itu berkata," Kita milik Allah dan akan
kembali pada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat
syahid!"
Rasulullah saw. kemudian menyampaikan rasa duka citanya atas
kesyahidan suaminya, Mus'ab.
Wanita itu larut dalam tangis dan berkata,"Betapa
menyedihkan!"
Ia terus mencucurkan air mata kepahitan. Rasulullah saw. tahu bahwa
Hamna sangat mencintai suaminya yang pemberani itu.
Wanita Mukmin itu akhirnya pulang sambil menangis. Melihat hal itu,
Rasulullah saw. berkata," Wanita itu mencintai suaminya lebih dari siapa
pun."
Nama Mus'ab tertera di baris pertama lembaran jihad.
Kaum Muslim selalu mengenang pahlawan pemberani ini, yang menderita
dalam perjuanganbagi Islam. [Dari Ragam Sumber]