Acapkali,
ummat Yahudi ingin mengetahui seberapa kuat dasar agama di luar agama Yahudi, dan
karena itu mereka seringkali juga senang menguji ‘kecerdasan’ ummat lain serta
kekuatan argumentasi orang-orang religius di luar komunitas mereka, semisal
yang sering mereka lakukan terhadap kaum muslim di jaman rasulullah dan para
imam ahlul-bait dan terhadap umat kristiani di jaman Isa al Masih. Contohnya
sebagai berikut:
Suatu
hari Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah diundang seorang Yahudi untuk
mengahadiri acara jamuan di rumahnya. Kepada Imam Ali, Yahudi itu menyuguhkan buah
anggur. Imam Ali pun memakannya. Lalu Yahudi itu
memberi segelas khamr kepada Imam Ali (mungkin untuk mencobai Imam Ali, sebab
dalam Yahudi pun khamr diharamkan). "Maaf,
khamr diharamkan bagi kami kaum muslimin", kata Imam Ali. "Sungguh aneh sekali kalian ini wahai muslim",
kata Yahudi itu, "kalian menghalalkan anggur tapi mengharamkan khamr,
padahal khamr berasal dari anggur".
"Apakah kamu memiliki istri?", tanya Imam
Ali. "Punya!"
Jawab Yahudi itu. "Datangkanlah ia kemari". Yahudi itu pun memanggil
istrinya. "Apakah kamu memiliki seorang putri?", tanya Imam Ali lagi.
"Punya!", jawab Yahudi itu.
"Datangkan dia ke sini!" Yahudi
itu pun memanggil putrinya. Dan setelah istri dan putri si Yahudi itu hadir, Imam
Ali pun berkata kepadanya: "Bukankah Allah menghalalkan kepadamu istrimu
dan mengharamkan putrimu untukmu, padahal putrimu berasal dari istrimu?"