Belakangan
ini, seiring merebaknya media-media internet dan situs-situs yang hobi menyebar
berita palsu (hoax), hasutan, dan fitnah, banyak orang yang bertanya saja
keliru. Alih-alih malah hanya doyan menuduh tanpa hujjah & ‘ilmu, contohnya
dalam kasus Syi’ah. Seorang yang benar dalam bertanya, contohnya dalam masalah
Syi’ah, mestinya akan bertanya:
[1] Apa
Syi’ah itu secara bahasa? [2] Apa pengertian Syi’ah itu secara teologis, dan
[3] Kepada siapa sajakah sebutan Syi’ah itu dimaksudkan?
Maka, jika
pertanyaan-pertanyaannya benar, seperti yang dicontohkan, (ini sebagai misal
saja), akan didapat jawaban, PERTAMA:
Syi’ah secara
bahasa berasal dari Al-Qur’an: ….. وإن من شيعته لإبراهيم
“Dan
sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh)” (QS.
Ash-Shaaffaat: 83). Jika kita membaca ragam kitab tafsir, umumnya akan
dikatakan bahwa kata “Syi’ah” dalam ayat tersebut artinya atau memiliki arti
dan pengertian sebagai “golongan”, “penerus”, “penolong”, “pengikut”, dan
“pembela” (Silahkan bandingkan dengan ayat yang ada dalam Surah Al-Baqarah ayat
15….هذا من شيعته وهذا من عدوه) =
Hadza min Syi’atihi (Dan ini dari Syi’ahnya Musa) wa hadza min ‘aduwwihi (dan
ini dari musuhnya Musa as).
Syi’ah di
sana (dalam Surah As-Shaffat ayat 83) berarti sebuah kelompok atau seseorang
yang meneruskan agama atau “iman”-nya Nabi Nuh as –di mana yang dimaksud secara
khusus dalam Surah As-Shaffat ayat 83 tersebut adalah Nabi Ibrahim as,
sedangkan Syi’ah dalam Surah Al-Baqarah ayat 15 adalah ‘golongan’, ‘ummat’, dan
‘pengikut’ nabi Musa as. Maka dikatakan bahwa Ibrahim as adalah Syi’ah-nya Nuh
as.
KEDUA (Secara
teologis, siapa peletak dasar Syi’ah?): Orang yang pertama memberikan nama
Syi’ah kepada para pengikut Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib as adalah
Rasulullah Saw dan ia pula sebagai peletak dasar batu fondasinya serta penanam
benihnya, sedangkan orang yang mengukuhkannya adalah Amirul Mukminin ‘Ali bin
Abi Thalib as. Semenjak saat itu, para pengikut ‘Ali dikenal sebagai Syi’ah
‘Ali bin Abi Thalib.
Ibn Khaldun
berkata di dalam Muqaddimah-nya, “Ketahuilah! Sesungguhnya Syi’ah secara bahasa
artinya adalah sahabat dan pengikut. Dan di dalam istilah para fuqaha dan ahli
kalam, dari kalangan salaf dan khalaf, sebutan Syi’ah ditujukan kepada para
pengikut ‘Ali dan anak keturunannya.”
Dan di dalam
Khuthathu Syâm, karya Muhammad Kurd ‘Ali, cukuplah sebagai hujjah tentang
penamaan istilah Syi’ah. Ia secara tegas berkata bahwa Syi’ah adalah sekelompok
dari golongan sahabat Rasulullah Saw yang dikenal sebagai Syi’ah ‘Ali. Muhammad
Kurd’ Ali berkata, “Adapun sebagian penulis yang berpandangan bahwa mazhab
Tasyayyu’ (Syi’ah) adalah ciptaan ‘Abdullah bin Saba’, yang dikenal dengan Ibn
As-Sauda’, maka itu merupakan khayalan belaka dan sedikitnya pengetahuan mereka
tentang mazhab Syi’ah.”
Di dalam
Tafsir Al-Qurthubi diriwayatkan: Sesungguhnya Rasulullah saw tatkala berada di
Ghadir Khum beliau menyeru manusia, maka mereka pun berkumpul. Lalu Rasulullah
saw mengangkat tangan Ali as seraya berkata, ‘Barangsiapa yang aku sebagai pemimpinnya
maka inilah Ali sebagai pemimpinnya’.
Berita itu
pun tersebar ke seluruh pelosok negeri, dan sampai kepada Harits bin Nukman
Al-Fihri. Lalu dia mendatangi Rasulullah saw dengan menunggang untanya.
Kemudian dia menghentikan untanya dan turun darinya. Harits bin Nukman Al-Fihri
berkata:
“Hai
Muhammad, kamu telah menyuruh kami tentang Allah, supaya kami bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan bahwa kamu adalah utusan-Nya, dan kami pun
menerimanya.
Kamu
perintahkan kami untuk menunaikan salat lima waktu, dan kami pun menerimanya.
Kamu perintahkan kami untuk menunaikan zakat, dan kami pun menerimanya. Kamu
perintahkan kami untuk berpuasa di bulan Ramadhan, dan kami pun menerimanya.
Kamu
perintahkan kami untuk melaksanakan ibadah haji, dan kami pun menerimanya.
Kemudian kamu tidak merasa puas dengan semua ini sehingga kamu mengangkat
tangan sepupumu dan mengutamakannya atas kami semua dengan mengatakan ‘Siapa
yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka inilah Ali pemimpinnya’. ‘Apakah
ini dari kamu atau dari Allah?’
Rasulullah
saw menjawab: Demi Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Dia, sesungguhnya ini
berasal dari Allah SWT.
Mendengar itu
Harits bin Nukman Al-Fihri berpaling dari Rasulullah saw dan bermaksud menuju
ke kendaraannya sambil berkata, ‘Ya Allah, seandainya apa yang dikatakan
Muhammad itu benar maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau
datangkanlah kepada kami azab yang pedih.’
Maka sebelum
Harits bin Nukman Al-Fihri sampai ke kendaraannya tiba-tiba Allah menurunkan
sebuah batu dari langit yang tepat mengenai ubun-ubunnya dan kemudian tembus
keluar dari duburnya, dan dia pun mati.
Kemudian
Allah SWT menurunkan firman-Nya: Seorang peminta telah meminta kedatangan azab
yang bakal terjadi. Untuk orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat
menolaknya.
KETIGA
(Siapakah sajakah Syi’ah Ali itu?): Selain tokoh-tokoh inti sahabat Rasulullah,
semisal Abu Dzar Al-Ghifari, Salman Al-Farisi, Miqdad, Ammar, Hudzaifah
Al-Yamani, Hasan bin Tsabit, Usamah bin Zaid, masih banyak lagi tokoh-tokoh Syi’ah
lainnya di kalangan para sahabat, seperti Malik Al-Asytar, Utsman bin Mazh’un,
Umar bin Abi Salamah, Muhammad bin Abu Bakar bin Quhafah (dan masih banyak lagi
lainnya), juga banyak tokoh-tokoh Syi’ah yang tersebar dalam ragam bidang dan
domain (dari kalangan para sahabat dan tabi’in), antara lain
[1] Abdullah
ibn Abbas. Ia adalah orang pertama dari kaum Syi’ah yang mendiktekan tafsir
Al-Qur’an. Seluruh ulama Syi’ah (dan sejumlah Ulama Sunni) telah mengungkapkan
fakta dan memberikan kesaksian mereka atas ke-Syiahan Ibn Abbas (wafat 67
Hijriah), yang mana menjelang wafatnya, beliau berikrar di dalam doanya; “Ya
Allah, sungguh aku memohon kedekatan diriku kepadamu dengan kesetiaanku pada
kepemimpinan Ali ibn Abi Thalib”.
[2] Jabir ibn
Abdullah Al-Anshari; (wafat 70 Hijriah) berada di jajaran pertama dari silsilah
kedudukan para mufassir.
[3] Abdullah
Bin Mas’ud.
[4] Ubay bin
Ka’ab bin Qais Al-Anshari, yang pertama menyusun Fadhailul Qur’an
(Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an), dan masih banyak lagi.