Sejak
dahulu kala, seni merupakan salah satu pintu memasuki jalinan hubungan
antarbudaya. Para antropolog yang melakukan berbagai kajian dari peradaban
manusia masa lampau menyebutnya dengan nama karya seni, yang memiliki kaitan
erat dengan keyakinan yang dianut sebuah suatu suku, bangsa maupun masyarakat
tertentu. Karya seni yang diproduksi berbagai negara dengan beragam budayanya
masing-masing memiliki unsur estetis yang berbeda-beda pula. Untuk itu seni
Iran, seni Cina, seni India dan seni Islam memiliki karakteristik tersendiri.
Ketika
kita berbicara mengenai seni Islam, tidak diragukan lagi di benak kita muncul
asumsi bahwa seni ini harus memiliki karakteristik Islam dan lahir dari prinsip-prinsip
agama Islam dan budayanya. Namun para pakar seni estetika menggunakan kategori
lain untuk menilai sebuah seni masuk kategori seni Islam atau tidak. Mereka
menggunakan tema Arab atau Persia maupun seni yang lahir dari wilayah muslim
dengan karakteristik budaya dan etnis bangsa-bangsa yang menghasilkan budaya
baru.
Salah
seorang pemikir yang mencurahkan perhatian terhadap perkembangan seni Islam
adalah Titus Burckhardt. Pemikir kelahiran Florence, Italia ini melakukan
berbagai riset mengenai seni di negara-negara Islam. Mengenai pengaruh ajaran
Islam dalam tradisi seni Iran, pemikir Swiss ini menulis, "Seni Iran tidak
dipengaruhi oleh seni Bizantium Romawi, bukan pula seni Arab, tapi seni Syiah
Iran." Dengan demikian, menurut pemikir mazhab tradisionalis ini, seni
Iran memiliki kaitan erat dengan ajaran Islam, yang berbeda diametral dengan
seni periode sebelumnya. Berbagai karya seni Iran menunjukkan besarnya pengaruh
pemikiran Islam di kalangan seniman Iran.
Burckhardt
mencurahkan seluruh hidupnya untuk penelitian dan eksposisi dari dimensi
kebijaksanaan dan Tradisi Timur. Penulis terkemuka abad dua puluh ini adalah
seorang kontributor tetap jurnal Studi Perbandingan Agama bersama dengan
anggota terkemuka lain dari traditionalist school.
Lukisan
Iran sepanjang sejarah menonjolkan semangat, moralitas dan mistis dengan
mengadopsi pemikiran filosofis dan irfan Iran. Inilah alasan mengapa para pakar
seni semacam Burckhardt menilai lukisan Iran dipengaruhi oleh pemikiran Timur
dan sepenuhnya berbeda dengan lukisan Barat. Lukisan Iran tidak mengungkap
material, namun menonjolkan esensi spiritual. Seniman lukis Iran mengungkap
kesetiaannya terhadap pemikiran spiritual dan nonmateri. Untuk itu, ajaran
agama Islam memiliki kedudukan khusus dalam seni lukis Iran.
Lukisan
Iran tidak menonjolkan adanya bayangan maupun perspektif. Panorama dekat
diletakkan lebih rendah, dan pemandangan jauh berada di bagian atas lukisan.
Selain itu wajah yang dilukis secara berhadap-hadapan langsung. Lukisan dihiasi
oleh berbagai pepohonan yang merupakan kekhususan lukisan Iran. Kini,
pertanyaan yang muncul adalah, apakah karakteristik Timur yang nampak dalam
lukisan Iran-Islam hanya terbatas di Iran saja, ataukah menembus ke belahan
dunia lain ?
Mencermati sejarah perkembangan seni dunia, terutama di Eropa, kita akan
menemukan jejak seni Islam-Iran dalam berbagai karya seni Eropa dan para
pelukis yang memanfaatkan prinsip estetika seni Islam-Iran.
Salah
satu aliran seni yang dipengaruhi karya seni Islam-Iran adalah Art Nouveu (Seni
baru). Aliran seni ini merupakan sebuah gaya seni yang menerapkan prinsip
seni-terutama seni dekoratif -yang mencapai puncak popularitas di penghujung
pergantian abad 20.
Seni
baru merupakan reaksi terhadap seni akademis abad ke-19 yang ditandai dengan
motif tanaman organik, khususnya bunga dan lainnya, serta sangat bergaya,
mengalir dan bentuk lengkungan. Art Nouveu dipengaruhi oleh motif seni Timur
terutama Iran yang nampak pada seni arsitektur, lukis dan grafis.
Salah
satu seniman terkemuka seni baru yang dipengaruhi oleh seni Iran-Islam adalah
Louis Comfort Tiffany. Seniman Amerika kelahiran 1848 ini adalah desainer yang
bekerja di seni dekoratif dan terkenal karena karyanya dalam kaca patri.
Tiffany merancang jendela kaca patri dan lampu, mosaik kaca, kaca ditiup,
perhiasan keramik, enamel dan logam yang memanfatkan motif seni timur terutama,
Iran-Islam.
Seniman
yang getol menyuarakan gerakan estetika ini sejak kecil mengenal dengan baik
berbagai karya seni Timur, dan memberikan apresiasi yang besar dan berupaya
meneliti karakteristik yang tersembunyi di balik tampilan berbagai karya seni
Iran-Islam. Kunjungan Tiffany ke Timur Tengah menimbulkan kekagumannya yang
mendalam terhadap seni Timur terutama seni Iran-Islam. Masjid-masjid Islam di
Spanyol dan lukisan keramik dinding dan batu-batu bangunan bersejarah Iran
serta permadani Persia yang dirajut para seniman Iran meerupakan sumber
inspirasi bagi karya-karya seninya. Ia mengakui bahwa kaca patri Iran dengan
desain yang menarik serta lukisan dekoratif di dinding-dinding bangunan Iran
memberikan pengaruh signifikan dalam karya-karyanya.
Seniman
Eropa lainnya yang mengakui dipengaruhi seni Iran-Islam adalah William Morris.
Pria kelahiran Walthamstow, London timur ini adalah seorang desainer tekstil
Inggris, seniman sekaligus penulis. Morris menyumbangkan kontribusi besar untuk
perkembangan seni dunia sebagai seorang desainer pola untuk wallpaper dan
tekstil, dengan memanfaatkan panorama alam. Ia juga merupakan penyumbang utama
terhadap kebangkitan seni tekstil tradisional dan metode produksi. Pada 1861,
Morris mendirikan perusahaan desain dalam kemitraan dengan artis Edward
Burne-Jones, dan penyair dan seniman Dante Gabriel Rossetti yang sangat
mempengaruhi dekorasi gereja dan rumah-rumah awal abad 20.
Morris
melakukan riset mengenai berbagai karya seni seperti permadani, tekstil,
keramik serta gerabah Iran. Seniman Inggris ini mengagumi berbagai karya seni
tersebut. Menurut Morris, permadani Iran merupakan satu-satunya penutup lantai
yang terbaik, karena sebuah permadani senantiasa menjadi perhatian manusia.
Pada tahun 1877 dalam sebuah surat kepada temannya menulis, "Kemarin, saya
menyaksikan sebuah permadani Iran warisan periode Shah Abbas Safavi dan saya
sangat mengaguminya. Hingga kini saya tidak pernah menyaksikan karya seni
seperti itu."
Henri Matisse termasuk deretan seniman terkemuka Eropa yang dipengaruhi oleh
seni Iran dalam berbagai karyanya. Bersama dengan Picasso dan Marcel Duchamp,
Matisse dipandang sebagai salah satu dari tiga seniman yang membantu menentukan
perkembangan revolusioner dalam seni plastik di awal dekade abad ke-20, yang
berpengaruh signifikan bagi perkembangan seni lukis dan patung. Seniman
Perancis ini menggunakan warna asli dan cerah serta garis yang sederhana
mengambil inspirasi dari seni Timur terutama seni Iran. Matisse berkeyakinan
bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di angkasa, pepohonan dan bunga. Bahkan
keindahan bisa ditemukan dalam diri manusia. Seniman terkemuka Eropa ini
menilai pemikiran, kesederhanaan dan kejelasan merupakan tingkatan tertinggi
dan karakteristik manusia yang nampak jelas menjelma dalam karyanya.
Pada
tahun 1903, Seni dekoratif Paris menggelar pameran karya seni Iran yang
mempertemukan Matisse dengan berbagai karya seni Iran-Islam. Kemudian, Matisse
melakukan kajian terhadap permadani dan lukisan Iran. Matisse dalam sebuah
wawancara mengungkapkan, "Inspirasi saya senantiasa berasal dari Timur.
Saya menemukan yang selama ini saya kaji dalam sebuah pameran seni Islam. Seni
Iran menunjukkan semua kemungkinan efeksi saya. Seni ini dengan segala
dekorasinya, mempersembahkan sebuah seni patung sejati."
Kemudian,
Matisse menyaksikan lukisan Iran yang membuatnya terkagum-kagum. Hingga akhir
hayatnya, seniman Perancis ini memanfaatkan inspirasinya dari seni Iran-Islam
dengan menghasilkan karya-karya yang memukau. (IRIB/PH/NA)