SURAT 28 Imam Ali Karramallahu Wajhah Sebagai jawaban kepada Mu'awiyah yang Tamak dan Haus Kuasa
Amma ba'du, suratmu [1] telah sampai kepada saya,
di mana engkau mengingatkan bahwa Allah memilih Muhammad (saw) untuk agama-Nya
dan menolong beliau melalui para sahabat yang menolong beliau. Hal-hal yang
aneh tentangmu telah tersembunyi dari kami, karena engkau telah mulai mengatakan
kepada kami tentang ujian Allah Yang Mahatinggi serta nikmat-Nya kepada kami
melalui Nabi kita. Dalam hal ini, engkau seperti orang yang membawa kurma ke
Hajar, atau yang menentang gurunya sendiri untuk berperang tanding dalam
panahan.
Engkau mengira bahwa si fulan dan si Anu
adalah orang-orang yang paling utama dalam Islam. Engkau telah mengatakan hal
yang, sekiranya benar, engkau tidak memiliki kaitan dengan hal itu, tetapi
apabila tidak demikian, maka cacatnya tak akan mempengaruhimu. Dan apakah
hubunganmu dengan pertanyaan tentang siapa yang lebih baik dan siapa yang lebih
buruk, siapa yang pemimpin dan siapa yang dipimpin? Apakah hubungan orang yang
dibebaskan dan anak-anak lelaki mereka, dengan membedakan antara Muhajirin
pertama dan menentukan kedudukan mereka atau membataskan pangkat mereka? Betapa
sayangnya! Bunyi panah dihasilkan oleh bukan panah yang sesungguhnya, dan orang
yang terhadapnya keputusan harus dijatuhkan sedang duduk mengadili. Hai,
manusia, mengapa tidak engkau lihat kepincanganmu sendiri dan tetap dalam
batas-batas itu, dan mengapa tidak kau sadari kekurangan ukuranmu lalu tinggal
di belakang di mana nasib telah menempatkanmu? Engkau tak memiliki urusan
dengan kekalahan orang yang dikalahkan atau kemenangan si pemenang.
Engkau sedang mengembara dalam
kebingungan dan tersesat dari jalan yang benar. Tidakkah engkau menyadarinya?
Saya tidak akan memberikan kepadamu suatu kabar: saya hanya mengingatkan
karunia Allah, yakni bahwa sejumlah orang dari kalangan Muhajirin dan Anshar
gugur sebagai syuhada' di jalan Allah Yang Mahatinggi, dan bahwa setiap orang
dari mereka adalah utama (dalam hal itu); tetapi, ketika salah satu dari kami
mendapatkan kematian syahid ia dinamakan penghulu para syuhada', dan Rasulullah
(saw) memberikan kepadanya kehormatan khusus dengan mengucapkan tujuh puluh
takbir dalam salat jenazahnya. Tidakkah engkau ketahui bahwa sejumlah orang
kehilangan tangan mereka di jalan Allah, dan masing-masingnya adalah utama
(dalam hal itu), tetapi ketika hal yang sama terjadi pada kami, ia diberi nama
"yang terbang-terbang di surga"; dan "yang bersayap dua".
Sekiranya Allah tidak melarang memuji diri, penulis akan menyebutkan banyak
keutamaan yang sangat diketahui kaum mukmin dan yang telinga para pendengar tak
ingin melupakannya.
Lebih baik tinggalkan mereka yang
panahnya tak mengenai sasaran. Kami adalah penerima keutamaan langsung dari
Tuhan kami, sementara orang-orang lain menerima karunia dari kami setelah itu.
Walaupun kehormatan kami telah mapan sejak lama, dan keunggulan kami atas kaum
Anda, kami tidak menjauh dari bercampur dengan kaummu dan mengawini serta
dikawini (di antara kaummu) sebagai sesama, sekalipun engkau tidak sedemikian
itu. Dan bagaimana engkau akan seperti itu bilamana di antara kami adalah Nabi,
sementara di antaramu ialah penentangnya, di antara kami adalah Singa Allah,
sementara di antara Anda adalah singa dari kelompok-kelompok yang menentang; di
antara kami kedua penghulu pemuda surga, [2] sedang di antaramu adalah anak-anak
neraka; di antara kami adalah yang terpilih dari seluruh perempuan sedunia, [3] sedang
di antaramu adalah pemikul kayu bakar, dan lebih banyak lagi keutamaan di pihak
kami dan kekurangan di pihakmu.
Islam kami terkenal dan (kebesaran kami
dalam) masa pra-Islam pun tak tersangkal. Segala yang tertinggal telah
disebutkan dalam kata-kata Allah Yang Mahasuci, Mahatinggi,"... Dan
orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak di dalam
Kitab Allah...." (QS. 33:6).
Ia Yang Mahatinggi juga mengatakan, "Sesungguhnya
orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan
Nabi (Muhammad) ini serta orang-orang yang beriman, dan Allah adalah pelindung
semua orang yang beriman." (QS. 3:68)
Maka, kami lebih unggul, pertama karena
kekerabatan, dan kedua karena ketaatan. Ketika di Saqifah (Bani Sa'idah)
Muhajirin mengajukan pokok kekerabatan dengan Rasulullah (saw) terhadap kaum
Anshar, mereka menang atasnya. Apabila keberhasilan itu didasarkan pada
kekerabatan, maka hak itu lebih merupakan hak kami ketimbang dirimu. Bila tidak
demikian, maka pokok pendirian kaum Anshar berlaku.
Engkau berpikir bahwa saya cemburu akan
setiap khalifah dan telah memberontak terhadap mereka. Sekalipun misalnya ini
benar, itu bukan suatu pelanggaran terhadapmu dan oleh karena itu tak ada
keterangan yang patut untukmu. "Ini urusan yang tak ada kesalahannya
terhadapmu."
Engkau mengatakan bahwa saya telah
diseret seperti seekor unta tercocok hidung untuk membaiat (kepada Abu Bakar di
Saqifah). Demi Allah, engkau bermaksud mencerca saya, tetapi (malah) telah
memuji saya; dan untuk menghina saya, tetapi engkau sendiri yang telah terhina.
Apakah arti penghinaan bagi seorang Muslim yang menjadi mangsa penindasan
selama ia tidak menunjukkan suatu keraguan dalam agamanya, tidak pula salah
paham dalam kepercayaannya yang teguh! Argumen saya ini dimaksudkan untuk
orang-orang lain, tetapi saya telah menyatakannya kepadamu hanya sejauh yang
pantas.
Kemudian engkau telah mengingatkan
posisi saya terhadap 'Utsman, dan dalam hal ini patutlah suatu jawaban bagimu,
karena kekerabatanmu dengannya, maka (katakanlah kepada saya), siapa dari kita
yang lebih memusuhi 'Utsman, dan siapa yang berbuat lebih banyak untuk
menimbulkan pembunuhannya: atau, siapa yang menawarkan dukungan kepadanya
tetapi tidak melaksanakan dan memenuhinya; atau, siapakah orang yang
dimintainya pertolongan tetapi yang dengan sengaja menangguhkannya dan menyeret
kematiannya ke dekatnya sehingga nasib itu menyusulnya? Tidak, tidak; demi
Allah, "Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi
di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya: 'Marilah
kepada kami'. Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar."
(QS. 33:88)
Saya tidak akan memberikan dalih saya
karena menegurnya atas (beberapa dari) bidah-bidahnya, karena apabila nasihat
baik dan petunjuk saya kepadanya adalah suatu dosa, maka sangat sering
seseorang yang disalahkan (sebenamya) tidak berdosa, dan "kadang-kadang
satu-satunya ganjaran yang dipetik seorang penasihat adalah kecurigaan". [4]
"Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal
dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali." (QS. 11:88)
Engkau menyebutkan bahwa bagi saya dan
para pengikut saya engkau hanya memiliki pedang. Ini bahkan membuat orang
menangis pun tertawa. Pernahkah engkau melihat anak cucu 'Abdul Muththalib
melarikan diri dari pertempuran, atau ditakut-takuti dengan pedang.
"Tunggu sebentar hingga Hamal memasuki pertempuran". [5] Tak
lama lagi, orang yang sedang kau cari akan mencarimu, dan orang yang kau kira
jauh akan mendekati mu. Saya (segera) bersicepat kepadamu dengan suatu pasukan
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebajikan.
Jumlah mereka akan besar dan debu mereka akan bertebaran di mana-mana. Mereka
akan memakai kafan mereka, dan hasrat yang paling mereka dambakan ialah menemui
Allah. Mereka akan disertai oleh para ketunman orang-orang yang turut serta
dalam Pertempuran Badr, dan mereka akan mempunyai pedang-pedang Hasyinu yang
irisannya telah Anda lihat dalam kasus saudaramu, paman (saudara ibu), kakekmu
dan kerabat-kerabatmu. "Dan siksaan itu tiadalah jauh dari
orang-orang yang lalim." (QS. 11:83)
[1] Dalam
surat ini, Amirul Mukminin as menjawab surat Mu'awiah yang dikirimkan kepadanya
di Kufah melalui Abu Umamah Bahili, dan itu juga mengandung jawaban atas
beberapa pokok yang ditulis Mu'awiah dalam surat yang telah dikirim
melalui Abu Muslim Khaulani. Dalam surat
melalui Abu Umamah, Mu'awiah menyebut peristiwa pengutusan Nabi dan menulis
secara demikian rupa seakan-akan hal itu tidak dikenal atau tidak dipahami oleh
Amirul Mukminin, dan karenanya perlu diberitahu tentang hal itu. Ini
seakan-akan seorang asing yang menggambar peta sebuah rumah sebagai petunjuk
bagi penghuni rumah itu dan mengejutkan mereka tentang hal-hal yang telah
mereka ketahui. Itulah sebabnya, maka Amirul Mukminin as menyerupakan dia
sebagai orang yang membawa kurma ke Hajar yang terkenal karena kelimpahan
kurmanya.
Ini sebuah
peribahasa yang digunakan bilamana seseorang hendak mengatakan sesuatu kepada
orang lain yang lebih mengetahuinya. Basis peribahasa ini ialah seseorang dari
Hajar, sebuah kota di dekat Bahrain, pergi ke Bashrah untuk menjual dan membeli
barang. Setelah menjual habis barangnya ia melihat-lihat di pasar untuk
berbelanja dan tidak mendapatkan sesuatu yang lebih murah kecuali kurma. Karena
itu ia memutuskan membeli kurma. Ketika ia tiba di Hajar dengan muatan
kurmanya, karena melimpahnya dan murahnya harga kurma di sana, tak ada pilihan
baginya selain menyimpan kurma itu dan baru akan menjualnya nanti bilamana
harganya memadai. Namun harga kurma terus merosot sehingga semua kurma itu
rusak; yang tertinggal hanya bijinya. Singkatnya, setelah merujuk Muhammad
(saw) menjadi Nabi, Mu'awiah meriwayatkan lagi keutamaan ketiga khalifah
pertama sesuai pandangannya, dengan menulis, "Di
antara para sahabat, yang paling utama dan yang bennartabat paling tinggi di
mata kaum Muslim adalah khalifah pertama yang mengumpulkan seluruh kaum Muslim
di bawah satu suara, menyingkirkan perpecahan mereka dan memerangi orang-orang
yang meninggalkan Islam. Sesudah dia khalifah kedua yang beroleh
kemenangan-kemenangan, mendirikan kota-kota dan merendahkan kaum kafir.
Kemudian datang khalifah ketiga yang merupakan korban kelaliman. la menyiarkan
agama dan menyebarkan kalimat Allah secara luas." (Syarh, Ibn Abil Hadîd,
III, h. 448).
Maksud
Mu'awiah di balik menyanyikan lagu tanpa bunyi ini ialah menyakiti perasaan
Amirul Mukminin as dan menimbulkan kemarahannya supaya ia mengeluarkan
kata-kata melalui lidah atau penanya yang mungkin sangat asam dalam melecehkan
para khalifah itu agar ia (Mu'awiah) dapat menggunakannya untuk menghasut
rakyat Suriah melawan Amirul Mukminin. Sebenamya ia telah menanamkan dalam
pikiran rakyat itu bahwa Amirul Mukminin as telah menghasut rakyat menentang
'Utsnuin, membunuh Thalhah dan Zubair, memalingkan 'A'isyah dari rumahnya dan
menumpahkan darah ribuan muslimin. Karena tak sadar akan fakta-fakta yang
sesungguhnya, mereka yakin akan tuduhan-tuduhan palsu itu; namun, untuk
memperkukuh front perlawanan, ia merasa bahwa sebaiknya ia membuat mereka percaya
bahwa Anurul Mukminin as tidak mengakui prestasi ketiga khalifah itu dan
mengandung permusuhan dan dengki kepada mereka. la hendah menunjukkan tulisan
Amirul Mukminin as sebagai bukti, dan juga untuk menggunakannya membangkitkan
rakyat 'Iraq, karena bagian besar dari mereka sangat terkesan oleh lingkungan
yang diciptakan oleh para khalifah itu dan kebesaran mereka. Tetapi Amirul
Mukminin as telah menebak maksudnya dan memberikan kepadanya jawaban sedemikian
rupa yang mengikat lidahnya dan yang tak berani ia tunjukkan kepada siapa pun.
Dengan demikian Amirul Mukminm as membeberkan kedudukannya yang rendah dengan
merujuk permusuhannya terhadap Islam dan penerimaan Islamnya karena terpaksa,
menasihatinya supaya tinggal dalam batas-batasnya, dan memperingatkannya
supayajangan menetapkan tingkat-tingkat keutamaan di hadapan kaum Muhajuin yang
bagaimanapun lebih tinggi dari dia sejauh bahwa mereka mendahuluinya dalam
berhijrah. Sedangkan, karena Mu'awiah sendiri hanya salah seorang dari yang
nyawanya diselamatkan di hari Pembebasan Makkah, ia sama sekali tak punya
hubungan dengan kaum Muhajirin. Sebagai akibatnya, dalam hal yang sedang
dibahas ini Amirul Mukininin as telah menempatkan kedudukan Mu'awiah sebagai
panah palsu di antara panah yang sesungguhnya. Peribahasa ini digunakan apabila
seseorang menyombongkan diri dengan menyebut orang-orang yang tak ada
hubungannya dengan dia. Mengenai pernyataannya bahwa si Anu dan si Polan lebih
besar dalam keutamaan, Aminil Mukminin, dengan menggunakan kata "anda
mengira", telah menunjukkan bahwa hal itu adalah pandangan pribadinya yang
sama sekali tidak berhubungan dengan fakta, karena frasa itu digunakan bilamana
suatu pernyataan tak benar atau palsu.
Setelah
menolak klaim tentang yang paling utama itu, Amiml Mukminin as merujuk kepada
sifat-sifat dan keutamaan Bani Hasyim yang menunjukkan tanpa ragu kedudukan dan
prestasi mereka yang bertingkat tinggi. Orang-orang yang ikut serta berjihad
bersama Nabi dan beroleh kematian syahid mencapai kedudukan yang sangat tinggi,
tetapi keutamaan Hamzah karena perjuangannya yang mulia tidak didapat oleh
siapa pun selainnya. Nabi menyebutnya dengan gelar "sayyid (penghulu) para
syuhada" dan melakukan salat jenazahnya empat belas kali sehingga jumlah
takbirnya menjadi tujuh puluh takbir. Demikian pula, dalam berbagai
pertempuran, tangan-tangan para pejuang terputus. Misalnya, dalam Pertempuran
Badr tangan Hubaib ibn Isaf al-Anshari dan Mu'adz ibn Jabal, dan dalam
Pertempuran Uhud tangan 'Amr ibn al-Jamuh as-Salami dan 'Ubaid ('Atik) ibn
Tayyihan (saudara Abul Haitsam al-Tayyihan) terputus, tetapi ketika di
Pertempuran Mu'tah tangan Ja'far ibn Abi Thalib terputus, Nabi (saw)
menjelaskannya dengan menamakannya "yang terbang di surga" dan
"yang bersayap dua". Setelah menyebutkan prestasi-prestasi yang khas
dari Bani Hasyim, Amirul Mukminin as merujuk kepada prestasinya sendiri yang
penuh dalam sejarah dan hadis dan yang tak dapat dinodai dengan keraguan dan
salah paham. Para ahli hadis mengatakan bahwa,
"Jumlah
hadis yang telah diriwayatkan melalui sumber-sumber terpercaya mengenai 'Ali
ibn Abi Thalib, tidak diriwayatkan tentang seorang sahabat Nabi lainnya."
(al-Mustadrak, III, h. 107; al-Isti'db, III, h. 1115; Tabaqât al-Hanâbilah,
I, h. 319; al-Kâmil, III, h. 339; Tahdzîb at-Tahzîb, VII, h. 339; Fath al-Bârî,
VII, h. 57).
Suatu
keutamaan penting dari keutamaan-keutamaan khas Ahlulbait ialah yang telah
dirujuk Amirul Muknunin as dalam kata-kata, "Kami adalah penerima
keutamaan langsung dari Allah sedang yang lain-lainnya menerima keutamaan dari
kami. Inilah puncak keutamaan, sehingga bahkan kepribadian yang paling tinggi
tak dapat mencapai ketinggiannya dan setiap keutamaan lainnya nampak kecil di
hadapannya.
Dalam mengakui
kebesaran dan keunggulan kalimat ini, Ibn Abil Hadîd menulis, "Amirul
Mukminin as bermaksud menyampaikan bahwa kami tidak berhutang budi terhadap
siapa pun karena Allah telah mengaruniai segala berkat kepada kami secara
langsung, tak ada perantara antara kami dan Allah Yang Mahasuci. Ini memang
kedudukan yang sungguh tinggi. Makna lahiriahnya ialah apa yang ditunjukkan
kata-kata itu, sedang pengertiannya yang se-sungguhnya ialah bahwa Ahlulbait
adalah hamba-hamba Allah dan rakyat hamslah menjadi pengikut setia
mereka." (Syarh Nahjul Balâghah, Ibn Abil Hadid,III,h.451).
Nah, karena
orang-orang ini adalah penerima pertama berkat Allah dan sumber-sumber berkat
bagi orang-orang lainnya, tak ada orang yang dapat diperbandingkan dengan
mereka, dan tak seorang pun dapat dipandang sama dengan mereka atas dasar
hubungan sosial dengan mereka; jauh lebih sedikit lagi daripada para individu
yang berhubungan langsung dengan pencapaian dan keutamaan orang-orang ini, yang
dahulu biasa menentang kebenaran dan hak pada setiap kesempatan. Amirul
Mukminin as meletakkan kedua sisi gambar itu di hadapan Mu'awiah seraya
mengatakan, "Nabi berasal dari (kalangan) kami sementara ayah Anda Abu
Sufyan adalah pelopor dalam menentang beliau. Hamzah berasal dari pihak kami
dan Nabi memberikannya gelar "Singa Allah", sementara kakek Anda dari
sisi ibu, 'Utbah ibn Rabi'ah merasa bangga sebagai "singa para
penyumpah" (terhadap Nabi).
Ketika dalam
Pertempuran Badr Hamzah dan 'Utbah ibn Rabi'ah saling berhadapan, Hamzah
berkata, "Saya Hamzah ibn 'Abdul Muththalib. Saya Singa Allah dan Singa
Nabi-Nya." Atasnya 'Utbah berkata, "Saya singa para penyumpah
(terhadap Nabi)." Dalam suatu versi lain digunakan kata "Asadul
Ahlaf, yang berarti "Singa pihak yang bersekutu". Riwayat tentang
menyumpah itu berlatar belakang sejarah. Ketika Bant 'Abdu Manaf mendapatkan
posisi keutamaan di kalangan suku-suku Arab, mereka berpikir akan mengambil
alih dari Bani 'Abdud-Dar jabatan yang berhubungan dengan Ka'bah dan merebut
jabatan-jabatan itu. Sehubungan dengan ini Bani 'Abdu Manaf menarik menjadi sekutu
mereka suku Bam Azad ibn 'Abdul 'Uzza, Bani Taim, Bani Zuhrah dan Bani Harits,
dan mengikat perjanjian dengan mereka. Untuk mengkhidmatkan persetujuan itu
mereka mencelupkan tangan mereka dalam thib (wangi-wangian) dan bersumpah bahwa
mereka akan saling membantu. Karena itu suku-suku itu disebut "Suku-suku
partai suci yang disumpah". Di sisi lain, suku-suku Bant 'Abdud-Dar, Bam
Makhzum, Bani Sahm dan Bani 'Adi juga bersumpah bahwa mereka akan melawan Baifi
'Abdu Manaf dan sekutunya. Suku-suku ini disebut para "sekutu".
'Utbah memandang dirinya sebagai kepala pihak yang bersekutu. Beberapa
komentator berpendapat bahwa kata "Asadul Ahlaf berarti Abu Sufyan, karena
ia telah membuat berbagai suku itu bersumpah melawan Nabi dalam Perang Ahzab,
sedang oleh sebagian komentator dianggap berarti Asad ibn 'Abdul 'Uzzah, tetapi
penafsiran ini tidak berbobot karena di sim Amirul Mukminin as berbicara kepada
Mu'awiah, sedang interpretasi ini tidak mengenai Mu'awiah karena Bam 'Abdul
Manaf adalah satu pihak pada persekutuan itu. Kemudian Amirul Mukminin as
mengatakan bahwa di antara mereka terdapat para sayyid (penghulu) pemuda surga,
yang merujuk ucapan Nabi, "Hasan dan Husain adalah para penghulu pemuda
surga", sementara anak-anak muda dari pihak lainnya adalah penghuni
neraka. Rujukan ini adalah kepada putra-putra 'Utbah ibn Mu’Alih, yang
tentangnya Nabi telah berkata, "Bagi Anda dan putra-putra Anda adalah
neraka." Kemudian Amirul Mukminin as mengatakan bahwa di antara mereka
terdapat penghulu semua wanita sedunia, yakni Fathimah az-Zahra', sedang di
pihak lain adalah pembawa kayu bakar yang merujuk kepada Umm Jamil, putri Harb,
istri Abu Lahab, dalam kata-kata Al-Qur'an, Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergolak. Dan (begitu) pula istri-nya,
pembawa kayu bakar. Yang di lehermnya ada tali dan sabut." (QS. 111:1-5)
[2] Diriwayatkan dari Amirul Mukminin ‘Ali, 'Umar ibn Khaththab, Hudzaifah ibn
Yaman, Abu Sa'id al-Khudri, Abu Hurairah, dan lain-lain, bahwa Nabi (saw)
bersabda, Sesungguhnya Fathimah adalah sayyidah (penghulu) wanita surga, dan
Hasan dan Husain adalah para sayyid (penghulu) pemuda surga. Tetapi ayah mereka
('Ali) lebih tinggi dari mereka. (al-Jâmi' ash-Shahih, at-Tirmidzi, V, 656,661;
Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, III, h. 3, 62, 64, 82; V, h. 391, 392; Ibn Majah,
as-Sunan, I, h. 56; al-Hakim, al-Mustadrak, III, h. 167; Majma' az-Zawâ'id, IX,
h. 183, 184, 201; al-Muttaqi, Kanz al-'Ummal, XIII, h. 127; al-Istî’âb, IV, h.
1895; Usd al-Ghâbah, V, h. 574; Târîkh al-Baghdad, I, h. 140; VI, h. 372; X, h.
230; Ibn 'Asakir, Tarikh, VII, h. 365).
[3]
Diriwayatkan dari 'Imran ibn al-Husain dan Abu
Tsa'labah al-Khusyni, bahwa Nabi (saw) berkata kepada Fathimah, "Wahai
putriku, tidakkah Anda puas bahwa Anda adalah sayyidah dari wanita
sedunia?" la berkata, "Wahai ayahku, lalu bagaimana tentang Maryam
putri 'Imran?" Beliau menjawab, "la sayyidah wanita di zamannya, dan
Anda sayyidah wanita di zaman Anda. Sesungguhnya, demi Allah, aku mengawinkan
Anda dengan orang yang wali di dunia ini dan di akhirat. Tak ada yang
membencinya selain orang-orang munafik." (Hilyah al-Auliyâ', II, h. 92;
al-Isti'ab, IV, h. 275) Juga 'A'isyah meriwayatkan bahwa Nabi (saw) mengatakan,
"Wahai Fathimah, tidakkah Anda akan puas menjadi sayyiduh dari wanita
sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita dari ummah ini atau
dari wanita mukmin?" (al-Bukhari, ash-Shahih, VIII, h. 79; Muslim,
ash-Shahih, VII, h. 142-144; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. 518; Ahmad ibn Hanbal,
al-Musnud, VI, h. 282; al-Hakim, al-Mustadrak 'alu ash-Shuhihain, III, h. 156)
[4] Artinya,
orang yang pergi terlalu jauh dalam memberikan
pendapat kepada orang lain dianggap mempunyai tujuan peribadi tertentu,
walaupun nasihatnya mungkin berdasarkan keikhlasan dan tanpa pamrih. Kalimat
ini digunakan sebagai peribahasa untuk hal semacam itu. Kuplet itu selengkapnya
berbunyi sebagai berikut, "Betapa sering nasihat baik kuberikan padamu,
tetapi kadang-kadang hanyalah kecurigaan yang dituai si penasihat."
[5] Baris
syair ini berasal dari Hamal ibn Badr. Lengkapnya berbunyi sebagai berikut, “Tunggulah
sebentar hingga Hamal memasuki pertempuran; betapa cantiknya maut bila
datang." Riwayat di
baliknya ialah bahwa Malik ibn Zubair mengancam Hamal dengan pertarungan, dan
sebagai jawabannya Hamal membaca kuplet itu lalu menyerang Malik dan
membunuhnya, Ketika saudara Malik melihat hal ini ia membunuh Hamal dan
saudaranya Hudzaifah sebagai pembalasan dendam; ia menggambarkan hal ini dalam
kuplet berikut, "Aku mendamaikan hatiku dengan membunuh Hamal ibn Badr,
dan pedangku melipurku dengan membunuh Hudzaifah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar