Merawat
tradisi, memacu kreativitas.
Oleh Sulaiman Djaya (Pemerhati
Budaya)
Orang boleh bilang bahwa Banten adalah
Provinsi muda, namun negeri yang merupakan warisan Kesultanan Banten yang
masyhur ini terus memacu geliat dan gairah budayanya, tak mau ketinggalan
dengan provinsi-provinsi lain yang usianya jauh lebih tua. Terlebih saat ini,
Banten boleh bangga karena telah memiliki Gedung Balai Budaya di kawasan KP3B
atau Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten, yang belum lama ini diresmikan
sebagai tempat dan media bagi kerja dan wadah pengembangan seni-budaya Banten.
Tak terkecuali juga, Balai Budaya Banten ini dapat dijadikan sebagai tempat dan
wadah bagi para seniman dan pegiat kebudayaan di Banten untuk menampilkan atau
mengekspressikan karya-karya dan kerja-kerja kesenian mereka. Dan, di gedung
dan lingkungan Balai Budaya Banten ini pula diadakan hajatan akbar Banten Art
and Culture Festival pada 30 November 2012 hingga 1 Desember 2012. Hajatan yang
terbilang meriah dan mendapatkan antusiasme publik ini menyuguhkan sejumlah
acara festival dan kegiatan kebudayaan, mulai dari seni tradisi hingga lomba
baca puisi.
Dari Seni Tradisi Hingga Lomba Baca Puisi
Bertempat di halaman Balai Budaya
Banten, misalnya, Banten Art and Culture Festival menyuguhkan kegiatan Lomba
Baca Puisi yang diikuti oleh para peserta berusia 15 hingga 25 tahun, yang
merupakan utusan dari kabupatan dan kota di Provinsi Banten. Para peserta yang
mengikuti lomba tersebut masing-masing membawakan satu buah puisi pada babak
penyisihan, dan jika masuk babak final, membacakan satu buah puisi yang berbeda.
Naskah puisi yang mereka bacakan tersebut telah disiapkan oleh panitia, yang
dalam penyiapannya panitia telah berkonsultasi dengan komunitas sastra “Kubah
Budaya” dan Unit Kegiatan Sastra Untirta Serang Banten. Dalam event tersebut,
peserta yang hadir berasal dari Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kota Cilegon.
Acara Banten Art and Culture Festival di
lingkungan Balai Budaya Banten itu pun semakin semarak dengan digelarnya
Festival Tari yang menampilkan Tari Penyambutan dari ragam khasanah seni budaya
dari Kab/Kota yang pesertanya mencapai 160 orang. Masing-masing Kabupaten/Kota
mengirimkan personil 20 orang, terdiri dari penari dan pemusik, serta
pendamping dan para penata. Dalam segmen Dance Festival itu, masing-masing para
peserta diberi alokasi waktu 7 menit untuk mementaskan tariannya. Panitia
menyediakan panggung dengan apront memanjang ke depan, karena konsep
panggungnya adalah penyambutan: prosesi penyambutan tamu kehormatan di pintu
gerbang tempat acara, sebagaimana lazimnya seremonial penyambutan para tamu
terhormat dan para tamu penting yang datang atau melakukan kunjungan ke suatu
wilayah atau negara.
Para peserta pun menampilkan ragam tari
yang khas dan unik sesuai dengan khazanah daerah asal mereka. Kota Serang,
contohnya, sebagai ibukota Provinsi, menampilkan Tari Assalamu’alaikum, sebuah
tari yang tak ragu lagi merupakan perpaduan khazanah budaya Banten dan spirit
keagamaan Islam. Sementara itu, Kabupaten Tangerang, dengan keunikannya tentu
saja, tak mau kalah dengan membawakan Tari Mapag Penganten Gede, sebuah tari
yang boleh dibilang hendak bercerita tentang khazanah adat masyarakat Kabupaten
Tangerang. Begitu pun dengan Kabupaten Lebak, dengan Tari Lagean Pangbage-nya,
tampil dengan ke-khasan budaya Banten Selatan dan keunikan budaya Sunda-nya.
Sedangkan Kabupaten Serang, yang menghadirkan Tari Payung Pentul, seakan ingin
menghadirkan kearifan lokal masa silam di panggung pentas, dengan kreasi baru.
Tak mau ketinggalan dengan saudara-saudara mereka tersebut, Kota Tangerang
tampil dengan Tari Bray, Kabupaten Pandeglang yang merupakan daerah dengan
budaya Sunda khas Banten Selatan itu, dengan bangga menampilkan Tari Lage
Pangbagea-nya, Kota Cilegon dengan Tari Meseman Bandrong Ning Cilegon-nya hadir
di depan khalayak dengan kekhasan kultur Jawa-Bantennya yang tetap mereka jaga,
dan Kota Tangerang Selatan, sebagai kota paling muda di Banten, tampil dengan
Tari Penyambutan-nya yang juga cukup eksotik sebagaimana kabutan dan kota lain,
di mana para penari tersebut tampil dengan busana yang indah dan memikat
khalayak, selain tentu saja menyuguhkan keindahan gerak atau koreografi tarian
itu sendiri.
Boleh dibilang, segmen Festival Seni
Tari Tradisi Banten dalam event Banten Art and Culture Festival ini telah
memberikan hiburan tersendiri bagi para khalayak atau para penonton yang
menyaksikan penampilan-penampilan mereka yang hadir dengan kekhasan dan
keunikan masing-masing kabupatan dan kota di Provinsi Banten.
Seni Rupa pun Tak Mau Ketinggalan
Tak hanya menyuguhkan dan menghadirkan
pentas-pentas lomba seni tradisi, yang dalam hal ini tari, dan lomba baca
puisi, para perupa alias para pelukis pun memamerkan karya-karya mereka di
Ruang Pamer Balai Budaya Banten dalam perhelatan Banten Art and Culture
Festival ini. Tampak di ruang pameran karya-karya seni lukis itu, barisan karya
para seniman lukis yang terpajang di dinding ruangan dengan ragam tema dan
gaya. Mulai dari pilihan warna hingga objek lukisan yang mereka tuangkan pada
kanvas dalam ragam ukuran. Dari para pelukis muda hingga yang sudah lama
berkiprah dalam kerja seni rupa, baik di Banten sendiri atau pun dalam
event-event pameran tingkat nasional hingga internasional.
Memacu Kreativitas Budaya Banten
Tak ragu lagi, digelarnya ajang Banten
Art and Culture Festival, yang merupakan salah-satu program unggulan Banten
dalam bidang kebudayaan ini, tak lain sebagai upaya pemerintah Provinsi Banten
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, untuk meningkatkan
kreativitas dan produktivitas para Seniman dan Budayawan dalam berkarya, juga
dalam rangka melestarikan dan mengembangkan Seni Budaya Banten. Dan yang juga
tak boleh dinafikan, ajang ini bertujuan untuk menumbuhkan minat Generasi Muda
Banten untuk mencintai nilai budaya dan menjadi para insan kreatif di masa
depan. Di sini, kita boleh mengutip Vaclav Havel, seniman dan budayawan yang
didapuk sebagai Presiden Pertama Cheko itu, kebudayaan dan kesenian hanya akan
berumur panjang hanya jika dicintai masyarakatnya, dan jika menyadari takdirnya
dalam setiap jaman dan waktu. Apa yang diungkapkan Havel itu, setidak-tidaknya
adalah juga apa yang ingin dicapai dengan digelarnya ajang bergengsi budaya
Banten ini: Banten Art and Culture Festival 2012. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar