SANG PENEGAK KEADILAN AKHIR JAMAN, PEMBELA &
PEMERSATU UMAT ISLAM, PUTRA IMAM HASAN ASKARI YANG DIYAKINI ULAMA BERBAGAI
MAZHAB, DAN PARA ULAMA AHLUS SUNNAH YANG MEYAKININYA PULA Mengenal Imam Mahdi :
Imam Mahdi dalam Riwayat Ahlus Sunnah “meskipun masa keberadaan dunia ini telah
habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan
memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang
yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku.
Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan
keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan
setelahnya”(Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal
217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249) Abu Nu’aim
bin Hammad meriwayatkan dari A’isyah dari Rasulullah saw beliau bersabda:
“Al-Mahdi dari itrah-ku, dia berperang atas sunahku sebagaimana saya berperang
atas wahyu.” Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, al-Baihaqi
dan sekelompok Ulama lain meriwayatkan dari Ummul Mu’minin, Ummu Salamah r a.
Bahwa Nabi saw bersabda: “Al-Mahdidari ‘Itrahku dan putra Fathimah. “ Komentar
Ulama Ahlusunah Tentang Kemutawatiran Hadis Kedatangan Imam Mahdi Ibnu Hajar
al-Asqallani berkata: “Telah mutawatir berita (hadis) bahwa Mahdi adalah dari
umat ini dan sesungguhnya (Nabi) Isa putra Maryam akan turun dan salat di
belakangnya” Asy-Syaukani dalam risalahnya yang berjudul at-Taudhih fi Tawaturi
Ma Ja’a fi al-Mahdi al-Muntadzar wa al-Masih 70 berkata: “Dan Hadis yang datang
tentang Mahdi yang dapat ditemukan adalah lima puluh hadis, ada yang shahih,
hasan dan dhaif yang tertolong, dan ia mutawatir tanpa diragukan.” Abdul Aziz
bin Baz rektor Universitas Madinah Al-Munawarah berkata seperti dimuat di majalah
al-Jami’ah al-Islamiyah, no. 3, hal 161 – 162 : “Sesungguhnya masalah al-Mahdi
merupakan masalah yang menjadi pengetahuan umum, dan hadits-hadits mengenainya
banyak sekali, bahkan mutawatir.
Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa munculannya
tokoh yang dijanjikan ini merupakan suatu perkara yang telah tetap
(kebenarannya yang tidak bisa diragukan lagi), dan kemunculannya adalah benar.
Seorang dosen dalam Universitas tersebut bernama Ustad Syeh Abdul Muhsin
Al-Ibad dalam bukunya : Muhadharah haula al-imam Al-Mahdi wa At-Ta’liq ‘Alaiha,
hal. 26, yang juga disampaikan dalam kuliahnya yang berjudul “Akidah Ahlus
Sunnah dan Atsar tentang Al-Mahdi Al-Muntadhar sbb: Jumlah yang saya ketahui
dari nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Al-Mahdi dari Rasulullah
S A W, adalah 26 orang” {Diantara kitab kitab Ulama Ahlussunah yang menyebut
sejarah para Imam atau bahkan dikarang khusus tentang sejarah hidup mereka
ialah: al-Fushuul al-Muhimmah; Ibnu Shabbagh al-Maliki, ash-Shawaiq
al-Muhriqah; Ibnu Hajar al-Haitsami, pada bab 11, Nuuur al-Abshar fi Manaqib
Aal an-Nabi al-Mukhtaar; Syeikh asy-Syablanji dan Is’aaf ar-Raghibiin; Ibnu
Shabban.}
ULAMA AHLU SUNNAH PUN MEYAKINI BAHWA IMAM MAHDI
ADALAH PUTRA IMAM HASAN ASKARI:
1. Al-Quthb asy-Sya’rani berkata dalam kitab
al-Yawaqid wa alJawahir: Al-Mahdi adalah putra Imam Hasan al-Askari dan
keturunan Imam Husain, kelahirannya pada malam pertengahan bulan Sya’baan tahun
255H. Beliau akan tetap hidup hingga berkumpul dengan Nabi Isa putra Maryam a
s, demikian diberitakan kepada kami oleh Syeikh Hasan al-Iraqi yang dikebumikan
di Mesir dan pendapat itu disetujui oleh tuanku Ali Al-Khawaash.
2. ’Izzuddin bin Atsir (wafat 630 H.) ketika
menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 260 H. menulis: “Abu
Muhammad Al-Askari (Imam Hasan) lahir pada tahun 232 H. dan wafat pada tahun
260 H. Ia adalah ayah Muhammad yang dinamai oleh Syi’ah dengan “al-muntazhar”.
3. 'Imaduddin Abul Fida` Ismail bin Nuruddin
Asy-Syafi’i (wafat 732 H.) menulis: “Ali Al-Hadi wafat pada tahun 254 di
Samirra`. Ia adalah ayah Hasan Al-Askari dan imam kesebelas dari dua belas imam
serta ayah Muhammad Al-Muntazhar yang menghilang di sirdab (ruang bawah tanah
yang dimiliki oleh mayoritas rumah-rumah di Timur Tengah–pen.) dan lahir pada
tahun 255 H.”.
4. Ibnu Hajar Al-Haitsami Al-Makki Asy-Syafi’i
(wafat 974 H.) dalam kitab Ash-Shawaa’iqul Muhriqah.
5. Nuruddin Ali bin Muhammad bin Shabbagh
Al-Maliki (wafat 855 H.).
6. Abul Abbas Ahmad bin Yusuf Ad-Dimasyqi (wafat
1019 H.) dalam kitab Akhbaarud Duwal wa Atsaaru Uwal.
7. Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Yusud
Al-Ganji Asy-Syafi’i (wafat 658 H.) dalam buku Kifaayatut Thaalib.
8. Syaikh Muhyiddin IBN ARABI seorang SUFI BESAR
dan terkenal dalam ahlu Sunnah waljama’ah di dalam kitab Al-Futuhat mangatakan
: ”Ketahuilah Bahwa Al-Mahdi itu mesti keluar, namun tidak akan keluar kecuali
apabila dunia sudah penuh dengan kezaliman dan dialah yang akan melenyapkan
kezaliman itu dan menggantikan dengan keadilan. Dia berasal dari keturunan
Rasulullah S A W dari putra Fathimah r.a. Kakeknya adalah Husain bin Ali bin
Abi Thalib, dan ayahnya adalah Imam Hasan Al-Askari bin Imam Ali Al-Naqi bin
Imam Muhammad Al-Taqi bin Imam Ali Al-Ridha bin Imam Musa Al-Kazhim bin Imam
Jakfar Ashshadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam
Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib r.a. HADITS-HADITS TENTANG IMAM MAHDI A.Nabi
saw bersabda : “dunia ini tidak akan hancur hingga seorang lelaki dari kalangan
bangsa arab yang namanya sama denganku muncul” (Shahih Tirmidzi, jld 9, hal 74)
B.Rasulullah saw bersabda: “meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan
hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari
itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari
ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan
kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan
penindasan setelahnya” (Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh
At-thabrani, hal 217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1,
hal 249) C.Ummu salamah ra mengutip Rasulullah saw bersabda “Mahdi adalah dari
ahlulbaytku dan keturunan Fathimah” (Sunan Ibnu Majah, kitab al-fitan, vol 2,
hal 1368, no. 4076; Sunan Abi dawud, kitab al-mahdi, no. 3735) D. Di riwayatkan
oleh Qunduzi dalam kitabnya Yanabi al-mawaddah dari sanad Abu sa’id alkhudri
berkata: “Rasulullah sakit keras. Fathimah mendatanginya ketika aku sedang
berada disana. Melihat Rasulullah saw yang lemah, Fathimah menangis tersedak.
Rasulullah pun menepuk pundak Husain dan berkata “Mahdi adalah dari keturunan
Husain. Salam atasnya semua” (Yanabi al-mawaddah vol 3, hal 394) 128 (seratus
dua puluh delapan) Ulama Ahlusunah telah meyakini kelahiran Imam Mahdi Dibawah
ini akan kami sebutkan sebagian nama-nama mereka:
1.Muhammad bin Harun Abu Bakar ar-Rauyani (w.
307 H) dalam kitabnya al-Musnad.
2.Abu Nu’aim aI-Ishfahani (w. 430H) dalam
kitabnya al-Arba’in haditsan fi al-Mahdi.
3.Ahmad Bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H) dalam
Syu’ab al-Iman.
4.Al-Khawarizmi al-Hanafi (w. 568 H) dalam
Maqtal al-Imam al-Husain.
5.Muhyiddin Ibn al-Arabi (w. 638 H) dalam
al-Futuhat alMakkiyah, bab 366 dalam pembahasan 65, sebagaimana disebut dalam
Yawaqit wa al-Jawahir oleh asy-Sya’rani.
6.Kamaluddin Muhammad bin Thalhah asy-Syafi’iy
(w. 652 H) dalam Mathalib as-Su’ul.
7.Sibth Ibn al-Jauzi al-Hanbali (w. 654 H) dalam
Tadzkirah-alKhawash.
8.Muhammad bin Yusuf al-Kunji asy-Syafi’i
(terbunuh tahun 658 H) dalam kitabnya Kifayah ath-Thalib. 9.Al-Juwaini
al-Hamawaini asy-Syafi’i (w. 732 H) dalam Fara’id as-Simthain: 2\337.
10.Nuruddin Ibnu Shabbagh al-Maliki (w. 855 H)
dalam al-Fushul al-Muhimmah.71
11.A1-Quthb asy-Sya’raani, sebagaimana dinukil
dalam Nuur alAbshar (187).
12.Syeikh Sahan al-Iraqi, sebagaimana dinukil
dalan Nuur al-Abshar.
13.Syeikh Ali al-Khawash, sebagaimana disebutkan
oleh al-Quthb asy-Sya’rani. 14.Syeikh asy-Syablanji dalam Nuur al-Abshar.
15.Ibnu Hajar al-Haitsami al-Makki (974 H) dalam
ash-Shawaiq. PENUTUP Imam Mahdi dalam Al Qur’an……..: Ayat pertamaa Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia
akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”(Anbiya’; 105) Imam Muhammad
Al-Baqir bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris bumi yang
tersebut dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi yang akan bangkit di akhir
zaman.” Syekh Thabrisi setelah menukil riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah
hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ulama mazhab ahlul bait dan Ahli Sunah yang
menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam Al-Baqir di atas. Hadis tersebut
mengatakan, “Jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari,
maka Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang yang saleh dari
Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia
telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain
Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak
tentang hal ini.[Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67]
Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim berkaitan
dengan ayat yang berbunyi “Kami telah menulis di Zabur setelah Dzikr…”
dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan
Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh
adalah Al-Qaim a.s. dan para pengikutnya.[Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal
464] Ayat kedua Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang
tertindas di bumi, dan akan Kami jadikan mereka para pemimpin dan pewaris
dunia.(Qashash; 5) Sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali krw di dalam Nahjul
balagah serta sabda para Imam yang lain, ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah.
Dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut kafilah
kebenaran yang terzalimi yang akhirnya kendali dunia akan jatuh ke tangan
mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman.[Majma’ul bayan,
juz 7, halaman 239]
Syekh Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda
Imam Ali a.s. yang berbunyi:”ayat ini berkaitan dengan kita”.[Tafsir Nuruts
Tsaqalain, juz 4, halaman 107-111] Ayat Ketiga Hai orang- orang yang beriman,
barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap
keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak
takut kepada celaan orang yang suka mencela…(Al-Maidah; 54) Dalam tafsir Ali
bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan para pengikutnya,
merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali tidak takut terhadap
apapun”.[Tafsir Nur Tsaqalain, juz 1, halaman 641] Ayat Keempat Allah SWT
menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa
mereka (pasti) akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana
Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk
menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut
mereka menjadi keamanan.(Nur; 56)
Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul
bait diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saw.
Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin bahwa beliau
membaca ayat di atas. Setelah itu beliau berkata,”Demi Allah SWT mereka yang
dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang
dari kita. Dia adalah Mahdi umat ini. Dialah orang yang disebut-sebut oleh
Rasul saw, jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT
akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan
memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga
dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir dan
imam Ja’far Shadiq.”. AminulIslam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan
penjelasannya tentang ayat ini dengan penjelasan berikut ini ”mengingat agama
Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka pastilah janji ini akan
terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama-
tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita ketahui bahwa janji Allah
tidak akan pernah hanya janji semata.”[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 152;
Tafsir Al-Burhan, juz 3, halaman 147] Ayat
Kelima Dialah Zat yang yang telah mengutus
rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama
tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak
menginginkannya.(At-Taubah; 33) Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar karya
Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat tersebut adalah baginda Nabi
Muhammad saaw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab
suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan
memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama
atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal
ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini
terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saw pada suatu kesempatan menyebutkan
bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya,
sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan
tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan
memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh
keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya.
Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di
atas langit kecuali akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang
ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya
kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan
sanak keluarganya yang telah meninggal dunia kembali lagi…[Kasyful asar, juz,
4, halaman 119-120] Ayat Keenam Barangsiapa terbunuh secara mazdlum, maka kita
akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin, oleh karena itu hendaknya tidaklah
berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia akan tertolong. (Isra’; 33) Huaizi
dalam kitab tafsir Nur Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir berkata, “ Maksud dari
orang yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain, dan kamilah ahli
waris dan wali dari beliau, saat Qaim al-Mahdi datang dia akan menuntut darah
Husain dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak akan berakhir selagi
darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari keluarga Muhammad
saw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia
telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[Nur tsaqalian, juz 3,
halaman 163]
Ayat Ketujuh Simpanan Tuhan itu lebih baik bagi
kalian, jika kalian beriman… (Hud; ayat 86) Dalam tafsir Nur Tsaqalain, dengan
menukil dari Al-Kafi, disebutkan,” Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq
tentang Al-Qaim Al-Mahdi, apakah bisa menggunakan ungkapan Amirul mukminin saat
mengucapkan salam kepada beliau? Imam menjawab, “Tidak, karena gelar ini
diberikan Allah untuk Imam Ali saja. … dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu,
lalu apa yang harus aku sampaikan saat mengucapkan salam padanya ? Imam Shadiq
menjawab, Semua harus mengatakan: السلام عليک يا بقية
الله “Salam atasmu wahai
simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat di atas.[Nur tsaqalian, juz 2,
halaman 390] Syekh Abu Manshur Thabrisi dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah
riwayat dari Amirul Mukiminin Ali .:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia
akan datang setelah masa ini. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan
sebagimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman.”[Nur tsaqalian, juz 2, halaman
390]
Syekh Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin,
meriwayatkan sebuah riwayat yang cukup panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir Isi
sebagian riwayat yang menyinggung permasalahan Imam Mahdi itu demikian,” Saat
Qaim muncul, dia akan bersandar kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung
dengannya. Maka ungkapan pertama yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan
mengatakan akulah Baqiyatullah, hujjah dan khalifah Allah di antara kalian.
Saat itu setiap muslim menyalaminya dengan ungkapan, Salam atasmu wahai
Baqiyatullah di bumi-Nya.” [Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390-392] I.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib krw, dari Rasulullah Saw.: “Sesungguhnya
Islam itu bermula sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka
berbahagialah orang-orang yang asing.” Seseorang bertanya: “Siapakah
orang-orang yang asing itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka itu
ialah orang-orang yang berlaku baik ketika masyarakat telah rusak. Sesungguhnya
tidak ada keterlepasan atau keterasingan bagi seorang Mukmin. Tak ada seorang
Mukmin pun yang mati, melainkan para malaikat menangis karena kasihan
kepadanya. Kalaupun mereka tidak menangis untuknya, maka kuburnya akan
diluaskan dengan cahaya yang cemerlang ketika ia diletakkan di tempat kepalanya
terletak.” ” (Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436,
dikutip dari Ja’fariyat wal Asy-Atsiyyat) II. Ibnu Majah men-takhrij dalam
Sunan-nya, jilid II, dalam bab Al-Fitan, Fitnah Dajjal, dari Abu Imamah
Al-Bahili, katanya: “Rasulullah berkhutbah kepada kami, dan sebagian besar
khutbah beliau adalah ceritera mengenai Dajjal, yang terhadapnya beliau
memperingatkan kami.
Di antara kata-kata beliau adalah: “Sungguh,
belum pernah ada cobaan di muka bumi, sejak Allah menciptakan keturunan Adam,
yang lebih besar dari Dajjal. Allah tidak pernah mengutus seorang Nabi, maka
pasti dia memperingatkan umatnya terhadap Dajjal. Aku adalah Nabi yang terakhir
dan kalian adalah umat yang terakhir; dan tak dapat tidak, Dajjal akan keluar di
kalangan kalian.’” (Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal,
436, dikutip dari Sunan Ibnu Majah) III. Imam Ja’far bin Muhammad Al BAqir
berkata : “Sesungguhnya Al-Qa’im kami, apabila ia muncul, maka Allah SWT
memanjangkan bagi pengikut kami daya dengar dan lihat mereka, sehingga antara
mereka dengan Al-Qa’im tidak perlu ada kurir. Dia akan berbicara kepada mereka,
dan mereka dapat mendengar dan melihat kepadanya sedang dia sendiri masih tetap
di tempatnya.’ (Al-Kulainy, Al-Kafi, jilid VIII, hal 240 – 241) IV. Imam
Ash-Shadiq berkata : “Sesungguhnya orang Mukmin di zaman Al-Qa’im itu, jika dia
berada di Timur, dia pasti bisa melihat saudaranya yang berada di Barat.
Demikian pula mereka yang berada di Barat akan dapat melihat saudaranya yang
berada di Timur.” (Kemajuan zaman melalui pemberitaan dunia lewat televisi??)
(Abdullah Syabr, Haqqul Yakin, jilid I, hal. 229) V. Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang MATI belum mengenal IMAM ZAMANNYA , maka matinya mati
jahiliyah.” (Shahih Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan). Allahumma shalli
wasallim wabaarik alaa Muhammad wa Aali Muhammad, Allahumma nawwir quluubana bi
Muhammad wa Aalihil Ath’har.Allahumma’shrah shudhuurana bidzhuhuuril Hujjah Al
Qa’im min Aali Muhammad waj’alna min anshaarihi wa Hizbihi Ya Karim!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar