Kantor
berita Fars melaporkan, Presiden Amerika, Barack Obama dan Raja Saudi, Abdullah
bin Abdul-Aziz dalam percakapan telepon, telah sepakat untuk menghadapi Iran.
Mereka mengklaim harus menuntut Iran berkaitan rencana Tehran meneror Dubes
Saudi di Washington seperti yang diklaim Amerika.Jaringan Aljazeera Qatar yang
dikutip Fars News melaporkan, Amerika dan Arab Saudi telah sepakat untuk
menghimpun berbagai negara guna membuat perhitungan dengan Iran.
Berdasarkan
laporan Aljazeera, Gedung Putih menyatakan Obama dan Abdullah bin Abdul-Aziz
Rabu malam (12/10) melakukan percakapan telepon dan membahas soal Iran yang
diklaim AS berusaha meneror Dubes Saudi di Washington.
Gedung
Putih juga menyatakan bahwa Presiden Amerika dan Raja Saudi telah mengambil
kesepakatan bahwa rencana Iran meneror Dubes Saudi itu merupakan pelanggaran
nyata konvensi, norma dan hukum Internasional.
Dua
hari lalu,Amerika mengklaim telah menggagalkan rencana dua warga Iran yang akan
meneror Dubes Saudi di Washington. Kementerian Luar Negeri Iran secara tegas
telah menolak klaim tersebut dan menilai klaim itu hanyalah skenario Washington
untuk memojokkan Iran. Menindaklanjuti tuduhan itu, Iran telah melayangkan
protesnya kepada PBB.
Jubir
Gedung Putih, Jay Carney dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Obama dan
Abdullah bin Abdul-Aziz menegaskan komitmennya untuk menjawab dengan tegas
skenario teror tersebut.
Media-media
Barat seperti Reuters dan sebagian jaringan berita seperti Al-Arabia terus
melakukan propaganda keras anti-Iran dengan dalih klaim Amerika.
Sementara
itu, sebagian analis menilai klaim-klaim baru dan tak berdasar Washington yang
anti-Tehran hanyalah untuk menutupi kondisi tak menentu Amerika. Sebagian
pengamat lain meyakini negara-negara Barat hanya mencari alasan baru guna
menekan Iran dan menciptakan perpecahan di antara negara-negara Timur Tengah
seperti Arab Saudi.
Washington — Agen-agen AS memfitnah Iran berupaya melakukan pembunuhan,
dengan skema pembunuh bayaran, terhadap Duta Besar Arab Saudi untuk AS, kata
Jaksa Agung AS Eric Holder, Selasa (11/10/2011). Holder mengatakan, sejumlah
elemen Pemerintah Iran terlibat dalam menyusun rencana itu.
Seorang warga AS hasil naturalisasi
yang memegang paspor Iran dan AS serta seorang anggota Pengawal Revolusi Iran
menghadapi tuduhan konspirasi terkait rencana tersebut. “Selain menahan anggota
komplotan terkait tanggung jawab mereka dalam rencana itu, Amerika Serikat
berkomitmen untuk meminta tanggung jawab Iran atas tindakannya,” kata Holder
kepada wartawan.
Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi
di Washington mengeluarkan sebuah pernyataan pada Selasa yang menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak berwenang AS atas pembongkaran rencana
tersebut. “Upaya komplotan itu merupakan pelanggaran norma, standar, dan
konvensi internasional serta tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan,”
bunyi pernyataan kedutaan tersebut.
Menurut para pejabat AS, Duta Besar
Saudi bukan satu-satunya target. Para tersangka juga membahas serangan terhadap
kedutaan besar Israel dan Saudi di Washington dan mungkin di Buenos Aires,
Argentina, kata seorang pejabat senior AS.
Namun, tidak jelas mengapa Iran
menargetkan Duta Besar Saudi, atau bagaimana pengetahuan atau persetujuan akan
rencana itu dalam pemerintahan Ahmadinejad. Holder berulang kali menyebut bahwa
mereka yang bertanggung jawab merupakan “faksi” dan “elemen” dari Pemerintah
Iran.
Dua tertuduh, yaitu Manssor
Arbabsiar (56), merupakan warga AS hasil naturalisasi, dan Gholam Shakuri,
seorang anggota Pengawal Revolusi Iran yang berbasis di Iran. Mereka dituduh
melakukan konspirasi untuk membunuh seorang pejabat asing, konspirasi untuk
menggunakan senjata pemusnah massal, dan konspirasi untuk melakukan suatu
tindakan terorisme, demikian sebuah pernyataan tertulis (affidavit) agen
FBI yang dirilis pada Selasa. Menurut FBI, Arbabsiar ditangkap September,
sementara Shakuri masih buron.
Pihak berwenang mengembangkan kasus
mereka dengan bantuan seorang informan yang menyamar sebagai seorang penghubung
dari sebuah kartel narkoba Meksiko, demikian kata para pejabat dan dokumen
pengadilan. Kedua orang itu berada dalam sebuah kelompok yang sedang
merencanakan pembunuhan Duta Besar Saudi, Adel Al-Jubeir, kata affidavit
tersebut.
Arbabsiar dan informan yang menyamar
itu dituduh telah membahas penggunaan bahan peledak untuk membunuh duta besar
itu dan kemungkinan serangan terhadap sebuah restoran yang ramai. Informan itu
menyebut angka 1,5 juta dollar AS sebagai tarifnya, kata dokumen pengadilan.
Arbabsiar dituduh telah mengirimkan 100.000 dollar sebagai uang muka, kata
dokumen pengadilan itu lagi.
Rencana tersebut terbaca “seperti
naskah Hollywood,” tetapi implikasinya nyata, kata Direktur FBI Robert Mueller.
“Kasus ini menggambarkan bahwa kita hidup di dunia di mana perbatasan dan
sekat-sekat semakin tidak relevan, sebuah dunia di mana orang-orang dari satu
negara berusaha untuk berkonspirasi dengan sebuah kartel perdagangan narkoba di
negara lain demi membunuh seorang pejabat asing di wilayah Amerika Serikat,”
katanya.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary
Clinton, Selasa, mengatakan, tindakan tambahan untuk lebih mengisolasi rezim
Iran akan dipertimbangkan. Seorang pejabat lain AS, Selasa, mengatakan, AS juga
akan mengangkat masalah itu ke Dewan Keamanan PBB dan anggota lain dari
komunitas internasional.
Tak lama setelah Pemerintah AS
merilis rincian tentang tuduhan itu, Selasa, Departemen Keuangan AS mengumumkan
sanksi terhadap Arbabsiar, Shakuri, dan tiga orang lain yang terkait dengan
rencana tersebut.
Para pejabat AS menduga kasus itu
melibatkan Pasukan Quds, cabang dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, yang
terlibat dalam sejumlah operasi Iran di luar negeri. Pasukan Quds dituduh para
pejabat AS mensponsori serangan terhadap pasukan Amerika dan koalisi di Irak.
Pada Oktober 2007 Departemen Keuangan AS menyebut Pasukan Quds sebagai
“penyedia material bagi organisasi teroris Taliban dan lainnya.”
Arab Saudi sering dianggap saingan
regional Iran dan kedua negara itu memang berselisih. Para pemimpin Arab yang
bermazhab Suni beberapa kali membahas secara langsung keterlibatan di Irak
setelah penarikan militer AS, demikian menurut sebuah laporan Dewan Hubungan
Luar Negeri AS. Iran secara luas mendukung milisi Syiah di Irak.
Riyadh Ancam Tehran. Fars News melaporkan, Menlu Arab Saudi, Saud al-Faisal mereaksi klaim Amerika soal rencana aksi teror terhadap Duta Besar Saudi di Washington. Hal itu disampaikannya saat berkunjung ke Austria, guna mendirikan pusat dialog antaragama di Wina.Dua hari lalu, Washington mengklaim telah menggagalkan rencana dua warga Iran yang ingin meneror Dubes Saudi, Adel al-Jubeir di Washington. Kementerian Luar Negeri Iran secara tegas telah menolak klaim tersebut dan menilai klaim itu hanyalah skenario Washington untuk memojokkan Iran. Menindaklanjuti tuduhan itu, Iran telah melayangkan protesnya kepada PBB.Hingga kini klaim tersebut tidak disertakan bukti, namun al-Faisal dengan tegas mengatakan bahwa Iran harus bertanggung jawab atas semua aksi anti-Arab Saudi.Berdasarkan Reuters, al-Faisal menyatakan bahwa Arab Saudi tidak tinggal diam dalam menghadapi aksi-aksi tersebut dan setiap kali Tehran melakukan aksi anti-Riyadh, maka Iran akan menghadapi balasan yang serupa. Pangeran Turki al Faisal juga mengklaim bahwa Saudi mempunyai banyak bukti terkait rencana aksi teror tersebut.
Disisi lain, banyak kalangan yang
meragukan klaim Amerika yang menuduh Iran merencanakan aksi teror terhadap
Dubes Saudi di Washington. Bahkan sebagian pengamat menertawakan klaim Amerika
tersebut. Sebagian pejabat Amerika menyerupakan klaim itu seperti alur cerita
film Hollywood. Sejak dua hari lalu, Para pejabat AS dan Arab Saudi bersikap
seirama dalam menentang Iran. Banyak para analis menilai klaim Amerika itu
hanyalah untuk meningkatkan tekanan baru Barat terhadap Iran.
(Muslim Syi'ah dan Sunni Sholat Jum'at Bersama Tahun 1908 di Mekkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar