Ketika melintasi
jalan Mohammad V, tepat didepan bank Magrib, disamping pos Magrib ada palang
yang tertuliskan Avenue Soukarno atau jalan Soekarno.
Bagi para
mahasiswa, maupun orang Indonesia yang berkunjung ke Maroko palang itu merupakan kebanggaan tersendiri. Betapa
tidak nama presiden pertama Indonesia diresmikan sebagai nama jalan yang ada di
jantung ibu kota Maroko
Nama Soekarno diabadikan sebagai salah satu nama
jalan sebagai penghormatan atas jasa Soekarno saat menggalang kekuatan
negara–negara dunia ketiga dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, Jawa
Barat.
Nama Jalan Soekarno sendiri diresmikan pada tahun
1960 oleh Raja Mohammed V (saat ini Raja Mohammed VI) dan dihadiri langsung oleh
Soekarno yang saat itu sebagai Presiden RI. Sebelum berubah menjadi Rue
Soukarno, nama jalannya adalah Al Rais Ahmed Soekarno.
Dukungan Indonesia mendorong Maroko aktif dalam
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung. Setahun setelah itu,
tepatnya tanggal 2 Maret 1956, Maroko meraih kemerdekaannya. Hari itu juga
hubungan diplomatik antara dua negara ini terjalin, yang ditandai dengan
dibukanya Kantor Kedutaan Besar RI di Rabat.
Pada tanggal 2 Mei 1960 Presiden pertama Indonesia
mengadakan kunjungan ke Maroko, sebagai bentuk dukungan Indonesia untuk
kemerdekaan Maroko dari jajahan Francis. Beliau mendapat sambutan hangat dari
Raja Mohammed V dan rakyat Maroko.
Presiden Soekarno dianggap tokoh yang berperan
dalam kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika, Indonesia merupakan Negara pertama
yang mengakui kedaulatan Negara Maroko. Sebagai apresiasi dari raja Mohammad V,
nama presiden Soekarno diabadikan sebagai nama jalan besar yang berada di
jantung ibu kota ini.
Ketika raja Mohammad V memberikan tawaran kepada Ir
Soekarno dengan berbagai macam hadiah sebagai ucapan rasa trimakasih, beliau
menolaknya.
Ir Soekarno hanya meminta agar rakyatnya boleh
masuk ke Maroko seperti rumah sendiri. Hingga saat ini pemerintah Maroko
memberikan On Arrival Visa kepada WNI yang datang ke Maroko
sehingga pemegang paspor Indonesia yang berkunjung
ke maroko tidak membutuhkan visa untuk kunjungan ke Maroko sampai 90 hari
Maroko merupakan negeri berbasis Arab dengan
peradaban style versi Eropa. Menurut Musthafa Abdul Rahman, potret itu adalah
keberhasilan sistem monarki di Maroko yang telah menjadikan Islam dan
modernitas berjalan seiring.
Islam dan kemodernan berpadu harmonis dalam
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hal ini hampir sama dengan
kondisi yang ada di Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbanyak di
dunia, namun tetap berjalan seiring kemodernitasan Zaman.
Bahkan Wakil Menteri Luar Negeri Maroko, Latifa
Akherbach, pernah menyampaikan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk muslim
terbesar di dunia dapat dijadihkan contoh sebagai negara yang mampu memadukan
antara nilai Islam, demokrasi dan modernisasi, sehingga Maroko menilai
Indonesia merupakan negara penting untuk menjalin kerja sama dalam menghadapi
tantangan dan krisis global.
Semoga akan ada lagi tokoh besar Indonesia yang
namanya bisa sampai diabadikan karena jasanya bagi kemajuan bangsa-bangsa yang
ada di dunia seperti Soekarno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar