Pengantar Penerjemah
Beberapa bulan silam, hamba yang dha'if ini diminta oleh salah seorang rekan karib -yang aktif dalam bidang dakwah dan membantu berbagai kesulitan kaum dhu'afa dan fakir miskin- untuk menterjemahkan sebuah kitab akhlak yang ukurannya nampak kecil dan ringkas, namun isinya penuh dengan berbagai mutiara indah dan mahal harganya. Akhuna Syaikh Abu Zahra, terus saja mendesak hamba untuk segera melakukan usaha penerjemahan kutaib tersebut. Dengan rasa berat hati, mengingat saya sendiri belum mampu mengamalkan sebagian kecil isi dan kandungan kutaib tersebut, apalagi memahami dan mengamalkan seluruh yang dituangkan di dalam kutaib tersebut. Di samping itu pula banyaknya kesibukan, baik yang berhubungan dengan studi mapun aktivitas lainnya yang berupa situs, ta'lif, terjemah istiftaat, dll.
Ya, akhirnya -dengan bertawakal kepada Allah Swt dan dengan tujuan ishlahu nafsiy- permohonan itu saya kabulkan. Dan dengan bantuan istri Muhammad Adlany, akhirnya terjemahan ini dapat kami rampungkan juga, walaupun tentunya masih banyak kekurangan di sana-sini. Kepada Akhi ustadz Muhammad Adlany sekeluarga, saya ucapkan banyak terimakasih yang telah banyak membatu saya, baik dalam menerjemahkan kutaib ini maupun kegiatan terjemahan lainnya, seperti di situs : www.telagahikmah.org, www.albalaghalmobeen.net, di daftar Rahbar Hf dan lain-lain.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga -secara khusus- saya sampaikan kepada Umu Qurba tercinta, puteri mertua saya, yang telah banyak mengorbankan tenaga, pikiran dan waktunya demi membantu ayah kedua orang puteranya (Ahmad Zainal Qurba Amin dan Muhammad Baqir Amin) dalam menjalankan berbagai aktivitas, baik di hauzah maupun di masyarakat sekitar. Pahala sederhana yang mungkin saya peroleh dari upaya menerjemahkan kutaib ini, saya hadiahkan kepada penghulu seluruh wanita alamin, buah hati dan belahan dada Rasulullah Saw, Ummul Hasanain As; Fatimah Az-Zahra (salamullahi 'alaiha). Dengan wasilah ini saya berharap kiranya beliau pun sudi memberikan bantuan dan syafa'atnya kepada Ummu Qurba tercinta sekeluarga, baik selama hayat di alam fana ini, maupun di alam barzakh dan pada hari ketika semua amal ibadah dihisab. Amin……
Harapan dan doa saya, semoga kiranya usaha penerjemahan kandungan kutaib akhlak yang berat ini menjadi pemicu saya dan keluarga untuk dapat sedikit demi sedikit memahami dan mengamalkannya. Dan menjadi bekal yang berharga bagi kami dan pembaca budiman lainnya untuk kembali ke wathan asli (alam akhirat). Tak lupa pula kami senantiasa mohon doa dari para pembaca yang budiman agar kami diberikan karunia Khusnul Khatimah dalam kehidupan di dunai yang fana ini.
Akhirul kalam, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Qum al-Muqaddasah
Akhir Dzul Qa'dah 1426 H
Al-Ahqar: Abu Qurba Amin
Pengantar Peneliti
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah Swt yang mengatur alam semesta. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad Saw dan seluruh keluarganya yang suci dan mulia ( alaihim salamullahi ajma'in ) dan semoga pula laknat dan kutukan Allah Swt senantiasa ditimpakan kepada musuh-musuh mereka sejak sekarang sampai tiba hari kiamat. Amin Ya Rabbal Alamin……
Ilmu akhlak merupakan persoalan sosial yang paling utama. Bahkan akhlak merupakan pondasi kehidupan sosial. Karena suatu masyarakat dan bangsa akan jaya dan maju dengan mengamalkan nilai-nilai akhlak yang luhur, bukan dengan kebudayaannya dan bukan pula dengan usianya yang tua. Tanpa menjunjung nilai-nilai akhlak, kehidupan umat manusia akan sirna dan bumi ini akan menjadi hutan belantara yang dikuasai oleh orang-orang yang kuat, sementara mereka yang lemah akan hidup teraniaya sepanjang hayatnya.
Sesungguhnya akhlak dapat dijadikan sebagai tolok ukur dan barometer bagi hal-hal lainnya. Setiap orang yang mengkaji perilaku Ahlul Bait As dan riwayat-riwayat mereka, pasti mengetahui bahwa ahklak yang baik akan menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga di akhirat kelak. Sedangkan di dunia, akhlak merupakan wasilah untuk meningkatkan derajat seseorang kepada kesempurnaan.
Rasulullah Saw diutus untuk seluruh umat manusia pada masa di mana kesesatan, kerusakan dan kebingungan menyelimuti seantero jagat raya. Beliau bersabda: "Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak dan budi pekerti yang mulia" Beliau Saw mengetahui betul akan hakikat akhlak mulia dan sejauh mana pengaruhnya terhadap masyarakat dan sosial. Mengingat pentingnya akhlak dan peranannya yang aktif dalam jiwa setiap manusia, maka kita lihat bahwa Allah Swt memuji rasul-Nya yang mulia dengan akhlaknya yang baik. Allah Swt. berfirman: "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung".
Beliau Saw merupakan manusia maksum yang sempurna dalam segala hal dan dimensi. Ketika beliau berada pada titik kesempurnaan insaniahnya yang tinggi, Allah Swt memilih beliau sebagai kekasih-Nya dan memujinya dengan ungkapan yang ringkas tetapi mengandung nilai yang begitu tinggi dan makna yang dalam dengan ungkapan : "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung".
Oleh karena itu betapa agung dan mulia nilai akhlak yang baik di sisi Allah Swt sehingga Dia memilihnya dengan seluruh sifat-sifat dan kesempurnaan nabawiyah. Di samping itu kita perhatikan -di sepanjang perjalanan sejarah kehidupan manusia- bahwa sesungguhnya orang-orang yang berakhlak mulia memiliki nama baik dan harum yang abadi di tengah-tengah masyarakatnya lantaran akhlak dan budi pekertinya yang luhur. Dan mereka senantiasa dikenal oleh generasi berikutnya di sepanjang hari dan tahun. Sebaliknya orang-orang yang berakhlak buruk senantiasa menerima hujan laknat dan kutukan di sepanjang sejarah akibat akhlak mereka yang buruk dan hati mereka yang keras. Oleh karena itu kita melihat bahwa para ulama yang mengetahui rahasia dan kemuliaan berusaha menyebarluaskan akhlak di tengah-tengah masyarakat, mereka berupaya keras untuk menulis dan menyusun berbagai macam kitab akhlak di sepanjang kurun dan waktu. Di antara mereka adalah:
1. Aminul Islam Fadl bin Hasan At Tabarsi, penulis kitab tafsir Majma'ul Bayan. Beliau termasuk ulama yang hidup pada abad ke 6 Hijriyah dan wafat pada tahun 548 H. Beliau menyusun sebuah kitab akhlak yang berjudul al-Adabu Diniyyah (Adab-adab Agama).
2. Ibnu Aminul Islam Radliyuddin abi Nashr At Tabarsi. Beliau menulis sebuah kitab yang cukup terkenal yang diberi nama Makarimul Akhlak (Akhlak-akhlak yang mulia).
3. Putra penulis kitab Makarimul Akhlak yang bernama Abil Fadl 'Ali at Tabarsi yang wafat pada permulaan abad ke 7 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang diberi nama Misykatul Anwar fi Ghuraril Akhbar.
4. Hujjah Nashiruddin Thusi yang wafat pada th. 672 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Aushaful Asyraf (Sifat-sifat orang mulia).
5. Muhammad bin Muhammad As Sabzawari, ulama yang hidup pada abad ke 7 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Jami'ul Akhbar (Penghimpun riwayat-riwayat).
6. 'Allamah Muhammad Baqir Al Majlisi, penulis kitab Biharul Anwar. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Khilyatul Muttaqin (Hiasan orang-orang taqwa).
7. Al Faidh Al Kasyani. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama al- Mahajjatul Baidha.
8. As Syaikh Al Jalil Muhammad Mahdi An Niraqy yang wafat pada tahun 1209 H. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama Jami'u as- Sa'adah ( Penghimpun Kebahagiaan).
9. As Sayid Abdullah Syubbar yang wafat pada tahun 1232 Hijriyah. Beliau menulis sebuah kitab yang bernama al Akhlak.
10. Termasuk di antara mereka yang mulia adalah as-Syaikh Al Muhaddis Tsiqah Abbas al Qummy ra penulis sebuah kitab yang ternama bernama Mafatihul Jinan. Beliau dikenal dengan keikhlasan, taqwa, zuhud dan wara'nya. Beliau dilahirkan pada tahun 1294 Hijriyah dan wafat pada tahun 1359 Hijriyah. Sepanjang hayatnya beliau telah menulis beberapa kitab berharga yang memenuhi perpustakaan-perpustakaan Islam. Di antaranya adalah kitab Akhlak yang kini berada di hadapan pembaca. Kitab ini berisi lima puluh pelajaran akhlak yang disiapkan sebagai pelajaran yang ringkas dan bermanfaat dan betul-betul dibutuhkan. Kitab ini pada awalnya ditulis dengan bahasa Persia, beberapa tahun kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dan pada cetakan-cetakan berikutnya telah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Semoga Allah Swt dapat menerima jerih payah yang sederhana ini dan kita mohon kepada-Nya agar mendapat taufik untuk mengamalkan pelajaran-pelajaran akhlak yang mulia ini dengan haq Muhammad dan keluarganya.
Amin Yaa Rabbal 'Alamin.
18 Syawal 1424 H.
Nezar Ni'matul Hasan.
Qom al Muqaddasah
Sekilas Riwayat
Hidup Syaikh Abbas Al-Qummi
Syeikh Abbas Al Qummy, sebagaimana yang tertulis di dalam kitab Al Fawaaidur RadHawiyyah dilahirkan pada tahun 1294 Hijriyah di kota suci Qum. Beliau hidup di kota tersebut sejak masa kecil hingga masa remaja dan akhir hayatnya. Di kota kelahirannya itu pula beliau mempelajari berbagai mata pelajaran mukadimah, mulai dari ilmu-ilmu fiqih dan usul. Pada tahun 1316 H. Al Muhaddis Al Qummy pergi merantau ke kota Najaf Asyraf - Irak untuk melanjutkan studinya. Di sana beliau mengikuti khlaqah-khlaqah pelajaran yang disampaikan oleh para ulama terkenal dan guru-guru besar. Tetapi minat beliau dalam mempelajari ilmu hadist lebih tinggi daripada minatnya mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya. Sejak saat itulah beliau bertekad untuk berusaha mendalami ilmu hadist dan berusaha keras dalam mengkajinya. Oleh karena itu beliau senantiasa mendatangi seorang muhaddist ternama dan 'alamah besar yaitu Mirza Husain An Nury penulis kitab Mustadraqul Wasaail. Dari beliaulah Syeikh Abbas Al Qummy banyak mengambil pelajaran-pelajaran dan pancaran ilmu pengetahuannya.
Sifat Zuhudnya
Kehidupan Syeikh Abbas Al Qummy jauh lebih sederhana dibanding rata-rata orang lainnya. Aba'ah yang senantiasa beliau kenakan terbuat dari bahan yang kasar, tetapi selalu berbau harum dan bersih, dan beliau tidak pernah menggantinya selama beberapa tahun karena beliau tidak pernah memikirkan kekayaan dan bagaimana berhias. Beliau sama sekali tidak menggunakan saham Imam Zaman As untuk keperluan hidupnya, beliau berkata: " Aku tidak pantas untuk itu ". Beliau sangat berhati-hati dalam hal makan dan minum dan senantiasa khawatir akan terkena hal-hal yang syubhat. Pada suatu hari dua orang perempuan syiah dari India mendatanginya, kedua wanita tersebut ingin memberikan uang sejumlah 75 rupee India sebagai syahriyah atau bia siswa untuk keperluan hidup beliau sehari-hari, tetapi beliau menolaknya. Pengeluaran beliau pada setiap bulannya -ketika itu- kira-kira sebesar 50 rupee. Salah seorang kerabatnya memaksa beliau untuk menerima pemberian tersebut, tetapi beliau menjawab dan mengatakan: "Sesungguhnya aku tidak tahu bagaimana aku harus memberikan jawaban di hadapan Allah pada hari kiamat tentang uang yang akan aku gunakan sekarang ini. Betapa beratnya tanggung jawabku untuk menerima unag tersebut ".
Keikhlasan
Beliau
Pada suatu hari beliau berkata kepada putranya: " Setelah aku menulis kitab Manazilul Akhirah (Peringkat-peringkat Hari Akhirat) dan mencetakknya, aku pergi mengunjungi kota suci Qom. Di sana aku lihat kitabku itu sampai di tangan Syeikh Abdul Razak di mana beliau senantiasa memberikan nasihat kepada masyarakat di Haram Sayyidah Maksumah As setiap sebelum shalat Dzuhur. Ayahku Muhammad Ridha yang termasuk murid Syeikh Abdul Razaak hadir pula ketika itu. Syeikh Abdul Razak membuka kitab Manazilaul Akhirat-ku tersebut kemudian membacakannya di hadapan hadirin. Suatu hari ayahku datang ke rumahku dan berkata kepadaku: " Wahai Syeikh Abbas seandainya saja engkau seperti Syeikh Abdul Razak yang senantiasa naik ke atas mimbar dan membacakan kitab ini ?". Ketika itu aku diam dan tidak memberikan jawaban bahwa kitab tersebut sebenarnya adalah kitabku. Tapi aku berkata kepada ayahku: " Wahai ayahku berdoalah untukku semoga Allah Swt memberikan taufik untuk hal itu".
Syeik Muhaddis Al Qummy adalah seorang yang wara', ikhlas, tidak pernah meninggalkan shalat malam, shaleh , muallif, muhaddis dan mempunyai keperdulian yang tinggi terhadap kitab-kitab, terutama kitab-kitab yang menjelaskan tentang ilmu-ilmu Ahlul Bait As yang berupa hadist-hadist, doa-doa dan yang lainnya. Beliau telah menulis puluhan kitab-kitab yang berharga di antaranya ialah Safinatul Bihar, Mafatihul Jinan, Nafsul Mahmum, Al Fawaaidur Radhawiyyah, Muntahal Aamal, lima puluh pelajaran akhlak dan yang lainnya yang beliau tulis dengan bahasa Persia yang kemudian diterjemahan ke dalam bahasa Arab.
Akhirnya, semoga kita dapat menggunakan waktu-waktu kita dengan baik dan tidak menyia-nyiakannya dengan banyak berkata-kata yang tidak ada manfaatnya sehingga Allah Swt menganugerahkan kita kesempatan untuk dapat mengkaji kitab-kitab beliau yang sarat dengan ilmu pengetanuan Ahlul Bait As tersebut dan dapat pula memahaminya dan mengamalkannya dengan baik dan ikhlas. Amin………
Mukadimah
Penulis
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang mengatur seluruh alam jagat raya, salawat dan salam sejahtera semoga senantiasa tercurah atas nabi besar Muhammad Saw dan keluarganya yang suci As. Sesungguhnya hamba yang telah patah kedua sayapnya ini, lemah kondisinya dan telah terjerembab ke dalam tangga angan-angan dan khayalan -yang bernama Abbas bin Muhammad Ridha al Qummy, semoga Allah memperlihatkan berbagai aib dan cacat dirinya dan menjadikan masa depan kondisi hatinya lebih baik daripada hari-hari sebelumnya- berkata:
"sesungguhnya buku sederhana ini mencakup beberapa kalimat yang indah dan nasihat-nasihat serta hikmah-hikmah yang mulia. Aku berharap kiranya orang-orang yang mempunyai akal sehat tidak hanya melihatnya sebagai coretan-coretan dan tulisan-tulisan belaka, tetapi hendaknya mereka melihatnya sebagai mutiara-mutiara yang tinggi dan merekam semua ini di telinga-telinga mereka untuk kemudian mengamalkan kandungannya. Dan aku juga mengharap agar mereka tidak melupakan kami; seorang durjana dan lalai ini dengan doa-doa kebaikan".
Pelajaran
Pertama: Khauf dan Khasyyah
Wahai sudaraku yang mulia, takutlah kepada Allah 'azza wa jalla dan ingatlah akan keagungan dan kebesaran-Nya, hendaklah engkau senantiasa memikirkan tentang hal ihwal hari perhitungan amal dan ingatlah berbagai macam azab Allah Swt. Gambarkanlah tentang kematian dan kesulitan yang akan terjadi di alam barzakh dan pembalasan pada hari kiamat, baca dan renungkanlah ayat-ayat dan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan surga, neraka dan hal ihwal orang-orang yang takwa dan orang-orang yang saleh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya setiap kali makrifah dan pengetahuan seorang hamba tentang kebesaran Khaliq Sang Pencipta yang Maha Agung itu bertambah, maka ia akan lebih banyak mengetahui aib dan cacat dalam dirinya dan akan bertambah pula rasa takutnya kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt menisbatkan khauf dan khasyyah kepada-Nya dengan takut dan khasyyahnya para ulama. Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya di antara para hamba-hamba- Nya hanya para ulamalah yang takut kepada Allah Swt "(Qs. al-Faathir:28)
Rasulullah
Saw bersabda: "Sesungguhnya aku adalah hamba yang paling takut kepada
Allah Swt"[1] Seorang perawi yang bernama Sa'labi meriwayatkan sebuah
hadis dengan sanad dari Abi Ishaq dari Abi Huzaifah bahwa seorang sahabat nabi
berkata kepada beliau: "Ya Rasulallah, betapa cepatnya engkau
beruban", Rasul Saw menjawab: "Sesungguhnya Hud dan saudari-saudarinya
telah membuatku beruban"[2] Di dalam hadis yang lain Rasulullah
Sawbersabda: "Telah membuatku beruban surat Hud, Waqiah, Mursalat, dan 'Amma
Yatasaalun"[3] Walaupun engkau belum pernah berjumpa dan melihat para
nabi, tetapi pasti engkau telah mendengar kisah-kisah tentang takutnya para
nabi dan para muqarrabbin (orang-orang yang dekat dengan Allah Swt),
ghaibubah-nya Amirul mu'minin 'Ali bin Abi Talib As dan tadarruk-nya Sayyidus
Sajidin di dalam munajat-munajatnya.
________________________________________
[1]Jam'us-sa'aadat, J. 1, Pasal Khauful-mahmud, hal 218.
[2] Tafsir Nur Tsaqalain, J. 2, hal. 334, dalam tafsir surah Huud.
[3] l Khisal, J.1, hal. 119, Bab keempat.
________________________________________
[1]Jam'us-sa'aadat, J. 1, Pasal Khauful-mahmud, hal 218.
[2] Tafsir Nur Tsaqalain, J. 2, hal. 334, dalam tafsir surah Huud.
[3] l Khisal, J.1, hal. 119, Bab keempat.
Pelajaran Kedua:
Harapan
Wahai saudaraku yang mulia, janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah Swt. Jadilah orang yang mempunyai harapan dan optimis. Ketahuilah bahwa sesungguhnya dunia ini merupakan ladang akhirat sedangkan hati setiap anak adam merupakan tanahnya. Iman sebagai bibitnya, sementara taat sebagai air yang mengaliri bumi hati dan membersihkannya dari berbagai kotoran maksiat. Dan akhlak yang tercela merupakan duri-duri dan kayu, sedang hari kiamat adalah waktu untuk menuai tanaman tersebut. Ketahuilah barang siapa yang bercocok tanam di dunia ini dengan cara seperti itu kemudian dia memiliki rasa optimis, maka harapannya akan terpenuhi. Jika tidak, maka apa yang telah ia lakukan itu tiada lain kecuali ghurur, congkak dan kebodohannya.
Pelajaran
Ketiga: Ghirah dan Himyah (Cemburu dan Memelihara)
Saudaraku yang budiman, janganlah engkau teledor dan lalai dalam menjaga dan memelihara agamamu, kehormatanmu, anak-anakmu dan harta bendamu. Hendaklah engkau senantiasa menolak berbagai bid'ah dari para pembuat bid'ah dan berbagai keraguan para pengingkar agama yang nyata. Serius dan bersungguh-sunguhlah dalam menyebarkan syari'at yang mulia. Janganlah engkau melalaikan amar maruf dan nahi munkar. Janganlah engkau angkat penutup haibahmu dari wanita-wanita keluargamu dan kerabatmu. Berusahalah semampu mungkin agar para wanita keluargamu tidak memandang lelaki. Cegahlah mereka dari segala sesuatu yang kemungkinan dapat merusak iman dan akhlak mereka, seperti mendengarkan musik dan lagu-lagu, keluar dari rumah dan berkumpul dengan orang-orang yang tidak dikenal serta mendengarkan kisah-kisah dan cerita-cerita yang membangkitkan syahwat. Berlakulah lemah lembut kepada mereka dan seriuslah dalam meneliti dan memperhatikan hal ihwal mereka.
Pelajaran
Keempat: Tercelanya Tergesa-gesa
Anakku yang baik, janganlah engkau tergesa-gesa dan terburu-buru dalam suatu urusan. Hendaklah engkau memikirkan segala perbuatan dan ucapan-ucapanmu terlebih dahulu. Ketahuilah bahwa segala urusan yang dilakukan oleh seseorang tanpa berfikir terlebih dahulu akan mengakibatkan kerugian dan menyebabkan pelakunya menyesal. Setiap ketergesa-gesaan dan gampangnya mengeluarkan pendapat dan pandangan, dapat menjadikannya hina di hadapan orang-orang dan tidak akan mendapat tempat nantinya di hati mereka. Pujangga Sa'di berkata: "Sesungguhnya segala amal perbuatan itu dapat dikerjakan dengan baik dengan kesabaran, pertimbangan dan berfikir. Setiap orang yang tergesa gesa pasti akan jatuh. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri di padang pasir, bagaimana orang yang berjalan perlahan-lahan, lambat dan berhati-hati akan tiba terlebih dahulu. Sementara kuda yang berlari kencang jatuh tersungkur. Lihatlah bagaimana unta dapat menyelesaikan perjalanannya yang jauh dengan hati-hati dan perlahan-lahan".
Pelajaran
Kelima: Ghadhab (Marah)
Saudaraku yang budiman, berusahalah sebisa mungkin untuk tidak marah dan murka. Hiasilah jiwa dan dirimu dengan hiasan kesabaran dan ketabahan. Ketahuilah sesungguhnya marah dan murka itu merupakan kunci segala keburukan dan bisa jadi bahwa puncak kemarahan itu akan mengakibatkan kepada kematian secara tiba-tiba. Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya murka dan marah itu dapat merusak iman sebagaimana cuka dapat merusak madu"[1] Cukuplah terhinanya murka dan marah sebagai pelajaran bagimu, yaitu engkau berfikir dan merenung tentang perbuatan seseorang di saat ia murka dan marah.
________________________________________
[1] Al Kafi, J. 2, hal. 229, Bab Al Ghadhab.
Pelajaran
Keenam: Al-Hilmu (Lembut)
Hilm merupakan sikap berhati-hati dan menahan murka sehingga tidak dengan mudah membangkitkan kekuatan marah. Dan sifat hilmini tidak akan mengakibatkan kegoncangan jiwa dan stres sepanjang masa. Dan kazhmul ghaizh (menahan diri dari murka) adalah merupakan suatu perbuatan menyembunyikan dan mengekang rasa marah. Kedua sifat ini yaitu hilm dan kazhmul ghaizh adalah merupakan akhlak yang sangat baik dan terpuji. Cukuplah hilm ini merupakan sifat terpuji karena ia banyak terdapat dan disinggung di dalam riwayat-riwayat yang dibarengi dengan al-'ilm (ilmu pengetahuan). Dikatakan bahwa hilm merupakan garamnya akhlak. Sebagaimana setiap makanan tidak bisa dirasakan nikmatnya kecuali dengan garam, maka begitu pula dengan hilm. Akhlak dan budi pekerti tidak dianggap indah kecuali dengan adanya sifat hilm. Maka sifat hilm bagi setiap akhlak seperti garam bagi setiap makanan.
Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib As. berkata: "Sesungguhnya hilm itu merupakan
cahaya yang esensinya adalah akal"[1] Dalam hadist yang lain dikatakan
bahwa: "Sesungguhnya hilm itu merupakan kesempurnaan akal"[2] Dikatakan
pula dalam riwayat yang lain: "Hilm itu merupakan tatanan urusan seorang
mukmin"[3] Riwayat yang lainnya mengatakan: "Hilm adalah kekasih dan teman dekat
seorang mukmin dan merupakan wazirnya"[4] Riwayat yang lain lagi
mengatakan: "Keindahan seorang laik-laki terletak pada sifat
hilmnya"[5]
Riwayat lainnya lagi mengatakan: "Barang siapa membuatmu murka dengan melontarkan ucapan buruk kepadamu maka balaslah dengan kebaikan sifat hilm"[6] Riwayat yang lainnya lagi mengatakan: " Apabila engkau tidak memiliki sifat hilm maka berusahalah untuk menjadi orang yang halim "[7]
________________________________________
[1]Ghurarul Hikam, hal. 286, hadist ke 6412.
[2]Ibid, hadist ke 6411.
[3]Ibid.
[4]Ibid.
[5] Ibid, hal. 285, hadist ke 6392.
[6] Ibid, hadist ke 6400.
[7]Usul Kafi, J. 2, hal. 92.
Riwayat lainnya lagi mengatakan: "Barang siapa membuatmu murka dengan melontarkan ucapan buruk kepadamu maka balaslah dengan kebaikan sifat hilm"[6] Riwayat yang lainnya lagi mengatakan: " Apabila engkau tidak memiliki sifat hilm maka berusahalah untuk menjadi orang yang halim "[7]
________________________________________
[1]Ghurarul Hikam, hal. 286, hadist ke 6412.
[2]Ibid, hadist ke 6411.
[3]Ibid.
[4]Ibid.
[5] Ibid, hal. 285, hadist ke 6392.
[6] Ibid, hadist ke 6400.
[7]Usul Kafi, J. 2, hal. 92.
Pelajaran
Ketujuh: Afwu (Memaafkan)
Maaf adalah merupakan sifat Ilahy, Allah Swt menyebutkan sifat maaf tersebut ketika memberikan pujian dan sanjungan. Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya maaf atau memberikan maaf itu lebih berhak untuk dilakukan" "Sesungguhnya Allah mencintai orang yang memberikan maaf" "Saling memafkanlah maka kedengkian di antara kalian akan sirna" "Hendaklah engkau pemberi maaf karena memaafkan itu tidak menambahkan seorang hamba melainkan kemuliaan "[1] Diriwayatkan dari 'Ali bin al-Husein as-Sajjad As., ia bersabda: "Engkau ya Allah yang telah menamakan dirimu Pemaaf maka maafkanlah segala kesalahanku"[2] Ketahuilah wahai saudarakau bahwa sesungguhnya dosa, apabila dosa itu besar maka sesungguhnya keutamaan maaf itu akan menjadi besar pula. Di dalam sebuah syair dikatakan: Sesungguhnya berlaku buruk pada orang yang berbuat buruk adalah sebuah hal yang mudah. Apabila engkau betul-betul seorang lelaki maka berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk padamu.
________________________________________
[1] Usul Kafi, J. 2, hal. 88, hadist ke 5, bab 'Afuu.
[2] Lihat Sahifah Sajjadiyah, do'a ke 16.
Pelajaran
Kedelapan: Ar-Rifqu (Lemah lembut)
Saudaraku yang mulia, jauhkanlah dirimu sebisa mungkin dari sikap keras dalam perkataan dan perbuatan, karena hal itu merupakan sifat yang buruk yang dijauhkan oleh setiap orang. Keras itu termasuk sifat yang tercela dan apabila engkau menyandangnya, maka orang-orang akan lari darimu dan akan merusak segala urusan hidupmu. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah Swt memberikan petunjuk Nya kepada Rasul Nya Saw dengan firmannya: "Apabila engkau berlaku dan bersifat keras hati maka mereka akan lari meninggalkanmu"[1] Dan kebalikannya adalah sifat rifq yaitu lemah lembut dalam ucapan dan perbuatan dan hal itu sangat terpuji di dalam berbagai keadaan dan kondisi. Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya lemah lembut itu tidak diletakkan di atas sesuatu melainkan ia lebih berat "[2] Dalam hadist lain dikatakan: "Lemah lembut itu separoh dari kehidupan"[3] Dalam hadist yang lain lagi di katakan: "Barang siapa yang diberikan bagian dari sifat lemah lembut maka dia akan diberikan bagian dari kehidupan dunia dan akherat"[4] Diriwayatkan dari Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib As. : "Hendaklah engkau bersifat lemah lembut karena hal itu merupakan kunci kebenaran dan sifat mulia bagi orang-orang yang mempunyai akal yang sehat ".[5]
________________________________________
[1]Surah Ali Imran, ayat ke 159.
[2] Mishkatun-nuur lil- Tabarisy, hal. 180.
[3]Usul Kafi, J. 2, hadist ke 11, bab Ar Rifq.
[4]Usul Kafi, J.2, hal. 97.
[5]Lihat Ghurarul Hikam , hal. 24, hadist ke 4967, bab Fadzilatur-rifq.
Pelajaran
Kesembilan: Akhlak Buruk
Saudaraku yang mulia, hindarkanlah dirimu dari akhlak yang menyimpang, karena akhlak yang seperti ini akan menjauhkan seseorang dari Khalik dan makhluk Nya, dan dia akan senantiasa mendapatkan azab. Hal ini dikarenakan orang yang berakhlak buruk akan senantiasa tersiksa di tangan musuhnya dimana setiap kali dia pergi ke suatu tempat dia tidak akan pernah terlepas dari cengkeraman balasan. Dan ketahuilah wahai saudaraku, bahwa akhlak dan budi pekerti yang baik merupakan lebih utama dari sifat-sifat para wali. Ayat berikut ini merupakan saksi dari apa yang telah tertera di atas dimana Allah Swt berfirman: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Qs. al-Qalam:4).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar