Imam Ali bin Abi
Thalib As:
Janganlah
engkau mencari kehidupan hanya sekedar untuk makan. Akan tetapi carilah
makan agar engkau dapat hidup.
Sesuatu
yang paling merata manfaatnya adalah kematian orang-orang jahat.
Janganlah
engkau mengecam Iblis secara terang-terangan, padahal engkau adalah temannya
dalam kesunyian.
Akal
seorang penulis itu terletak pada pena-nya.
Kawan
sejati adalah belahan ruh, sedangkan saudara adalah belahan badan.
Janganlah
engkau mengucapkan sesuatu yang engkau sendiri tidak suka jika orang lain
mengucapkannya atasmu.
Biadab
adalah penyebab segala keburukan.
Galilah
ilmu pengetahuan sejak kecil, pasti engkau akan beruntung ketika besar.
Lebih
baik engkau memilih kalah (mengalah) sedang engkau sebagai orang yang bijak
daripada engkau memilih menang, akan tetapi engkau sebagai pelaku kezaliman.
Ilmu
adalah warisaan Rasullulah,sedang harta adalah warisan Firaun. Sebab itu ilmu
lebih baik dari harta.
Engkau
harus menjaga hartamu,sedang ilmu menjagamu. Jadi,ilmu lebih utama.
Seseorang
yang berharta mempunyai banyak musuh,sedang orang yang berilmu mempunyai banyak
kawan.Karenanya ilmu lebih bernilai.
Ilmu
lebih mulia dari harta,karena ilmu akan berkembang bila dibagi-bagikan,sedang
harta akan susut bila dibagi-bagikan.
Ilmu
lebih baik sebab orang yang berilmu cenderung untuk menjadi dermawan,sedang
orang berharta cenderung untuk menjadi kikir dan pelit.
Ilmu
lebih aman karena dia tidak dapat dicuri,sedang harta dapat dicuri.
Ilmu
lebih tahan lama karena tidak rusak oleh waktu atau sebab dipakai,sedang harta
bisa rusak.
Ilmu
lebih bernilai karena tanpa batas,sedang harta terbatas dan bisa dihitung.
Ilmu
lebih bermutu karena dia dapat menerangi pikiran,sedang harta cenderung untuk
membuat pikiran tidak fokus.
Ilmu
lebih utama karena dia mengajak manusia untuk mengabdi kepada Tuhan mengingat
makhluk-Nya yang lemah dan terbatas,sedang harta mendorong manusia menganggap
dirinya sebagai Tuhan dengan memandang rendah orang-orang yang lebih miskin darinya.
Kekayaan
yang paling besar adalah akal.
Akal
( kecerdasan ) tampak melalui pergaulan, sedangkan kejahatan seseorang
diketahui ketika dia berkuasa.
Akal
adalah raja, sedangkan tabiat adalah rakyatnya. Jika akal lemah untuk mengatur
tabiat itu, maka akan timbul kecacatan padanya.
Akal
lebih diutamakan daripada hawa nafsu karena akal menjadikanmu sebagai pemilik
zaman, sedangkan hawa nafsu memperbudakmu untuk zaman.
Makanan
pokok tubuh adalah makanan, sedangkan makanan pokok akal adalah hikmah. Maka,
kapan saja hilang salah satu dari keduanya makanan pokoknya, binasalah ia dan
lenyap.
Duduklah
bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau kawan. Sebab, akal
bertemu dengan akal.
Tidak
ada harta yang lebih berharga daripada akal.
Pertalian
yang paling berharga adalah akal yang berpasangan dengan kemujuran.
Adab
adalah gambaran dari akal.
Jika
akal dibiarkan menjadi kendali, tidak tertawan oleh hawa nafsu, atau melampaui
batas agama, atau fanatik terhadap nenek moyang, niscaya hal itu akan
mengantarkan pelakunya pada keselamatan.
Jika
engkau hendak menutup sebuah kitab, maka hendaklah engkau teliti kembali kitab
itu. Karena sesungguhnya yang kau tutup adalah akalmu.
Jika
Allah hendak menghilangkan nikmat dari seorang hambaNya, maka yang pertama kali
diubah dari hambaNya itu adalah akalnya.
Akal
adalah naluri, sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman.
Akal
adalah buah pikiran dan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui.
Ruh
adalah kehidupan badan, sedangkan akal adalah kehidupan ruh.
Akal
adalah rekaman terhadap berbagai pengalaman.
Rasulmu
adalah juru terjemah akalmu.
Pahamilah kabar
jika kalian mendengarnya dengan akal yang penuh dengan pemahaman, bukan akal
yang sekedar meriwayatkan. Sesungguhnya periwayat ilmu banyak jumlahnya,
sedangkan yang memahaminya sedikit.
Orang
yang berakal bersaing dengan orang-orang saleh agar dapat menyusul mereka, dan
dia ingin sekali dapat berserikat dengan mereka karena kecintaannya terhadap
mereka, meskipun amalnya tidak mampu menyamai mereka.
Orang
berakal, jika berbicara dengan suatu kalimat, maka ikut bersamanya hikmah dan
nasehat.
Orang
yang paling bijak akalnya dan yang paling sempurna keutamaannya adalah yang
mengisi hari-harinya dengan perdamaian, bergaul dengan saudara-saudaranya
dengan rekonsiliasi, dan menerima kekurangan zaman.
Tidaklah
patut bagi orang yang berakal kecuali berada dalam salah satu dari dua kondisi
ini, yaitu berada dalam cita-cita yang paling tinggi untuk mencari dunia, atau
berada dalam cita-cita yang paling tinggi untuk meninggalkannya.
Tidaklah
layak bagi seorang yang berakal untuk menuntut ketaatan orang lain
(terhadapnya), sedangkan ketaatannya terhadap dirinya sendiri ditolak.
Orang
yang berakal adalah orang yang mencurigai pendapatnya sendiri dan tidak
mempercayai apa yang dipandang baik oleh dirinya.
Orang
yang berakal adalah yang menjadikan pengalaman-pengalaman (hidup) sebagai
nasehat baginya.
Sesungguhnya
perkataan-perkataan orang berakal, jika benar, maka ia adalah obat; namun jika
salah, maka ia adalah penyakit.
Permusuhan
orang-orang pintar adalah permusuhan yang paling berat dan paling berbahaya
karena ia hanya terjadi setelah didahului dengan hujah dan peringatan, dan
setelah tidak mungkin lagi ada perdamaian di antara keduanya.
Sesungguhnya
sesuatu yang tidak disukai (kesialan) memiliki batas yang pasti akan berakhir.
Oleh karena itu, seseorang yang berakal hendaknya bersikap tenang sampai
kesialan itu hilang (berlalu dengan sendirinya). Sebab, menghindar darinya
sebelum habis waktunya hanya akan menambah kesialannya.
Orang
yang paling disukai oleh orang berakal adalah musuhnya juga berakal. Sebab,
jika musuhnya itu berakal, maka dia akan merasa aman dari kejahatannya.
Celaan
orang-orang yang berakal lebih berat daripada hukuman seorang penguasa.
Permulaan
pendapat orang berakal adalah akhir pendapat orang bodoh.
Bagi
orang yang berakal, hidup dalam kesusahan bersama orang-orang berakal lebih
disenangi daripada hidup dalam kelapangan bersama orang-orang bodoh.
Imam Husain bin
Imam Ali As:
“Aku
tidak melihat kematian melainkan kebahagiaan, sedang hidup bersama orang-orang
zalim adalah kehinaan”.
“Manusia
telah menjadi budak dunia, sedang agama hanya pengakuan lisan belaka.
Selagi agama memakmurkan kehidupannya, mereka akan memegangnya, namun bila
mereka ditimpa musibah, betapa sedikitnya mereka yang teguh”.
Kepada
putranya Ali Zainal Abidin as., Imam Husain as berkata: “Wahai anakku,
berhati-hatilah dari berlaku zalim terhadap seseorang yang tidak menemukan
pembela di hadapanmu kecuali Allah”.
Imam Ali Zainal
Abidin bin Imam Husain As:
“Wahai
anakku! Waspadalah terhadap lima macam manusia, dan janganlah kau bersahabat
dan seperjalanan dengan mereka:
Jauhilah
bersahabat dengan pendusta karena dia seperti fatamorgana mendekatkan orang
yang jauh dari engkau dan menjauhkan orang dekatmu.
Jauhilah
bersahabat dengan orang fasik karena dia akan menjualmu dengan sesuap nasi atau
selainnya.
Jauhilah
bersahabat dengan orang kikir karena dia akan membiarkanmu ketika engkau
membutuhkannya.
Jauhilah
bersahabat dengan orang dungu (tolol) karena dia hanya ingin memanfaatkanmu dan
mencelakakanmu.
Dan
jauhilah bersahabat dengan orang yang suka memutuskan silaturahmi, karena aku
mendapatinya terlaknat di kitab Allah.
Dalam
pesannya kepada sang putra Imam Muhammad Al-Baqir as., Imam Ali Zainal Abidin
as. mengatakan, “Berbuat baiklah kepada setiap orang yang menuntut kebaikan.
Jika ia adalah orang yang berhak menerima kebaikanmu, maka engkau telah
melakukan hal yang semestinya, tapi jika ia tidak berhak menerima kebaikanmu,
maka engkau sungguh telah berhak mendapatkan kebaikan.
“Jika
seseorang mencacimu dari sebelah kanan dan beralih ke sebelah kiri, lalu
meminta maafmu, maka terimalah permintaannya”.
Imam Ja’far as
Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir As:
“Waspadalah
terhadap tiga orang; pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab,
seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu, dan seorang
yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu, juga seorang
yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama
terhadapmu”.
“Tiga
manusia sebagai sumber kebaikan; manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak
bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak
berdzikir kepada Allah”.
“Sesungguhnya
puncak keteguhan adalah tawadhu”. Salah seorang bertanya kepada Imam, ”Apakah
tanda-tanda tawadhu itu?” Beliau menjawab: hendaknya kau senang pada majlis
yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan
meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran”.
Seorang
laki-laki seringkali mendatangi Imam Ja’far as, kemudian dia tidak pernah lagi
datang. Tatkala Imam as. menanyakan keadaannya, seseorang menjawab dengan
nada sinis, “Dia seorang penggali sumur”. Imam as membalasnya, ”Hakekat
seorang lelaki ada pada akal budinya, kehormatannya ada pada agamanya,
kemuliannya ada pada ketakwaannya, dan semua manusia sama-sama sebagai bani
Adam”.
“Hati-hatilah
terhadap orang yang teraniaya, karena doanya akan terangkat sampai ke langit”.
“Ulama
adalah kepercayaan para rasul. Dan bila kau temukan mereka telah
percaya pada penguasa, maka curigailah ketakwaan mereka”.
“Tiga
perkara yang mengeruhkan kehidupan; penguasa zalim, tetangga yang buruk,
dan perempuan pencarut. Dan tiga perkara yang tidak akan damai dunia ini
tanpanya, yaitu keamanan, keadilan dan kemakmuran”.
Imam Musa Al Kazim
bin Imam Ja’far as Shadiq As:
“Katakan
yang hak, walaupun akan mendatangkan kerugian kepadamu”.
“Jika
engkau menjadi seorang pemimpin yang bertakwa, maka seharusnya engkau bersyukur
kepada Allah atas anugerah ini”.
“Bersikap
tegaslah dan keras terhadap orang-orang zalim sehingga engkau dapat merebut haq
orang-orang mazlum (yang teraniaya) darinya”.
“Kebaikan
yang utama adalah menolong orang-orang yang tertindas”.
“Dunia
ini berkulit halus dan cantik, ibarat seekor ular namun menyimpan racun
pembunuh di dalamnya”.
Imam Ali Ar Ridha
bin Imam Musa al Kazhim As:
“Barang
siapa yang tidak berterima kasih kepada orang tuanya, maka dia tidak bersyukur
kepada Allah swt.”
“Barang
siapa yang selalu mengawasi dirinya, niscaya akan beruntung, dan barang siapa
melalaikannya, pasti akan merugi”.
“Sebaik-baik
akal adalah kesadaran seseorang akan dirinya sendiri”.
“Bila
seorang mukmin marah, maka kemarahannya tidak akan mengeluarkan dirinya dari
bersikap benar. Dan jika ia senang, maka kesenangannya tidak akan
menghanyutkannya ke dalam kebatilan. Dan jika ia punya kekuatan, ia tidak
akan merebut lebih dari haknya”.
“Sesungguhnya
Allah membenci orang-orang yang menceritakan kejelekan orang dan orang yang
mendengarkannya serta orang yang banyak bertanya”.
Imam Muhammad Al
Jawad bin Imam Ali ar Ridho As:
“Kehormatan
seorang mukmin ialah ketakbergantungannya pada orang lain”.
“Seorang
mukmin senantiasa membutuhkan tiga perkara: taufiq dari Allah, penasehat dari
dalam dirinya, dan menyambut setiap orang yang menasehatinya”.
“Hari
Keadilan itu lebih mengerikan bagi orang zalim daripada hari perlakuan zalim
terhadap orang teraniaya”.
“Neraca
kesempurnaan harga diri seseorang ialah meninggalkan apa saja yang tidak
membuat dirinya indah”.
“Kematian
manusia karena dosa-dosanya itu lebih banyak ketimbang kematiannya karena
ajalnya, dan hidupnya seseorang karena kebajikannya itu lebih banyak daripada
hidupnya dengan (takdir) umurnya”.
Imam Ali Al Hadi
bin Imam Muhammad al Jawad As:
“Barang
siapa yang taat kepada Allah, maka ia tidak akan kuatir terhadap kekecewaan makhluk”.
“Barang
siapa yang tunduk pada hawa nafsunya, maka ia tidak akan selamat dari
kejelekannya”.
“Barang
siapa yang rela tunduk terhadap hawa nafsunya, maka akan banyak orang-orang
yang tidak suka padanya”.
“Kemarahan
itu terdapat pada orang-orang yang memiliki kehinaan”.
“Pelaku
kebaikan itu lebih baik daripada kebaikan itu sendiri. Sedang pelaku keburukan
itu lebih buruk daripada keburukan itu sendiri”.
“Cercaan
itu lebih baik dari pada kedingkian”.
Beliau
berkata kepada Al-Mutawakkil, “Janganlah engkau menuntut janji kepada orang
yang telah engkau khianati”.
Imam Hasan Al Askari
bin Imam Ali al Hadi As:
“Tidak
ada kemuliaan bagi orang yang meninggalkan kebenaran, dan tidak ada kehinaan
bagi orang yang mengamalkannya”.
“Dua
perkara yang tidak ada sesuatu pun yang lebih unggul di atas keduanya: iman
kepada Allah dan kawan yang bermanfaat”.
“Keberanian
seorang anak terhadap orang tuanya di masa kecil akan mendorongnya kepada
kedurhakaan terhadapnya di saat dewasa”.
“Bukan
termasuk kebajikan menampakkan kegembiraan di hadapan seorang yang sedih”.
“Cukup
bagimu sebuah pelajaran yang menjauhkanmu dari segala yang tidak kau
sukai dari orang lain”.
“Seluruh
keburukan telah terkumpul dalam satu rumah, dan kuncinya adalah dusta”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar