Saat
kampanye kemarin ada sesuatu yang mengganjal: siaran berulang-ulang rekaman Gus
Dur saat bilang Prabowo paling ikhlas. Rekaman itu entah berapa ribu kali
diputar berulang-ulang oleh TV One supporter dari Prabowo-Hatta hingga kalau
ada replaynya lagi saya langsung switch channel. Padahal dulu, saya paling hobi
dengar kelakar dan gaya Gus Dur bicara. Bukannya saya jadi antipati dengan Gus
Dur, namun saya kok seperti skeptis dengan ucapan itu ya. Jadi berpikir, apa
Gus Dur benar-benar mengatakan letter lux atau kiasan?
Apalagi
belakangan setelah pilpres usai, tindak tanduk Prabowo secara personal malah
kelihatan tidak mencerminkan kesamaan dengan apa yang Gus Dur bilang. Agak jauh
dari kesan ikhlas. Makin menguatlah pertanyaan saya: apa maksud kata-kata Gus
Dur waktu itu sebenarnya?
Hari
ini logika saya baru ON setelah bicara dengan salah seorang alim ulama lokal
yang juga mengidolakan Gus Dur. Beliau bilang kalau apa yang disampaikan Gus
Dur itu belum merupakan pujian,
itu adalah ungkapan harapan.
Gus Dur dikatakan sebenarnya mengerti karakter Prabowo sesungguhnya, sebab itu
Gus Dur melakukan framing supaya Prabowo “terpaksa tersemat” dengan sebutan
ikhlas itu.
Kalau
bahasa gampangnya, apa yang Gus Dur bilang lebih mirip kuncian. Sebuah sindiran
halus yang digunakan untuk mengunci Prabowo untuk tetap ikhlas. Dulu pernah
belajar sosiologi waktu SMA kan? (Kalau saya tidak salah ingat atau
tertukar-tukar) Ada yang namanya proses labelling. Anak pemalas yang dilabel
sebagai anak pintar akan tertanam dalam dirinya bahwa dia
memang pintar. Sang anak pun akan lebih berusaha keras untuk memenuhi
ekspektasi orang yang melabeli nya sebagai anak pintar.
Saya
sekarang juga sama dengan Gus Dur: PRABOWO ITU PASTINYA ORANG PALING IKHLAS
SE-INDONESIA TANGGAL 22 JULI NANTI! Yuk mari kita labeli Prabowo bareng-bareng,
maksudnya supaya memang benar beliau akan jadi orang paling ikhlas di 22 Juli
nanti, amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar