Di Aula Pondok Darussalam Pipitan, Serang, Banten 16 Agustus 2014. Dari
Kiri: Encep Abdullah, Sulaiman Djaya, Izzatullah Abduh, dan Wahyu Arya.
Senin, 18 Agustus 2014
Kamis, 14 Agustus 2014
Proyek Balkanisasi Amerika Dengan Target Indonesia
Agenda Pentagon untuk Indonesia, bersinergi dengan program gerakan
Pan Salafi (ISIS).
Setelah Afghanistan, Irak, Libya, Suriah dan Mesir, kini Indonesia
masuk pada fase aktif operasi Devide at Impera (Balkanisasi) yang dijalankan
oleh poros Barat secara terukur;
25 January 2014, Agenda Pentagon untuk Indonesia.
Dalam buku
‘Tangan-Tangan Amerika (Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia)’,
terbitan Global Future Institute pada 2010, bahwa dalam skema yang dirancang
Pentagon melalui rekomendasi studi Rand Corporation, Indonesia harus dibagi
menjadi 8 wilayah (menjadi 7 setelah Timor-Timur sudah berhasil dilepaskan).
Ini jelas tidak main-main mengingat kenyataan bahwa Rand
Corporation merupakan sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika
yang melayani kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon).
Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara baru
sebagai hasil pemisahan diri beberapa wilayah dari NKRI, dan salah satunya
adalah; Aceh.
Senin, 11 Agustus 2014, Agenda gerakan Pan Salafi (ISIS, Islamic
State).
Penelusuran Serambi, gerakan ISIS di Aceh bersifat under ground
(bawah tanah). Dengan selain aktif membaiat para anggota, jaringan ISIS
(Islamic State) itu juga berusaha memperluas pengaruhnya dengan merekrut
simpatisan maupun anggota di berbagai wilayah Aceh.
Sumber Serambi bernama Abu Jundullah yang menjabat sebagai Juru
Bicara ISIS Perwakilan Aceh, dalam sebuah wawancara khusus dengan Serambi,
Minggu 3 Agustus 2014 mengatakan, ISIS di Aceh sudah dibentuk sejak 1 Januari
2014 sebagai perwakilan ISIS di Irak dan Suriah.
“Seluruh anggota ISIS di Aceh tidak ada yang dari luar Aceh, karena
Gerakan Pan Salafi di Aceh adalah Mandiri, alias tidak tunduk pada ISIS
Indonesia pimpinan Abu Muhammad Al-Indonesia.
Lanjutnya, ISIS Aceh berupaya memperluas jaringannya hingga ke
tingkat desa, dan “Target kami adalah, sebelum tahun 2015, seluruh Aceh sudah
terbentuk jaringan ISIS,” katanya.
02 Agustus 2014, kamp pelatihan militer
Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones,
kamp pelatihan militer untuk gerakan berada di Jantho, Aceh.
Awalnya, para pendiri kamp pelatihan militer di Aceh adalah
pendukung Ayman al-Zawahiri.
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/02/078596750/Pendiri-Kamp-Militer-di-Aceh-Pendukung-Utama-ISIS
Jika Indonesia untuk kedepan bergerak kearah kemandirian Ekonomi,
Politik dan Militer dari hagemoni AS, maka, pertanyaan yang tersisa adalah;
“Mau Terong (tunduk kepada agenda Re-Balanching AS untuk kawasan Asia-Pasifik),
atau berani terima Pentungan (lepasnya Aceh ke tangan American Proxy via
pemberontakan ISIS)?.”
Senin, 11 Agustus 2014
Surat Para Rabbi Yahudi Anti-Zionis Kepada Hizbullah
Kepada
Rakyat Lebanon yang Terhormat. Assalamu Alaikum! Semoga rahmat Yang Mahakuasa
bagi kalian semua, keluarga kalian, dan seluruh saudara kami yang mulia di
Lebanon. Kami berbicara kepada kalian sebagai suara Yahudi sejati—umat Yahudi,
yang setia kepada ajaran Taurat dari Yang Mahakuasa, di seluruh dunia.
Kurang
daripada sebulan yang lalu kami menyampaikan sebuah surat terbuka kepada Dr.
Al-Zahar, dan masyarakat Gaza sekaligus seluruh rakyat Palestina. Dalam surat
ini, dengan pertolongan Yang Mahakuasa, kami menyampaikan kepedihan, duka-cita,
dan kekecewaan kami dalam kaitan dengan kekejaman yang dilakukan oleh negara
“Israel” yang ilegal (berdasarkan atas hukum-hukum Taurat, hukum umat Yahudi).
Kami
menyatakan bahwa kami telah menulis kepada Dr. Al-Zahar secara personal untuk
menyampaikan belasungkawa dan simpati kami atas kehilangannya. Kami lebih jauh
menyatakan bahwa sejujurnya kami menyampaikan belasungkawa kepada setiap
keluarga yang menderita kerugian dan kehilangan karena tangan-tangan iblis ini,
negara Zionis “Israel”. Apa yang seharusnya kami nyatakan adalah bahwa kami
semestinya secara pribadi menulis dan mengunjungi setiap penduduk Gaza dan
seluruh bangsa Palestina untuk menyampaikan perasaan hati kami dan seluruh
kedukaan kami, yang merasakan penderitaan bangsa yang tidak berdosa ini di
tangan sebuah entitas, yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Taurat yang
suci dan autoritas kerabbian kami sebagai sepenuhnya terlarang.
Lebih
jauh, seluruh rakyat Palestina, kerabat, dan keturunan mereka, yang tersebar di
seluruh dunia, harus mendengarkan dan merasakan empati kami, dukungan kami, dan
doa kami kepada Yang Mahakuasa bagi mereka. Pada akhirnya, kami menyadari bahwa
setiap orang dari bangsa ini telah dipengaruhi secara emosional oleh negara
Zionis itu.
Kepada
yang terhormat, Sayid Hassan Nasrallah, perasaan kami kepada rakyat Lebanon
juga persis sama.
Kami
telah mendengar anda berbicara baru-baru ini pada pemakaman Tuan Imad Mughniyah
dan dalam banyak kesempatan sebelumnya. Maka, kami mengetahui bahwa anda dan
organisasi anda sepenuhnya menyadari adanya perbedaan yang tegas antara
Zionisme dan Yudaisme, dan terdapat banyak orang Yahudi, apakah mereka yang
berada di Palestina atau di seluruh dunia, yang sepenuhnya menentang Zionisme dan
negara “Israel”.
Delegasi
para rabbi kami telah menjadi tamu di negeri anda yang agung, Lebanon, dan
telah dijamu oleh organisasi anda, Hizbullah. Kami di sana dalam rangka
menghadiri Konferensi Persekutuan Parlemen Internasional bagi Pembelaan Nasib Palestina.
Penghormatan
yang diberikan kepada kami sungguh di luar perkiraan. Pada saat itu, berkat
Yang Mahakuasa, kami berkesempatan untuk secara langsung menyaksikan dan
mengalami, fakta bahwa bangsa Arab dan umat Muslim, meskipun mengalami
penderitaan panjang di tangan Zionisme, ternyata tidak lantas menjadi korban
pengaruh jahatnya.
Ke
mana pun kami pergi, kami menerima kasih-sayang dan persahabatan. Perhatian
kepada kenyamanan kami ke mana pun kami berkunjung di Lebanon adalah prioritas
utama dari setiap individu. Saat itulah, kami menyaksikan apa yang mereka
derita akibat pendudukan Zionis. Kami terkejut dan sangat menghargai karena
semua yang ditunjukkan kepada kami dari penderitaan-penderitaan itu sama sekali
tidak disertai tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada para rabbi kami atau
kepada bangsa Yahudi secara keseluruhan.
Bangsa
Arab dan umat Muslim jelas masih mengingat bahwa kami tidak memiliki konflik
agama dan bahwa kami telah hidup bersama secara harmonis selama ribuan tahun.
Banyak dari mereka yang memahami adanya perbedaan antara Zionisme dan Yudaisme.
Izinkan
kami menyebutkan tiga contoh pengalaman yang sangat inspiratif, yang kami
dapatkan di Lebanon, yang telah meninggalkan kesan mendalam di dalam hati kami.
Kami
berkunjung ke pusat penjara Khiam dan menyaksikan betapa kejamnya
penyiksaan-penyiksaan yang rakyat Lebanon alami selama bertahun-tahun, dan yang
dunia abaikan begitu saja. Kami telah mendengar bahwa Zionis menghancurkan
penjara itu pada invasi terakhir mereka atas Lebanon, dengan tujuan
menghancurkan ingatan akan penyiksaan-penyiksaan itu.
Kami
juga mengunjungi sisa-sisa kamp pengungsi Sabra dan Shatilla; kami berbicara
kepada pengungsi Palestina di sana dan menyalakan lilin di Martyrs Square,
dimana pembantaian yang terkenal itu terjadi. Di kedua tempat itu, air mata
kami menetes atas penderitaan tragis yang terjadi dan bertentangan dengan
setiap logika hak asasi manusia.
Kami
juga berkesempatan untuk menggelar unjuk rasa terhadap Zionisme dan negara
“Israel”, tepat di seberang pendudukan Zionis, di gerbang Fatima, titik yang
menghubungkan Lebanon dengan pendudukan Zionis. Tentu saja, sudah banyak
saudara kami yang tinggal di dalam pendudukan Zionis yang terus melakukan unjuk
rasa terhadap rezim itu dari dalam dan menanggung risiko yang sangat besar.
Mereka secara brutal dipukuli dan ditahan.
Kami
juga ingin memberi tahu anda dan saudara kami, rakyat Lebanon, bahwa ketika
Israel menginvasi Lebanon, masyarakat Yahudi di seluruh dunia turut serta dalam
demonstrasi-demonstrasi demi mendukung rakyat Lebanon. Di Kanada, Inggris, dan
AS, kami dari komunitas relijius Yahudi menghadirkan rabbi-rabbi yang berbicara
pada semua unjuk rasa itu untuk mengekspresikan kecaman dan perlawanan kami
kepada serangan kejam dan brutal atas Lebanon. Ini di luar
demonstrasi-demonstrasi yang digelar secara mandiri oleh komunitas-komunitas
Yahudi secara global.
Kami
dengan penuh kerendahan hati memohon kepada yang mulia Sayid Hassan Nasrallah
untuk menerima kata-kata kami dan menyampaikan pesan ini kepada rakyat Lebanon
dan para pengungsi Palestina di negeri anda.
Izinkan
kami mengulangi bahwa kami berbicara kepada anda sebagai suara Yahudi
sejati—umat Yahudi yang setia kepada ajaran Taurat dari Yang Mahakuasa, di
seluruh penjuru dunia.
Meskipun
terbatas dalam menyampaikan perasaan kami yang terdalam, hanya dalam rangkaian
kata, kami umat Yahudi dengan kerendahan hati ingin menyampaikan kepada anda,
kepada rakyat Lebanon, Gaza, dan seluruh bangsa Palestina, segelintir kata
sebagai upaya menyampaikan dukungan, duka-cita yang mendalam, dan simpati bahwa
kami semua merasakan apa yang kalian rasakan dalam saat-saat yang paling tragis
dan traumatis ini.
Sekali
lagi, izinkan kami mengatakan bahwa akan lebih pantas dan layak jika kami
secara personal menulis dan berbicara kepada setiap korban dari negara Zionis
“Israel”.
Semoga
kata-kata yang sederhana dan sedikit ini bisa menjadi pesan yang melipur lara,
menjalin persahabatan, dan memberikan dukungan kepada anda, rakyat Lebanon, dan
kepada warga Gaza serta seluruh bangsa Palestina.
Umat
Yahudi sejati di seluruh dunia, tentu saja termasuk mereka yang berada di
seluruh wilayah Palestina, dengan pertolongan Yang Mahakuasa, tidak akan pernah
menerima ideologi Zionisme dan tidak akan pernah mengakui realisasi dari rencana
bid’ahnya, yaitu negara “Israel”.
Ikatan
kami yang sesungguhnya adalah kepada Yang Mahakuasa dan Taurat-Nya. Posisi
moral kami adalah bahwa kami diperintahkan untuk meniru Yang Mahakuasa, “Jika
Yang Mahakuasa adalah Yang Maha Pengasih, maka kami akan menjadi umat yang
pengasih.” Kami selalu dan akan selalu, dengan pertolongan Yang Mahakuasa,
untuk tetap memisahkan diri dari kesesatan dan kehendak iblis ini,
yakni “Zionisme dan negara Israel”.
Izinkan
saya mengingatkan anda, bahwa Yang Mahakuasa secara eksplisit telah
memerintahkan kepada kami, umat Yahudi, sejak penghancuran Kuil, sekitar dua
ribu tahun silam, untuk bertingkah-laku rendah hati dan setia kepada setiap
negeri dimana kami tinggal. Lebih jauh, kami dilarang untuk melakukan pemberontakan
terhadap setiap bangsa, kami tidak berupaya untuk mengakhiri periode
pengasingan kami. Kami dilarang untuk mendirikan negara atau entitas eksklusif
bagi kami sendiri.
Kami
berdoa bagi kalian, semoga kita semua bisa menanti hingga hari dimana Yang
Mahakuasa akan menunjukkan kejayaan di seluruh dunia.
Pada
hari itu, semua umat manusia, akan datang ke Tanah Suci, dalam harmoni dan
persaudaraan, demi mengabdi kepada Yang Mahakuasa dalam perdamaian.
Sekitar
seratus tahun lalu, Zionis tiba di Palestina dalam rangka merealisasikan mimpi
mereka, yakni mentransformasi Yudaisme dari sebuah agama kepada nasionalisme.
Dan saat itu dimulailah sebuah sejarah pahit pemberontakan melawan Tuhan, yang
pada akhirnya berwujud dalam negara ilegal “Israel”.
Sejak
penciptaan negara “Israel”, rakyat Palestina dan rakyat Lebanon terus
menanggung derita yang tak terperikan. Mereka ditindas, dipukuli, dibunuhi,
dihinakan, dan diusir.
Meskipun,
dalam surat ini dan dalam kesempatan ini, tidaklah pantas jika kami mengulas
penderitaan pribadi kami di tangan rezim Zionis, kami merasa adalah penting
untuk menyampaikan fakta ini kepada masyarakat Arab. Moralitas kita menyatakan
bahwa dengan saling berbagi penderitaan, maka manusia bisa meringankan
penderitaan itu dalam batas-batas tertentu. Hal ini juga untuk menunjukkan
kepada semua orang akan kejujuran dalam perlawanan kami kepada pertumbuhan
mengerikan dari negara Yahudi ini—apa yang disebut negara “Israel”.
Dengan
demikian, izinkan kami menyatakan bahwa sejak kehadiran para pendosa dan ateis
ini, yakni Theodore Herzl dan gangnya yang menyuarakan suara-suara jahat dalam
menyebarkan ideologi iblis mereka, bid’ah Zionisme, masyarakat Yahudi juga
mengalami penderitaan yang tidak terkira, baik fisik maupun spiritual di
tangan-tangan mereka. Saudara-saudara kami yang bertakwa kepada Tuhan di
seluruh Palestina terus mengalami pemukulan, pembunuhan, pemenjaraan, dan
penindasan sejak munculnya Zionisme hingga hari ini. Mereka juga merupakan
korban-korban para pelaku kriminal yang sama yang menindas rakyat Palestina dan
Lebanon.
Izinkan
kami memberi tahu bahwa para pemimpin, rabbi, dan orang-orang bijak sejati kami
di Palestina, Timur Tengah, Eropa, dan di seluruh dunia, secara vokal dan
antusias menyuarakan perlawanan total mereka kepada Zionisme dan negara
“Israel”, sejak kemunculannya. Mereka meneriakkan dan mengecam seluruh
kejahatan yang dilakukannya terhadap rakyat Palestina dan Lebanon. Mereka
meneriakkan penindasan terhadap umat Yahudi yang relijius dan negara Israel
secara konstan berupaya menghapus dan menghancurkan segala sesuatu yang Ilahi
dan relijius. Mereka tanpa kenal lelah dan takut telah mendemonstrasikan, dalam
pengorbanan diri yang besar, penentangan mereka kepada pemberontakan melawan
Tuhan ini.
Berbagai
fatwa yang tak terhitung banyaknya telah dikeluarkan oleh para pemimpin sejati
kami, yang meminta umat Yahudi untuk setia kepada Yang Mahakuasa dan
Taurat-Nya, dan untuk memisahkan diri mereka dari negara “Israel” yang ilegal
dan penuh dosa serta dari kejahatan-kejahatan yang bersumber darinya.
Puji
Tuhan, pesan-pesan mereka telah didengar oleh banyak Yahudi yang bertakwa dan
telah ditaati. Lebih jauh, ribuan dari mereka telah berdiri bersama rabbi-rabbi
mereka untuk terus mendemonstrasikan tanpa kenal takut, hingga hari ini, di
seluruh Palestina yang diduduki dan dunia, perlawanan mereka terhadap negara
“Israel”.
Semua
itu terdokumentasikan dengan baik, tetapi diabaikan oleh kekuatan-kekuatan
media yang dikendalikan Zionis dan karena adanya intimidasi terhadap mereka
yang berani mengungkapkan kebenaran.
Satu
lagi persoalan yang penting untuk disampaikan, selain adanya banyak perintah di
dalam Taurat untuk berbuat kebajikan dan larangan jelas atas Zionisme, kami
bersimpati dan sensitif kepada nasib rakyat Palestina dan Lebanon, karena kami
umat Yahudi pernah mengalami diskriminasi ekstrim dan penderitaan tragis di
kamp-kamp konsentrasi di Eropa. Kerabat-kerabat dekat kami menderita dan
terbunuh di sana. Kami juga menyadari dan telah mengalami bagaimana rasanya
diusir ketika kami dipaksa meninggalkan dari rumah-rumah kami di seluruh Eropa.
Pengalaman inilah yang membentuk pemahaman dan perasaan kami bagi penderitaan
rakyat Palestina dan Lebanon.
Hingga
kini, bagi pemahaman kami yang manusiawi dan terbatas, tampak bahwa entitas
iblis ini, yakni negara “Israel”, tidak akan pernah menyerah dan akan terus
menebarkan kejahatannya terhadap manusia-manusia yang tidak berdosa di bawah
kendalinya.
Namun
demikian, ingatlah dan tenangkanlah diri kalian, wahai saudara-saudara kami di
Palestina dan Lebanon, bahwa ada Penguasa Semesta, yang Mahabesar, Maha
Pengasih, yang benar-benar mengendalikan dunia ini. Dia mampu dan akan
mengakhiri penderitaan ini.
Di
dalam Taurat, dinyatakan bahwa perbuatan melawan Yang Mahakuasa tidak akan
pernah berhasil. Negara “Israel” ini, menurut Taurat, pada akhirnya niscaya
akan berakhir.
Mari
kita berdoa dan memohon kepada-Nya, untuk menghadirkan pelucutan total yang
segera dan damai dari negara ilegal ini pada zaman kita. Dengan anugerah Yang
Mahakuasa, semoga Dia merealisasikan hal ini, tanpa ada penderitaan dan
kepedihan lebih lanjut. Amin.
Tolong
sampaikan pesan ini kepada setiap saudara sebangsa anda yang menderita di bawah
penindasan “Zionisme—Israel”. Terkhusus, tolong sampaikan pesan ini kepada para
kerabat dari para korban, yang terluka dan cacat, dan yang mendekam di
penjara-penjara Israel.
Sampaikan
kepada mereka semua solidaritas kami dan dukungan kami. Kami merasa terhina
oleh aksi-aksi yang mengatasnamakan kami. Kami memohon kepada anda untuk
menyampaikan pesan ini kepada rakyat di Lebanon dan Palestina, bahwa ada ribuan
Yahudi di seluruh dunia dan di Palestina yang berdiri bersama kalian dan yang
menentang Zionisme serta negara “Israel”. Mereka berlepas diri dari aksi-aksi kaum
Zionis. Kami memohon kepada anda untuk memberikan pencerahan bahwa ketika
bangsa dan umat anda bersua dengan orang-orang Yahudi, jangan memandang mereka
sebagai musuh-musuh. Kita semua melayani Tuhan yang Esa.
Sekali
lagi, kami akan tetap berdoa—berharap dan cemas bagi kalian semua.
Semoga
kita bisa segera menjumpai pada masa kita, pelucutan total, segera, dan damai
dari negara “Israel”.
Semoga
Yang Mahakuasa merealisasikan janji-janji-Nya bahwa semua manusia akan
melayani-Nya dalam harmoni dan perdamaian. Amin. Assalam
Alaikum. Kami sungguh berada di pihak kalian, 28 Januari 2008.
Rabbi
Moshe Dov Beck
Rabbi Yisroel Dovid Weiss
Amerika Serikat, Kanada
Rabbi Yisroel Dovid Weiss
Amerika Serikat, Kanada
Rabbi
Meir Hirsh
Palestina
Palestina
Rabbi
Ahron Cohen
Inggris Raya
Inggris Raya
Sumber:
nkusa.org
Jumat, 08 Agustus 2014
Ironi IMF dan Bank Dunia
Harian Banten Raya, 9 Agustus 2014
Sebagaimana telah sama-sama kita ketahui, IMF (the International
Monetary Fund) dan Bank Dunia adalah lembaga dana moneter intemasional yang
dalam misinya disebutkan untuk memberikan bantuan kepada negara-negara yang
tengah mengalami kesulitan likuiditas keuangan atau menghadapi masalah moneter.
Namun dalam kenyataannya, IMF dan Bank Dunia, yang saham mayoritasnya sebesar
51 % dikuasai oleh departemen keuangan Amerika Serikat, hanyalah kedok
imperialisme melalui penguasaan dan pengendalian lewat lembaga moneter dan
perbankan. Begitu pula, bagian terbesar dari saham the Fed dikuasai oleh para
bankir raksasa Zionis Yahudi. Dengan uang-kertas dolar yang ongkos cetaknya,
tidak peduli berapa pun nilai denominasinya di lembaran itu, hanyalah 3 sen
dollar per lembar, hingga secara praktis the Fed memiliki kekuasaan atas
keuangan dunia hampir-hampir tanpa biaya. Dan tentu saja, tidak dapat disangkal
bahwa keduanya, baik IMF maupun Bank Dunia, merupakan dua instrumen kekuasaan
yang digunakan oleh Barat (baca: kelompok Zionis) untuk menghancurkan
negara-negara yang berdaulat agar menjadi tidak lebih daripada sekedar teritori
(ekonomi-keuangan) mereka, yang pada gilirannya akan kehilangan kedaulatan
politik mereka. Untuk mendalami fokus ini, kita bisa membaca tulisan-tulisannya
Joseph Stiglitz dan John Perkins.
Joseph Stiglitz dan John Perkins
Sebagaimana yang pernah dipaparkan Joseph Stiglitz dan John
Perkins, ketika suatu missi IMF memasuki suatu negara, mereka sebenarnya tidak
lain menjalankan rancangan untuk penghancuran lembaga-lembaga sosial-ekonomi di
balik dalih persyaratan untuk meminjamkan uang. Lebih gamblangnya, seperti yang
dituturkan Joseph Stiglitz yang tak lain mantan Kepala Tim Ekonom Bank Dunia
itu, IMF biasanya mengembangkan program empat langkah. Langkah pertama adalah
program Privatisasi , yang menurut Stiglitz lebih tepat
disebut dengan nama program ‘Penyuapan’. Pada program ini perusahaan-perusahaan
milik negara penerima bantuan IMF harus dijual kepada swasta dengan alasan
untuk mendapatkan dana tunai segar. Pada tahapan ini menurut Stiglitz, “Kita
bisa melihat bagaimana mata para pejabat keuangan di negara penerima bantuan
itu terbelalak, tatkala mengetahui prospek ‘pemberian’ 10% komisi beberapa
milyar dolar yang akan dibayarkan langsung ke rekening pribadi yang
bersangkutan di suatu bank Swiss, yang diambilkan dari harga penjualan aset
nasional mereka tadi”. Apa yang dikatakan Joseph Stiglitz itu tak jauh berbeda
dengan yang pernah diungkap John Perkins dalam bukunya yang berjudul The
Economics of Hit Man itu: “Kami, pembunuh bayaran ekonomi, adalah orang yang
paling bertanggung jawab dalam menciptakan permasalahan ini secara global, dan
kami bekerja dengan berbagai cara. Tapi mungkin yang paling umum adalah bahwa
kami mengidentifikasi negara yang memiliki sumber daya yang diinginkan oleh
perusahaan-perusahaan Amerika kita, seperti minyak, dan kemudian, mengatur
pemberian pinjaman dalam jumlah yang besar untuk negara tersebut dari Bank
Dunia atau salah satu organisasi yang berhubungan dengannya”.
Sebagai contoh, di mana pemerintah Amerika Serikat, terlibat dalam
kasus “penyuapan” terbesar yang pernah ada, pada program “privatisasi” di Rusia
pada tahun 1995, ketika pemerintah Amerika Serikat menghendaki Yeltsin terpilih
lagi. “Kami tidak peduli kalau pemilihan itu adalah pemilihan yang korup. Kami
ingin uang itu sampai ke tangan Yeltsin melalui ‘bawah-meja’ untuk keperluan
kampanyenya”. Lebih khusus lagi, yang paling menyakitkan hati Joseph Stiglitz
adalah kenyataan bahwa oligarki Rusia yang didukung oleh Amerika Serikat itu
menyapu habis aset industri BUMN Rusia dengan akibat, korupsi tersebut memotong
pendapatan nasional Rusia tinggal hampir separuhnya saja yang menyebabkan
depresi ekonomi dan kelaparan.
Nah, sesudah program “penyuapan” itu langkah kedua IMF/Bank Dunia
adalah rencana “satu-ukuran yang pas untuk menyelamatkan ekonomi anda” (all
size – economic solution), yaitu “Liberalisasi Pasar Modal”. Dalam teorinya,
deregulasi pasar modal memungkinkan modal investasi mengalir keluar-masuk. Namun,
dan ini yang perlu diingat secara cermat, dengan ditingkatkannya pemasukan
modal investasi dari luar, pada gilirannya akan menyebabkan pengurasan cadangan
devisa negara yang bersangkutan untuk mendatangkan aset melalui impor dari
negara-negara yang ditunjuk oleh IMF itu sendiri. Dan malangnya lagi, dalam
kasus Indonesia dan Brazil, sebagai contoh, lagi-lagi menurut Stiglitz, modal
itu hanya keluar dan keluar, tidak pernah balik atau kembali seperti yang
diharapkan. Begitulah, ketika suatu misi IMF memasuki suatu negara, mereka
sebenarnya tidak lain menjalankan rancangan untuk penghancuran lembaga-lembaga
sosial-ekonomi di balik dalih persyaratan untuk meminjamkan uang.
Program Daur Uang Panas
Marilah kita kutip pernyataan John Perkins (yang pernah ditugaskan
di Jakarta, Indonesia), demi melengkapi apa yang diungkap Joseph Stiglitz itu,
“Tetapi uang yang dimaksud tidak pernah benar-benar diberikan kepada negara
peminjam. Sebaliknya uang tersebut masuk ke perusahaan-perusahaan besar kita
untuk membangun proyek infrastruktur di negara tersebut, pembangkit listrik,
kawasan industri, pelabuhan. Hal-hal yang akan menguntungkan beberapa orang
kaya di negara itu, di samping juga memperkaya perusahaan-perusahaan Amerika
kita. Tetapi pemberian pinjaman tersebut sama sekali benar-benar tidak membantu
sebagian besar orang di sana”.
Dalam hal ini, Stiglitz menyebut program “privatisasi” ini sebagai
daur “uang panas”. Dana tunai dari luar masuk untuk spekulasi di bidang
real-estate dan valuta, kemudian hengkang bila ada tanda-tanda akan ada
kerusuhan. Akibat dari yang pertama di atas dan kedua ini, cadangan devisa
negara bisa habis menguap dalam ukuran hari, bahkan dalam hitungan jam. Dan
bila hal itu sampai terjadi, maka untuk merayu kaum spekulan untuk mau mengembalikan
dana modal nasional, IMF menuntut negara-negara debetor untuk menaikkan
suku-bunga banknya menjadi 30%, 50%, bahkan hingga 80%. Ketetapan itu diikuti
dengan persyaratan kebijakan deregulasi peraturan perbankan, diberlakukannya
kebijakan uang ketat (austerity policies), dihentikannya subsidi pada
bidang-bidang yang berkaitan dengan kebutuhan sosial-ekonomi masyarakat. Dan
lebih khusus pada kasus negara-negara yang sedang berkembang, di mana program
pembangunan bagian terbesar masih menjadi tanggung-jawab negara, pemberlakuan
politik uang ketat berdampak buruk terhadap kehidupan sektor riil. Penghentian
subsidi terhadap sektor strategis seperti pangan, bahan bakar, transportasi,
pendidikan, dan sebagainya, misalnya, selalu berakhir dengan krisis politik di
negara-negara yang bersangkutan.
Singkatnya, pemasukan modal investasi dari luar, meskipun tampaknya
membantu untuk memperluas kesempatan kerja, dalam kenyataannya persyaratan itu
telah membunuh usaha atau para pengusaha bumiputera setempat, yang pada
gilirannya jatuh bergelimpangan, karena belum mampu bersaing khususnya untuk
pemasaran. Yang lebih ironis adalah acapkali kebijakan seperti itu berakibat
dengan penutupan pabrik-pabrik, karena pemerintah tuan-rumah dan sektor swasta
domestik tidak cukup memiliki modal. Contoh paling mutakhir adalah bangkrutnya
ekonomi Argentina pada bulan Januari 2002 yang menimbulkan situasi kekacauan
politik dan sosial.
Pada tahapan ini IMF menarik negara debetor yang tengah megap-megap
itu ke langkah ketiga, yaitu Pricing atau Penentuan Harga Sesuai Pasar”, sebuah
istilah yang terbilang muluk untuk program menaikkan harga komoditas strategis
seperti pangan, air bersih, dan BBM. Tahapan ini sudah dapat diprediksi akan
menuju ke langkah tiga-setengah, yaitu apa yang dinamakan oleh Stiglitz,
“Kerusuhan IMF”, langkah yang paling mengerikan, sebagaimana yang dituturkan
John Perkins: “Dalam kondisi seperti ini, kami para economic hitman akan
mendatangi mereka dan akan mengatakan. “Dengar! Anda memiliki hutang yang cukup
besar kepada kami, dan anda tidak sanggup membayar hutang anda tersebut. Jadi,
kami meminta anda untuk menjual minyak anda dengan harga yang murah
kepada perusahaan-perusahan minyak kami, begitu juga izinkan kami membangun
sebuah pangkalan militer di negara anda, anda harus mengirim pasukan untuk
mendukung pasukan kami ke suatu tempat di dunia seperti Irak, atau anda harus
menggunakan suara anda untuk memilih apa yang kami pilih pada voting yang
dilakukan di PBB”.
Tentu saja, “kerusuhan hasil ciptaan IMF” itu sudah bisa
diprediksikan dan sangat menyakitkan hati. Ketika suatu negara sudah jatuh
pingsan (IMF) akan mengambil keuntungan dan memeras sampai tetes darah terakhir
yang masih ada pada negara debetor. Suhu akan terus meningkat, dan pada saatnya
ketel itu meledak”, seperti halnya ketika IMF, yang lagi-lagi seperti
dituturkan Joseph Stiglitz, mengharuskan menghapus subsidi untuk
beras dan BBM bagi kaum miskin di Indonesia pada tahun 1998. Indonesia meledak
dengan kerusuhan. Dan masih ada contoh kasus lain, semisal kerusuhan di
Bolivia, sehubungan dengan kenaikan tarif air bersih pada tahun 2001, dan pada
bulan Februari 2002 kerusuhan di Ekuador karena kenaikan harga gas dapur yang
diperintahkan oleh Bank Dunia. Kesan yang ada ialah kerusuhan itu memang direncanakan.
Singkat kata, “tak ada makan siang gratis” atau “tak ada bantuan yang tanpa
pamrih”. (Sulaiman Djaya)
Kamis, 07 Agustus 2014
Creating Photography
People Around The World.
Quote For The World.
Di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Banten 15 Mei 2013.
Malam Anugerah Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2013 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta 17 Januari 2014. Fotografer: Maduretna Menali.
Di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Banten 15 Mei 2013.
Malam Anugerah Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2013 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta 17 Januari 2014. Fotografer: Maduretna Menali.
Temu
Sastra Mitra Praja Utama Ke-8 di Serang, Banten 15-18 November 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)