Agenda Pentagon untuk Indonesia, bersinergi dengan program gerakan
Pan Salafi (ISIS).
Setelah Afghanistan, Irak, Libya, Suriah dan Mesir, kini Indonesia
masuk pada fase aktif operasi Devide at Impera (Balkanisasi) yang dijalankan
oleh poros Barat secara terukur;
25 January 2014, Agenda Pentagon untuk Indonesia.
Dalam buku
‘Tangan-Tangan Amerika (Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia)’,
terbitan Global Future Institute pada 2010, bahwa dalam skema yang dirancang
Pentagon melalui rekomendasi studi Rand Corporation, Indonesia harus dibagi
menjadi 8 wilayah (menjadi 7 setelah Timor-Timur sudah berhasil dilepaskan).
Ini jelas tidak main-main mengingat kenyataan bahwa Rand
Corporation merupakan sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika
yang melayani kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon).
Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara baru
sebagai hasil pemisahan diri beberapa wilayah dari NKRI, dan salah satunya
adalah; Aceh.
Senin, 11 Agustus 2014, Agenda gerakan Pan Salafi (ISIS, Islamic
State).
Penelusuran Serambi, gerakan ISIS di Aceh bersifat under ground
(bawah tanah). Dengan selain aktif membaiat para anggota, jaringan ISIS
(Islamic State) itu juga berusaha memperluas pengaruhnya dengan merekrut
simpatisan maupun anggota di berbagai wilayah Aceh.
Sumber Serambi bernama Abu Jundullah yang menjabat sebagai Juru
Bicara ISIS Perwakilan Aceh, dalam sebuah wawancara khusus dengan Serambi,
Minggu 3 Agustus 2014 mengatakan, ISIS di Aceh sudah dibentuk sejak 1 Januari
2014 sebagai perwakilan ISIS di Irak dan Suriah.
“Seluruh anggota ISIS di Aceh tidak ada yang dari luar Aceh, karena
Gerakan Pan Salafi di Aceh adalah Mandiri, alias tidak tunduk pada ISIS
Indonesia pimpinan Abu Muhammad Al-Indonesia.
Lanjutnya, ISIS Aceh berupaya memperluas jaringannya hingga ke
tingkat desa, dan “Target kami adalah, sebelum tahun 2015, seluruh Aceh sudah
terbentuk jaringan ISIS,” katanya.
02 Agustus 2014, kamp pelatihan militer
Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones,
kamp pelatihan militer untuk gerakan berada di Jantho, Aceh.
Awalnya, para pendiri kamp pelatihan militer di Aceh adalah
pendukung Ayman al-Zawahiri.
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/02/078596750/Pendiri-Kamp-Militer-di-Aceh-Pendukung-Utama-ISIS
Jika Indonesia untuk kedepan bergerak kearah kemandirian Ekonomi,
Politik dan Militer dari hagemoni AS, maka, pertanyaan yang tersisa adalah;
“Mau Terong (tunduk kepada agenda Re-Balanching AS untuk kawasan Asia-Pasifik),
atau berani terima Pentungan (lepasnya Aceh ke tangan American Proxy via
pemberontakan ISIS)?.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar