Seorang
bangsawan mengundang seorang terhormat untuk makan malam. Untuk menghormati sang
tamu, maka tuan rumah meminta juru masaknya untuk menyajikan bangau panggang.
Si tukang masak merupakan tukang masak ulung dan memanggang bangau tersebut
dengan sempurna. Saking enaknya aroma panggangan, si tukang masak tidak dapat
menahan diri lalu memotong salah satu kakinya dan memakannya. Kemudian dia
mengatur penyajian panggangan bangau sedemikian sehingga yang tampak adalah
bagian sisinya. Si bangsawan mencoba mempertahankan ketenangannya dan
mengabaikan mutilasi yang terjadi pada bangau, lalu melayani tamu dengan
tenang. Namun dia berjanji dalam hati untuk mengajar juru masaknya setelah tamu
pergi. Pada
keesokan harinya dia membawa juru masaknya keluar ke halaman istana lalu
menunjukkan seekor angsa yang sedang berdiri di sana, demi mengajarkannya bahwa
angsa punya dua kaki. Dia berkata kepada si juru masak, “Coba kamu lihat! Angsa
punya dua kaki. Kamu apakan kaki angsa yang satunya tadi malam?” Si juru masak
kemudian membalas, “Tapi angsa cuma punya satu kaki. Coba liat itu!” Seperti
kebiasaan angsa pada umumnya, angsa itu sedang berdiri dengan satu kaki saja.
Merasa dia sedang dikerjain dan demi mengalahkan trik si juru masak, sang
bangsawan bertepuk tangan dan angsa itupun menurunkan kaki yang satunya lalu
terbang. Si bangsawan berkata, “Lihat sendiri, angsa punya dua kaki!” Si juru
masak membalas, “Tapi tadi malam tuan tidak bertepuk tangan.” [Gordon H. Clark, Logic, Halaman 18 –
19]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar