1. N
N =
1,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000. Angka ini mewakili jumlah
electrical force yang menyatukan atom-atom dibagi force of gravity di antara
mereka (misalnya, electrical force antara dua proton di bagi force of gravity
antara mereka). Jumlah kekuatan gravitasi ini sangat kecil jika dibandingkan
dengan electrical force. Tapi, jika energy gravitasi sedikit lebih besar, maka
hanya alam semesta mini dengan umur pendek saja yang akan ada; tidak ada
makhluk hidup yang akan bisa tumbuh lebih besar daripada serangga, dan tidak
akan ada waktu untuk evolusi biologis. Jika energy gravitasi kurang sedikit
saja maka kehidupan juga akan sulit, karena planet tidak akan memiliki cukup
gravitasi untuk menahan gas atmosphere di permukaannya.
2. ε
ε (nuclear fusion efficiency) yang memiliki nilai
0.007, menentukan seberapa kuat inti atom (atomic nucliei) bersatu dan
bagaimana semua atom di planet bumi terbentuk. Angka ini mengontrol energy fusi
nuklir di matahari dimana bintang mentransformasi atom hydrogen menjadi semua
atom di periodic table yang kita ketahui melalui reaksi fusi nuklir. Jika angkaε adalah
0.006 atau 0.008, maka kita tidak akan pernah ada, karena atom-atom berat yang
menjadi building blocks kehidupan seperti carbon, oxygen, besi, uranium, dll
tidak akan bisa terbentuk.
3. Ω
Ω = 0.3. Angka kosmik Ω
(Omega) mengukur jumlah materi di alam semesta – galaksi, gas, dan dark matter.
Omega menjelaskan pentingnya gravitasi dan penyebaran energy di alam semesta.
Jika rasio ini terlalu tinggi, alam semesta akan collaps (menyusut sebelum
terbentuk). Jika terlalu rendah, galaksi dan bintang tidak akan pernah
terbentuk. (karena tidak cukup materi untuk membentuk galaksi dan
bintang-bintang)
4. λ
λ = 0.7. Lambda (λ) adalah
kosmik antigravity atau dark energy, yang mengontrol kecepatan pengembangan
alam semesta, energy ini adalah energy terbesar yang menyusun alam semesta, 70
% dari alam semesta kita terdiri dari dark energy. Energy inilah yang
menyebabkan kecepatan pengembangan alam semesta terus menerus meningkat. Jika
jumlah dark energy ini sedikit lebih kecil maka alam semesta akan collaps dalam
gravitasinya, jika lebih besar, maka galaksi tidak akan pernah terbentuk karena
materi pembentuknya di robek oleh cosmic anti gravity atau dark energy ini. Ini
memberikan indikasi bahwa alam semesta akan berakhir pada big-rip, dimana semua
materi akan di robek oleh dark energy ini, hanya menyisakan sub-atomic
particles.
5. Q
Setelah Big-bang, materi
tersebar secara acak, dimana area yang lebih padat memiliki gravitasi yang
lebih besar dan membentuk bintang dan galaksi. Ukuran kekuatan ikatan antara
materi penysun galaksi untuk membentuk clusters (bintang, galaksi, dan clusters
of galaxies) di namakan Q = jumlah energy yang proporsional dengan energy yang
akan memecah dan memisahkan clusters. Jika Q sedikit lebih kecil, alam semesta
tidak akan pernah membentuk struktur kompleks, jika lebih besar, alam semesta
akan menjadi tempat yang kacau, tidak akan ada bintang dan tata surya, alam
semesta akan di dominasi oleh black hole.
6. D
Jumlah dimensi alam
semesta, yaitu 3, di tambah 1 dimensi waktu. jika 2 atau 4 maka alam semesta
dan kita tidak akan bisa terbentuk. Karena jumlah dimensi ini berpengaruh pada
kekuatan gravitasi dan electromagnetism yang mengikuti Inverse Square Law yang
hanya dapat bekerja dalam 3 dimensi ruang.
Ada tiga kemungkinan
penyebab fenomena ini:
Alam semesta memang
demikian adanya. We don’t know why.
Tuhan menciptakan alam
semesta dengan value demikian. Dialah yang mem-fine-tuned alam semesta agar
memungkinkan munculnya kehidupan.
Alam semesta kita hanya
satu dari banyak alam semesta – alam semesta lain, dimana masing - masing alam
semesta mamilki value yang berbeda sehingga memiliki hukum fisika dan bentuk
yang berbeda dan, kita berada pada alam semesta yang memiliki value yang
mendukung terbentuknya galaksi dan evolusi kehidupan, karena itulah kita
menemukan diri kita di sini.
Ketika di hadapkan dengan
fakta seperti ini, orang cenderung mengatakan alam semesta ini pasti di
ciptakan special untuk kita (manusia) karena itulah semua hukum alam pas untuk
mendukung keberadaan manusia (fine tuned). Sejak ribuan tahun yang lalu,
manusia cenderung menarik kesimpulan yang egocentric (berpusat pada manusia)
dan ternyata selalu salah, ini sudah di patahkan oleh Galileo yang menendang
bumi dari pusat alam semesta dan Darwin yang menendang manusia dari posisi
special di antara semua makhluk hidup. Sekarang, melihat value dari energy dan
materi yang membangun alam semesta yang di katakana fine tuned (pas) untuk
mendukung makhluk hidup – Sebetulnya ini kesimpulan yang kurang tepat, karena
di sebagian besar bumi dan alam semesta, makhluk hidup tidak akan dapat
bertahan, planet kita saja 70% tertutupi air. Jadi sebaliknya, bukan alam
semesta yang fine tuned untuk kita, tapi kitalah yang fine tuned untuk alam
semesta. Kita tidak boleh merasa special, alam semesta kita mungkin hanya satu
dari alam semesta-alam semesta lain yang tak terhitung jumlahnya, dimana
masing-masing alam semesta tersebut memiliki value yang berbeda. Jika nenek
moyang kita berfikir bahwa bumi dan manusia adalah pusat alam semesta, sekarang
itu sudah terbantahkan. Bumi hanyalah satu dari planet-planet yang tak
terhitung banyaknya, manusia juga hanya makhluk hidup biasa, tidak lebih
special di banding semua makhluk hidup lainnya. Sekarang, sains menuntun kita
pada penemuan bahwa alam semesta kita hanyalah satu dari alam semesta-alam
semesta lain yang tak terhitung jumlahnya (Multiverse). Ilmuan masih belum tahu
pasti bagaimana Multiverse ini terbentuk, ini merupakan misteri yang perlu di
teliti lebih lanjut.
Rujukan: Just Six Numbers – The Deep Forces That Shape The
Universe By Sir Martin Rees (2000).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar