Pesan Schimmel untuk Penyair dan Penerjemah
Oleh Sulaiman Djaya (esais dan
penyair)
Sebelum meninggal,
Annemarie Schimmel menulis puisi (yang mirip dengan puisinya W.B. Yeats yang
berjudul Aedh Menggelar Kain dari Surga): “Sang pencinta, menenun satin dan
brokat dari air mata, duhai sahabat, agar dapat menghamparkannya suatu hari, di
bawah telapak kakimu...dan aku menenun sutera kata-kata yang selalu baru hanya
untuk menyembunyikanmu.”
Sebagaimana kita tahu
bersama, kata-kata dapat melahirkan kebajikan sekaligus
dapat dijadikan sebagai senjata keburukan, semisal dapat digunakan untuk
mengungkapkan cinta dan persahabatan sekaligus dapat digunakan untuk menyebar
fitnah dan dusta. Dalam hal inilah, Schimmel berjuang dengan kata-kata untuk
mengurangi kesalah-pahaman Barat terhadap Islam dan dunia Islam.
Di musim semi 1996,
Schimmel, perempuan berperawakan mungil itu menjadi satu-satunya pusat
perhatian dalam pertemuan yang dihadiri para penulis, penerbit, dan pejabat
tinggi Jerman, termasuk Presiden Roman Herzog. Saat itu ia berbicara tentang
kata. "Kata yang baik laksana pohon yang baik...”, demikian dia mengutip
Al-Qur’an.
"Kata diyakini
sebagai suatu kekuatan kreatif oleh sebagian besar agama di dunia; katalah yang
mengantarkan wahyu; kata diamanahkan kepada umat manusia sebagai titipan yang
harus dijaga, jangan sampai ada yang teraniaya, terfitnah, atau terbunuh oleh
kata-kata," demikian paparnya.
"Kata memiliki
kekuatan yang tak dapat kita ukur. Dan pada kekuatan kata inilah terletak
tanggung jawab para penyair, lebih-lebih lagi para penerjemah, karena satu
kesalahan samar saja dapat memicu kesalahpahaman yang berbahaya."
(Terjemah inskripsi Arab –Hadits Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah-
pada Nisan Schimmel: “Seluruh manusia tertidur pulas. Ketika ajal tiba, mereka
baru sadar”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar