Apa
Kurban Itu? Dan mengapa Imam Husain as adalah benih monotheisme –yang meski
para pengikutnya terus dibunuh, akan senantiasa tumbuh? Kita tahu, Imam Husain
as, setelah gugur dan syahid di Karbala itu, para musuhnya menyembelihnya dan
kemudian kepala beliau dipancangkan di ujung tombak. Dalam Perjanjian Lama,
tepatnya dalam Kitab Yeremia 46:6 dan 46:10 mencatat sebuah peristiwa di tanah
utara, di dekat sungai Efrat. Berikut kutipan Perjanjian Lama tentang peristiwa
di tepi sungai Efrat itu: “Orang yang tangkas tidak
dapat melarikan diri, pahlawan tidak dapat meluputkan diri, di utara, di tepi
sungai Efratlah mereka tersandung dan rebah. Hari itu ialah hari Tuhan ALLAH
semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan kepada para lawan-Nya.
Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka. Sebab Tuhan
ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai
Efrat”.
Orang
yang tangkas tidak dapat melarikan diri (Imam Husain as yang dengan
ketangkasannya mampu mengalahkan tiga ratusan prajurit bersenjata sendirian di
Karbala). Pahlawan tidak dapat meluputkan diri (Imam Husain as sang pahlawan,
sebagai pemimpin syuhada tidak dapat menghindar dari dukacita “karbun” dan “wa”
musibah “bala” yang bakalan menimpanya). Di tepi sungai Efratlah mereka
tersandung dan rebah (Mereka para lawan TUHAN, Musuh TUHAN, tersandung dan
rebah). Karbala, singkatnya, adalah moment sejarah dan religius, yang ingin
menunjukkan kepada kita bahwa di dalam komunitas ummat beragama (dan tentu saja
di dalam kancah ummat manusia), terdapat orang-orang munafik di mana mereka
menggunakan dan membajak agama demi kepentingan yang bertentangan dengan spirit
religius dan orang-orang yang melawan agama dan Tuhan dengan menggunakan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar