Oleh Nicholaus Prasetya
Film yang menuai banyak
kontroversi ketika diputarkan, terutama bagi kalangan umat Kristiani, The Da
Vinci Code, memang sudah lama berlalu. Namun, sisa-sisa pertanyaan mengenai
keabsahan perihal Yesus adalah suami Maria Magdalena belum begitu saja terhapus
karena memang di bagian inilah iman umat Kristiani diguncang untuk kemudian
dipertanggungjawabkan.
Film ini berangkat dari
sebuah injil apokrif yang bernama Injil Filipus. Dalam injil tersebut dikatakan
bahwa seringkali Yesus mencium Maria Magdalena pada bagian bibirnya sehingga
tidak jarang menimbulkan kecemburuan pada murid-murid-Nya yang lain.
Bagian inilah yang menjadi
titik tolak Dan Brown dalam mengungkapkan kisah percintaan Yesus dengan Maria
Magdalena. Hanya dengan pertanda bahwa Yesus mencium bibir Maria Magdalena,
maka kemudian ia dapat menyimpulkan dengan mudahnya bahwa Yesus adalah suami
dari Maria Magdalena.
Ciuman = Menikah ?
Yang menjadi pertanyaan
berikutnya untuk mengkritisi pernyataan Yesus adalah suami Maria Magdalena
serta meneguhkan iman umat Kristiani adalah apakah betul hanya dengan ciuman
kita bisa menafsirkan bahwa Yesus betul-betul telah menikah dengan Maria
Magdalena? Ataukah mungkin ada maksud lain yang ingin ditekankan Yesus ketika
mencium bibir Maria Magdalena?
Seringkali kita bertitik
tolak menafsirkan segala sesuatu berdasarkan pengalaman kita yang sekarang,
dimana kita berada pada zaman mdoern dan berciuman bukanlah lagi sesuatu hal
yang tabu untuk dilakukan di depan umum. Selain itu, kita juga seringkali
beranggapan bahwa orang yang berciuman memiliki hubungan khusus yang lebih dari
teman dan lebih juga dari sahabat atau bisa jadi mereka adalah sepasang kekasih
dan lebih jauh lagi pasangan suami-istri. Dan yang terakhir adalah paradigma
yang melekat dalam diri kita bahwa orang yang berciuman itu karena didorong
oleh hasrat seksualitas ragawi semata.
Mungkin akan menjadi lebih
baik jika sejenak kita tidak berpijak pada hal-hal tersebut. Kita seringkali
melihat bagaimana orang tua mencium bibir anaknya. Apakah betul hal ini karena
dorongan seksual semata atau karena ada hal lain yang ingin ditekankan orang
tua itu kepada anaknya, misalnya penunjukkan rasa kasih sayang mereka
kepadanya?
Hal-hal kecil semacam
inilah yang seringkali luput dari perhatian kita. Dalam penilaian ciuman Yesus
dengan Maria Magdalena, kita dibutakan oleh dominansi paradigma seksual ragawi.
Kita tidak bisa melihat apakah Yesus memiliki maksud lain dibalik semua itu.
Hal inilah juga yang ternyata menjadi titik kesalahan The Da Vinci Code.
Jika kita membaca buku
karangan Desy Ramadhani, SJ, Menguak Injil-Injil Rahasia, maka kita akan
menemukan suatu injil apokrif lain yang patut untuk dijadikan perbandingan
terhadap Injil Filipus tersebut. Akan saya kutipkan disini bagaimana bunyi
wahyu tersebut.
[...] Dan Ia mencium
mulutku. Ia memegangku, sambil berkata, “Kekasih-Ku! Lihat, Aku akan
menyingkapkan kepadamu (hal-hal) itu yang surga maupun penguasa alam tidak
pernah mengetahuinya. Lihat, Aku akan menyingkapkan kepadamu (hal-hal) itu yang
tidak diketahuinya, ia yang [menyombongkan diri, ... tidak ada] orang lain
selain Aku. Tidakkah Aku hidup? Karena Aku seorang ayah [apakah] Aku [tidak
memiliki kuasa] atas segalanya? Lihat, Aku akan menyingkapkan kepadamu
segalanya, kekasih-Ku. [Pahamilah] dan ketahuilah itu [agar] kamu bisa melangkah
maju seperti Aku. Lihat Aku [akan] menyingkapkan kepadamu dia yang
[tersembunyi]. Tetapi sekarang, ulurkan [tangan]mu. Sekarang, berpeganglah
pada-Ku.” [Dan] aku mengulurkan tanganku dan aku tidak menemukan Dia
sebagaimana kupikirkan (bahwa Ia akan ada di sana). Tetapi kemudian aku
mendengar Dia berkata, “Pahamilah dan berpeganglah pada-Ku.” Maka aku mengerti,
dan aku merasa takut. Dan aku merasa luar biasa gembira .... (56:14-57:20).
Apakah yang hendak muncul
kemudian dalam benak kita terhadap wahyu yang diberikan oleh Yesus kepada
Yakobus ini? Akankah kita dengan sangat mudah menjustifikasi bahwa Yesus selain
menikah dengan Maria Magdalena ternyata juga adalah seorang homoseksual yang
suka mencium bibir murid-Nya? Akankah kita kemudian berkata bahwa Yesus itu
biseksual?
Ya, pikiran itu mungkin
saja terjadi selama paradigma seksualitas ragawi tidak kita lepas. Jika kita
melepasnya, kita bisa melihat dengan sangat jelas bahwa Yesus melakukan hal itu
semata-mata untuk memberikan pengetahuan lebih kepada murid-murid-Nya. Ia
menciumnya sambil memberikan suatu wahyu kepada mereka yang diciumnya, Yesus
memberikan pengetahuan yang mungkin bersifat sangat rahasia sehingga mungkin
hanya melalui ciuman sajalah Ia bisa melakukannya. Oleh sebabnya, masih ada
sebuah kemungkinan yang tidak kecil untuk mengatakan bahwa Yesus ingin
memberikan pengetahuan tertentu kepada Maria Magdalena ketika mencium bibirnya
disamping kemungkinan untuk mengatakan bahwa Yesus menikahi Maria Magdalena.
Dan Brown pun nampaknya
tidak melakukan cross check injil-injil apokrif
lainnya sehingga ia dengan mudahnya menjustifikasi sesuatu yang berujung pada
kontroversi di kalangan umat Kristiani. Jika saja ia jeli dan melakukan cross check yang maksimal terhadap
injil-injil apokrif lainnya, mungkin saja ia tidak akan terjebak dalam sebuah
pengambilan kesimpulan yang dangkal. Namun, memang harus seperti itulah untuk
menjual segala sesuatu. Segalanya dibuat sedemikian sehingga banyak kontroversi
timbul di dalamnya yang membuat khalayak luas semakin penasaran.
Oleh sebabnya, akan menjadi sangat tidak adil
jika kemudian kita juga langsung menilai bahwa Yesus menjadi suami Maria
Magdalena. Mungkin, penjelasan singkat ini bisa menjadi sebuah titik cerah yang
mendongkrak iman umat Kristiani dalam mempertanggungjawabkan imannya perihal
keintiman hubungan Yesus dan Maria Magdalena.
Maria Magdalena sangat cantik 😘
BalasHapusSuatu Kewajaran Manusiawi dan PRIA SEJATI
BalasHapusMaria Magdalena adalah Perawan Suci yang di MANIPULASI oleh para RABI YAHUDI yg Jahat dan LICIK, hingga seakan beliau menjadi Pelacur. Hingga suatu saat datang PANGERAN PENOLONG, dengan HIKMAT KASIH KARUNIA Yang LUAR BIASA, telah MENGEMBALIKAN Maria menjadi Perawan kembali dalam jalan PERTOBATAN
BalasHapus