Tanggal 25 April 1980
merupakan hari yang sungguh memalukan bagi Amerika Serikat. Namun bagi bangsa
Iran, hari itu merupakan hari kemenangan. Pada hari
itulah, langit memberikan pelajaran penuh hikmah kepada Washington.
Kala
itu pemerintah Amerika yang dipimpin oleh Jimmy Carter memerintahkan militer
Amerika untuk menyerang Iran. Serangan ini dilakukan di pertengahan malam oleh
pasukan elit Amerika yang diperlengkapi dengan berbagai persenjataan modern
dengan didukung pesawat Hercules C-130 dan sejumlah helikopter.
Sekitar
90 pasukan komando yang ikut dalam operasi Eagle Claw ditugaskan untuk
membebaskan para mata-mata Amerika yang ditahan di Teheran.
Mereka yang ditahan itu
adalah para pegawai kedutaan Amerika di Teheran melakukan tugas rangkap sebagai
mata-mata dan melakukan konspirasi anti revolusi dan rakyat Iran. Namun
kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya sebagai Daneshjuyan-e Peiruvan-e
Khatt-e Emam (Mahasiswa Pendukung Garis Imam Khomeini) pada tanggal 4 November
1979 menduduki kedutaan Amerika yang telah menjadi sarang mata-mata Amerika dan
menahan para pegawainya.
Fakta-fakta dari kedutaan
Amerika dengan baik menunjukkan bahwa tempat itu menjadi pusat operasi intelijen
guna menumbangkan revolusi Iran.
Pasukan Amerika
berbulan-bulan melakukan latihan keras guna membebaskan para agen Amerika yang
ditahan di Teheran. Pertama mereka berlatih di Arizona dan setelah itu Mesir
yang kondisi geografinya punya banyak kesamaan dengan daerah Tabas.
Dengan memperhatikan
seriusnya latihan yang mereka lakukan dan persenjataan yang dimiliki oleh
pasukan elit ini, mereka mulai melakukan aksinya dengan kepercayaan diri penuh.
Hal itu ditambah lagi dengan anasir-anasir anti revolusi di Iran sendiri yang
sejak awal telah menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dalam operasi Eagle
Claw.
Dalam perjalanan menuju
gurun Tabas di timur Iran, dua helikopter mengalami kerusakan teknis, namun
operasi tetap dilanjutkan. Sejumlah helikopter dan pesawat mendarat di tempat
yang telah ditentukan dan siap melakukan tahapan operasi berikutnya, bergerak
menuju Teheran.
Namun Tabas menciptakan
sebuah keajaiban. Kali ini kehendak Allah kembali menggagalkan kecerdikan para agresor.
Saat tiba di sana, satu lagi dari helikopter Amerika mengalami kerusakan teknis
yang berujung pada terhentinya operasi ini. Karena operasi rahasia ini
membutuhkan sedikitnya enam helikopter, Presiden Jimmy Carter memutuskan untuk
menghentikan operasi Eagle Claw dan memerintahkan agar semua pesawat dan
helikopter segera kembali.
Saat Carter tengah
berpikir mengenai kegagalan serangan Amerika ke Iran, tiba-tiba datang berita
yang membuatnya semakin cemas keheranan. Pesawat dan helikopter Amerika yang
akan tinggal landas dari gurun Tabas saling bertabrakan terhempas oleh badai
pasir yang tiba-tiba muncul. Ledakan dahsyat pun terjadi dan delapan komando Amerika
tewas, sementara mereka yang masih selamat dengan lari terbirit-birit dan
ketakutan meninggalkan gurun Tabas dengan pesawat.
Zbigniew Brzezinski,
Penasihat Keamanan Nasional Jimmy Carter sebagai pendukung utama operasi ini di
Gedung Putih saat melihat reaksi Carter setelah mendengar berita itu
mengatakan, "Saat mendengar berita itu, Carter menekuk tubuhnya seperti
ular yang terluka dan dari wajahnya tampak khawatir."
Di sinilah kehendak Allah
kembali menundukkan keinginan kekuatan-kekuatan sombong dan membuat mereka
mencicipi pahitnya kegagalan dengan segala perlengkapan modern yang dimiliki.
Imam Khomeini ra menyebut
agresi Amerika ke Iran itu sebagai kejahatan dan pelanggaran hukum
internasional. Beliau berkata, "Mereka tiba di Tabas dan berpikir mampu
menurunkan pasukannya. Dengan alasan ingin membebaskan para tawanan mereka
ingin menghancurkan Iran. Namun Allah swt mengalahkan mereka hanya dengan
mengirimkan debu dan angin."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar