Label

Senin, 14 Oktober 2013

Belajar dari Perang Khandaq




Oleh Sarah Hanifah

Ada tiga figur utama yang menjadi faktor penting dalam perang ini, selain Nabi SAW. Ali Bin Abi Thalib, Salman al Farisi, dan Nu’aim bin Mas’ud yang setia dan loyal menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal tahun ke-5 H yang bertempat di sebelah utara kota Madinah. Perang Khandaq dilatarbelakangi rasa dendan kaum Yahudi dari suku Bani Nadzir yang terusir oleh pasukan Islam dari Madinah. Mereka lalu menghasut masyarakat Quraisy Mekah agar mau bersekutu dengan mereka untuk memerangi umat Islam di Madinah. Dalam perang ini masyarakat Qurays menyiapkan bala-tentara yang berjumlah 10.000 prajurit.

Sebelum perang dimulai, Nabi Muhammad mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya. Salah seorang sahabat, yaitu Salman Al Farisi dari Persia mengajukan usul agar perang dilakukan dengan cara bertahan di dalam kota Madinah. Namun, sekeliling kota di pagari dengan parit-parit yang lebar dan dalam. Oleh sebab itu, perang ini dinamai perang Khandaq (parit).

Selesai musyawarah, Rasulullah SAW segera memimpin penggalian. Beliau yang pertama kali menggali dan memecah batu untuk diangkat ke permukaan. Para sahabat segera mengikuti jejak beliau dengan penuh semangat.

Akhirnya dalam waktu satu minggu, terbujurlah parit dari arah barat ke timur di kawasan kota Madinah, sehingga kota Madinah seolah-olah telah dibentengi. Pasukan Islam telah disiagakan di kawasan barat dan timur kota Madinah. Zaid bin Haritsah dan Sa’ad bin Ubadah ditugaskan untuk membawa bendera.

Saat pasukan Qurays sampai di lereng bukit Uhud, mereka mengira bahwa pasukan muslim akan menghadang mereka, sebagaimana saat perang Uhud. Setelah lama dan bosan menunngu akhirnya mereka bergerak menuju Madinah.

Sesampainya di gerbang kota Madinah, mereka tercengang dengan taktik perang yang d lakukan kaum muslimin. Kota Madinah telah dikelilingi oleh parit yang dalam dan lebar, di mana lebar parit sepanjang empat meter dan dalamya enam meter, sehingga menyulitkan mereka memasuki kota Madinah. Untuk menunggu serangan dari pasukan kaum muslim, mereka mendirikan kemah di sekitar parit.

Beberapa perwira Quraisy mencoba menerobos parit, namun Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah dengan sigap membunuh mereka.

Pada saat-saat mencekam dan genting seperti itu, kaum Yahudi dari Bani Quraidzah sengaja mengambil kesempatan dengan melanggar perjanjian. Mereka bersekutu dengan pasukan Quraisy untuk membasmi kaum muslimin. Namun seorang tokoh Yahudi bernama Nu’aim bin Mas’ud telah masuk Islam secara sembunyi-sembunyi, sehingga tidak diketahui oleh kaumnya. Nu’aim segera mengahadap Rasulullah SAW dan memohon izin untuk melaksanakan taktiknya memecah belah musuh.

Mula-mula Nu’aim bin Mas’ud menghadap kepala suku Bani Quraidzah, kemudian menghadap pembesar Quraisy dan menyampakan pendapat kepala suku Bani Quraidzah. Maka dengan bangga Abu Sufyan segera merencanakan menyerang kota Madinah secara serentak di hari Sabtu, tetapi Bani Quraidzah menolak dengan alasan hari Sabtu bagi mereka adalah hari terlarang untuk berperang. Abu Sufyan mengancam akan menyerang balik Bani Quraidzah jika tidak mau bersekutu, namun kepala suku Bani Quraidzah tetap pada pendiriannya.

Penyerangan atas kota Madinah pun batal. Pasukan gabungan telah lama tinggal di kemah-kemah darurat, sedangkan cuaca kota Madinah pada waktu itu sangat dingin dan tidak bersahabat. Selama menunggu di seberang parit, banyak pasukan gabungan Qurays dan Yahudi yang mati kedinginan dan terkena penyakit malaria. Pada suatu malam, angin puting beliung berhembus cukup besar, sehingga memporak porandakan perkemahan mereka. Abu Sufyan akhirnya memutuskan kembali pulang ke Mekah untuk menyelamatkan diri sambil berkata: “Ini kutukan Muhammad.”

Dengan pulangnya pasukan gabungan Quraisy dan Yahudi tersebut, berarti perang Khandaq telah selesai. Nabi dan para sahabat merasa lega dapat menghadang musuh tanpa harus berperang. Kesuksesan perang Khandaq disebutkan dalam Al-Qur’an sebagi berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, inagtlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datng kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ahzab: 9).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar