Judul Film
|
:
|
The Burning Season
|
Aktor-Aktor
|
:
|
Raul Julia, Carmen
Argenziano, Sonia Braga, Luis Guzman
|
Sutradara
|
:
|
John Frankenheimer
|
Tahun Produksi
|
:
|
1994
|
Rumah Produksi
|
:
|
Warner Bros, USA
|
Durasi
|
:
|
118 Menit
|
The Burning Season adalah film yang diambil dari
kisah nyata yang terjadi pada masyarakat Cachoeira, sekitaran hutan hujan
Amazon, Brazil, antara 1951 – 1990an. Film ini menceritakan perjuangan seorang
bernama Chico Mendes beserta para penyadap karet untuk menghentikan eksploitasi
hutan yang dilakukan oleh perusahaan besar Amerika. Chico Mendes diperankan
oleh aktor terkenal asal Puerto Rico, Raul Julia.
The Burning Season sangat pas dijadikan
referensi dalam rangka mempelajari langkah-langkah advokasi. Bahkan, film yang
disutradarai oleh John Frankenheimer ini boleh disebut sebagai film yang
menggambarkan advokasi oleh suatu masyarakat. Advokasi di sini dimaknai sebagai
upaya untuk mengubah kebijakan yang merugikan masyarakat.
Di bagian awal, The Burning Season menampilkan
potret masyarakat Cachoeira yang tidak punya pilihan selain menjual getah
karetnya pada pedagang yang culas. Sistem perdagangan karet sangat menindas
warga Cachoeira. Serikat pekerja tidak dibiarkan tumbuh oleh pengusaha. Mereka
yang berusaha mendirikan perserikatan dihukum mati. Keadaan itu belum berubah
hingga tahun 1983.
Pada tahun itu, Bordon, sebuah perusahaan besar
Amerika bermaksud membuat bisnis peternakan yang berlokasi di hutan sekitar
Cachoeira. Untuk melancarkan maksud tersebut, petinggi perusahaan harus membuka
hutan. Mereka membakar hutan dan menebangi pohon-pohon karet yang menjadi
sumber kehidupan warga Cachoeira.
Pada tahun yang sama sudah berdiri Serikat
Pekerja Pedesaan yang diketuai oleh Wilson Pinheiro. Wilson berhasil
membangkitkan keberanian warga Cachoeira untuk menolak niat pengusaha yang
ingin membabat hutan. Beberapa kali Wilson mengajak warga Cachoiera untuk
menghentikan penebangan hutan. Namun sayang, karena keberaniannya itu Wilson
harus tewas. Ia ditembak oleh orang tak dikenal di kantor serikat pekerja.
Setelah penembakan itu, Chico Mendes dan petinggi-petinggi Serikat Pekerja
Pedesaan diculik dan disiksa atas alasan pembunuhan yang direncanakan oleh
pihak Bordon.
Selepas kejadian tragis itu, Chico Mendes
memutuskan pergi dari kampungnya. Namun, ia tidak kuasa melanjutkan perjalanan
setelah melihat truk-truk besar dan alat berat bertulis Bordon sedang menuju
kampungnya. Chico yang saat itu ditemani Ilzamar, gadis yang merawatnya pasca
penyiksanaan, akhirnya memutuskan kembali ke Cachoeira. Sejak saat itu Chico
memutuskan untuk meneruskan perjuangan Wilson. Dalam sebuah percakapan, ia
mengatakan pada Ilzamar, “Tak ada lagi janda, tak ada lagi yatim piatu”. Chico
bertekad melakukan pembelaan tanpa kekerasan. Ia meminta semua anggota serikat
untuk mengumpulkan senjata mereka.
Kegigihan Chico untuk menghentikan pembakaran
hutan akhirnya mendapat perhatian dari Steven Kaye, seorang pembuat film
dokumenter. Ia mendatangi Chico dengan maksud membuat film dokumenter. Pada
perkembangannya, Kaye berperan sebagai pendorong bagi Chico agar mau merebut
perhatian dunia dengan mempromosikan apa yang telah dilakukannya. Kaye melalui
film yang dibuatnya sedikit banyak telah membuat wajah Chico Mendes dikenal
dunia.
Perjuangan Chico untuk mengembalikan hak atas
tanah warga Cachoeira pun tidak hanya melalui jalur serikat pekerja. Pada
sebuah momen pemilihan kepala negara bagian, ia mencalonkan diri. Ia mengambil
jalur politik agar bisa menegakkah hukum yang adil pada warga Cachoeira. Lawan
politiknya adalah kroni perusahaan Bordon. Hasilnya, Chico tidak berhasil
menjadi kepala negara bagian karena politik uang.
Pada sebuah kesempatan, Chico Mendes menghadiri
konferensi Bank Dunia di Miami, Amerika Serikat. Setelah itu ia mendapat
kesempatan menyampaikan gagasannya dalam forum PBB di New York. Pidato itu
ternyata berhasil menarik simpati dunia. Pers dunia menampilkan wajah Chico
dalam berita utamanya. Alhasil, perusahaan yang hendak membuka hutan untuk
kepentingan usahanya tidak punya pilihan selain menghentikan operasinya. Atas
keberhasilan tersebut warga Cachoeira bergembira.
Namun, perjuangan tidak berhenti sampai di situ.
Darli Aves, pengusaha ternak yang merupakan kroni pemilik perusahaan Bordon
menolak menghentikan upayanya membuka hutan. Ia bersikeras membuka hutan. Upaya
negosiasi Chico tidak ditanggapi oleh Alves. Dengan modal sertifikat
kepemilikan atas tanah yang dikantongi, Alves tetap akan melakukan penebangan.
Sikap Alves membuat Chico terpaksa melawan. Bersama anggota serikatnya, Chico
melakukan aksi. Dalam aksi-aksi itu Chico sangat menekankan “anti-kekerasan”.
Ia melarang anggotanya melawan anak buah Alves meskipun beberapa kali mereka
dipukuli. Korban luka bahkan korban tewas pun tak bisa dihindari. Jair Inglezias,
salah seorang rekan dekat Chico ditembak mati saat menyadap karet.
Tindakan brutal Alves membuat anggota serikat
pekerja tak tahan diri. Menurut sebagian dari mereka, Alves harus dilawan
dengan senjata. Namun, pendapat itu ditolak keras oleh Chico. Dalam sebuah
pertemuan dengan para anggotanya, ia mengatakan, “Hanya karena mereka pembunuh,
apa kita harus menjadi pembunuh?” Pernyataan itu ditolak balik oleh salah
seorang anggota serikat dengan ungkapan, “Kami tak mau filosofi! Simpan saja
itu untuk temanmu di Amerika!” Chico akhirnya meminta seluruh anggota serikat
untuk menentukan pendapat, siapa yang memilih melawan dengan senjata dan siapa
yang memilih tanpa kekerasan. Hasilnya, anggota serikat lebih banyak yang
memilih melawan tanpa kekerasan.
Di satu sisi, tindakan brutal Alves tertangkap
oleh media-media Amerika. Berita-berita pembunuhan yang dilakukan Alves menjadi
berita utama. Keadaan tersebut membuat kepala negara bagian yang bersekongkol
dengan pemilik perusahaan Bordon merasa terpojok. Akhirnya, mereka mendatangi
Chico untuk berunding. Perundingan di kantor Serikat Pekerja Pedesaan yang
ditinggali Chico itu berlangsung sehari semalam. Di luar kantor, warga
Cachoeira berkumpul. Mereka bergerak maju melewati dua lapis barisan polisi bersenjata
yang ditugaskan menjaga perundingan hingga perundingan selesai. Hasilnya, pihak
pemerintah dan Alfred Sezero dari perusahaan Bordon mengalah pada sikap
prinsipil Chico. Pemerintah Federal Brazil memberi hak atas tanah hutan untuk
warga Cachoeira.
Namun, keputusan tersebut membawa ancaman mati
bagi Chico Mendes. Darli Alves sakit hati atas kemenangan Chico Mendes. Ia pun
menyuruh orang untuk membunuh Chico Mendes. Tindakan buta Alves itu
sesungguhnya telah dicium oleh kawan dekat Chico, Regina dan Kaye. Mereka
berdua menyuruh Chico hijrah ke tempat lain. Namun Chico menolak dengan alasan
Cachoeira adalah rumahnya. Dengan heroik ia mengatakan pada Regina dan Kaye,
“Dengar! Jika membunuhku akan mengakhiri penembak itu, mungkin memang itu saja
artinya. Jika seorang kurir turun dari surga dan menjamin bahwa kematianku akan
memperkuat tujuan kita, itu mungkin ada gunanya!
Perjuangan Chico Mendes berakhir dengan
kematian. Chico ditembak oleh orang tak dikenal ketika hendak ke kamar mandi di
belakang rumahnya. Kematiannya itu menarik simpati dunia. Media besar Amerika
seperti BBC memberitakan kematian Chico Mendes berikut perjuangannya.
Pemerintah Brazil pun akhirnya memberi penghargaan atas perjuangan Chico
Mendes. Pada 12 Maret 1990, Pemerintah Brazil menyatakan 2,5 juta are wilayah
sekitar Cachoeira akan dilindungi oleh hukum dari penebangan, pembukaan, dan
pembakaran. Tempat itu diberi nama “Suaka Alam Chico Mendes”. Sementara Alves
dan putranya dijerat hukuman 19 tahun atas kesaksian Genesio, remaja yang
dulunya bekerja di peternakan Alves, yang memberatkan.
The Burning Season adalah film yang kaya akan
inspirasi advokasi. Film ini merupakan referensi yang tepat bagi LSM atau
masyarakat yang hendak mengetahui langkah-langkah advokasi. The Burning Season
menggambarkan langkah-langkah advokasi, mulai dari menentukan masalah,
pembentukan tim, sosialisasi atas masalah ke wilayah publik, jalur-jalur
advokasi, hingga konsep tanding yang ditawarkan. Dan yang terpenting dari The
Burning Season ini adalah perjuangan advokasi tanpa kekerasan. (Kontributor Website AMAN Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar