(Suriah: Putin-1, Obama-0.
Krimea: Putin-1, Obama-0. Ukraina: Putin-1,
Obama-0. Saluran Pipa: Putin-2, Obama-0.
Forbes: Putin-2, Obama-0)
Berbekal pengalamannya di KGB, Vladimir Putin memahami cara
Amerika Serikat bekerja. Modus operandi Amerika adalah mengorganisasikan
kudeta, pemberontakan, dan revolusi tandingan di negara-negara tempat pemimpin
nasionalis berkuasa. Iran, Chili, Ekuador, Venezuela, Panama, dan Ukraina
adalah beberapa contoh klasik.
Dalam “Confessions of an Economic Hitman”, John Perkins
menuliskan bagaimana ia dan ‘hitman’ lain dikirim ke negara berkembang sebagai
konsultan untuk menyuap atau memaksa diplomat, ekonom, dan politisi demi
memenangkan tawaran Amerika Serikat. Mereka kerap berhasil, tetapi jika gagal,
CIA akan menerjunkan para ‘serigala’—pembunuh terlatih profesional yang akan
merekayasa kematian orang-orang yang menghalangi dominasi mutlak Amerika.
Satu-dua pukulan oleh para economic hitman dan pembunuh
bayaran ini sangat efektif untuk melumpuhkan negara lain, sehingga Amerika
Serikat jarang menggunakan cara lain. Hanya di Irak dan Libya Amerika terpaksa
menggunakan kekuatan militer demi tujuan ekonominya.
Putin tahu AS pernah mencoba pendekatan serupa di Rusia.
Sebagai mantan jenderal KGB di Jerman Timur, ia tahu para pembunuh bayaran
selalu mengintai dirinya.
Perang di Ukraina jelas sebuah dalih untuk menarik Rusia agar
masuk dalam konfrontasi militer langsung dengan angkatan bersenjata Ukraina,
untuk menciptakan perang regional di Eropa.
Tanggapan Rusia bercabang dua. Pertama, Rusia menolak
melakukan baku tembak dengan preman-preman Ukraina dan hal tersebut membuat
Amerika frustrasi. Washington hanya bisa diam terkait Ukraina, dan hal itu
secara brilian disebut seorang jenderal Tiongkok sebagai gejala “disfungsi
ereksi” strategi Amerika.
Kedua, Putin menggunakan strategi asimetris untuk
menghentikan—dan akhirnya meruntuhkan—kekuasaan Amerika. Tujuan utamanya adalah
menggempur jantung kekuatan Amerika—dolar. Rusia—dengan dukungan BRICS—mulai
beralih dari perdagangan dolar, langkah yang akan berdampak besar pada ekonomi
Amerika yang nyaris tidak bertumbuh.
Menurut portal keuangan Zero Hedge, “Tindakan balasan Glazyev
secara khusus menyasar kekuatan utama mesin perang AS, yaitu mesin cetak Bank
Sentral. Penasihat Putin mengusulkan pembentukan ‘aliansi antidolar’
beranggotakan negara-negara yang mau dan mampu meninggalkan dolar dalam
perdagangan internasional mereka. Anggota aliansi juga akan berhenti menyimpan
cadangan mata uang dalam instrumen bersatuan dolar. Koalisi antidolar akan
menjadi langkah pertama untuk pembentukan koalisi antiperang yang dapat turut
menghentikan agresi AS.”
Situs tersebut juga menuliskan bahwa melihat upaya baru-baru
ini yang dilakukan oleh para pemimpin bisnis Jerman, Prancis, Italia, dan
Austria untuk menghentikan sanksi terhadap Rusia, penilaian penasihat Putin
terbukti benar. “Hal yang agak mengejutkan bagi Washington ialah perang demi
Ukraina mungkin akan segera menjadi perang demi kemerdekaan Eropa dari AS dan
perang melawan dolar.”
Semua langkah Putin di papan catur geopolitik ini terbilang
tepat, namun lawan-lawannya tak akan hanya duduk manis melihat kekuasaannya
runtuh. Saat ini, nilai rubel terhadap dolar Amerika anjlok drastis, bahkan
setelah harga minyak ditekan habis-habisan oleh Saudi—yang kemungkinan besar
atas permintaan tuan-tuan Amerika mereka. Amerika tak akan berhenti berusaha
menumbangkan Rusia karena Rusia adalah satu-satunya negara yang menghalangi
Amerika Serikat untuk mendominasi dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar