“Syi’ah
tidak ada hubungannya dengan Abul Hasan Al-Asy’ari. Syi’ah lebih dahulu
daripada seluruh mazhab yang lainnya”
Sesungguhnya
Syi’ah itu, baik dalam ushuluddin maupun cabang-cabangnya, adalah esensi Islam
yang hakiki, yaitu Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Ketika dikatakan
bahwa Syi’ah adalah pengikut mazhab Al-Ja’fari, maka itu karena Imam Ja’far
Ash-Shadiq as adalah keturunan Rasulullah saw dan salah satu imam Ahlul Bait
as. Melalui tangan Imam Ash Shadiq as ini, mazhab Syi’ah berkembang secara
meluas dan kukuh dalam situasi yang tepat, yaitu menjelang keruntuhan kekuasaan Bani Umayyah.
Syi’ah
menjadi simbol jantung Islam yang berdenyut hidup. Seorang penulis Mesir,
Muhammad Fikri Abun Nashr, mengungkapkan tentang Syi’ah, “Sesungguhnya Syi’ah
tidak ada hubungannya dengan Abul Hasan Al-Asy’ari dalam ushuluddin dan tidak
pula dengan mazhab yang empat dalam furu’ (cabang-cabang agama). Sebab, mazhab
para imam Syi’ah lebih dahulu daripada seluruh mazhab yang lainnya. Demikian
juga mazhab Syi’ah ini lebih layak untuk diikuti karena pintu ijtihad dalam
mazhab ini tetap terbuka hingga hari kiamat.
Ustad
Abush Shafa’ Al-Ghanimi At-Tifwani berkata, “Banyak di antara peneliti, baik Timur
maupun Barat, terdahulu maupun kontemporer, yang jatuh dalam penilaian yang
keliru tentang Syi’ah, yang tidak bersandarkan pada dalil dan bukti yang kuat.
Penilaian yang keliru ini telah tersebar di tengah-tengah orang banyak tanpa
mereka menanyakan diri mereka sendiri tentang kebenaran atau kekeliruan
penilaian itu.
Di
antara faktor yang menyebabkan tidak ada penilaian objektif di kalangan para
peneliti itu adalah ketidaktahuan mereka yang diakibatkan tidak adanya
perhatian mereka terhadap sumber-sumber Syi’ah, sebaliknya mereka mencukupkan
diri dengan merujuk pada sumber-sumber lawan-lawan Syi’ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar