Label

Senin, 23 September 2013

Doa Penantian Imam Mahdi (aj)




بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللَّهُمَّ كُنْ لِوَلِيِّكَ الْحُجَّةِ بْنِ الْحَسَنِ صَلَوَاتُكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آبَائِهِ فِي هَذِهِ السَّاعَةِ وَفِي كُلِّ سَاعَةٍ وَلِيّاً وَحَافِظاً وَقَائِداً وَنَاصِراً وَدَلِيْلاً وَعَيْنًا حَتَّى تُسْكِنَهُ اَرْضَكَ طَوْعاً وَتُمَتِّعَهُ فِيْهَا طَوِيْلاً 

Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad

Allâhumma kun liwaliyyika al-hujjatibnil Hasan shalawâtuka ‘alayhi wa ‘alâ abâihi fî hâdzihil sâ’ah wa fî kulli sâ’ah waliyyan wa hâfizhâ, wa qâ’idan wa nâshirâ, wa dalîlan wa ‘aynâ, hattâ tuskinahu ardhaka thaw’â wa tumatti’ahu fîhâ thawîlâ.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

Ya Allah, jadilah Engkau Wali dan Pemelihara, Pelindung dan Penolong, Penunjuk jalan dan Pemantau, bagi kekasih-Mu Al-Hujjah ibnal Hasan (semoga shalawat-Mu atasnya dan bapak-bapaknya) saat ini dan setiap saat hingga Kau serahkan kepadanya bumi-Mu dengan suka rela, dan Kau bahagiakan ia di dalamnya dalam waktu yang lama. [] 



Riwayat Maqatil Ibn Sulaiman dari Imam Ali Zainal Abidien




Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad

Ilâhî kayfa ad’ûka wa ana ana, wa kayfa aqtha’u rajâî minka wa Anta Anta. Ilâhî idzâ lam as-alka fatu’thînî faman dzal ladzî as-aluhu fatu’thînî? Ilâhî idzâ lam ad’ûka fatastajîbulî faman dzal ladzî ad’ûhu fayastajîbulî? Ilâhî idzâ lam adharra’ ilayka fatarhamunî faman dzal ladzî adharra’u ilayhi fayarhamunî? Ilâhî fakamâ falaqtal bahra li-Mûsâ `alayhis salâm wa najjaytahu as-aluka an tushalliya ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, wa an tunajjinî mimmâ ana fîhî, wa tufarrija `annî farajan `âjilan ghayra âjilin bifadhlika wa rahmatika yâ Arhamar râhimîn.

Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

Ilahi, Bagaimana aku berdoa pada-Mu sementara aku adalah aku, bagaimana aku putus asa dari-Mu sementara Engkau adalah Engkau. Ilahi, jika aku tidak memohon pada-Mu yang kemudian memberiku, kepada siapa lagi aku harus memohon yang kemudian memberiku? Ilahi, jika aku tidak berdoa pada-Mu yang kemudian mengijabah doaku, kepada siapa lagi aku harus berdoa yang kemudian memperkenankan doaku? Ilahi, jika aku tidak merendahkan diri pada-Mu yang kemudian menyayangiku, kepada siapa lagi aku harus merendahkan diri yang kemudian menyayangiku? Ilahi, sebagaimana Engkau telah membelah lautan untuk Nabi Musa (as) dan Kau selamatkan ia, aku memohon pada-Mu sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, selamatkan aku dari apa yang aku takutkan, dan bahagiakan aku dengan kebahagiaan yang segera dan tidak tertunda-tunda dengan karunia dan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.

(Mujarrabat Imamiyah, hlm 114).

Doa ini diajarkan oleh Imam Ali Zainal Abidin (sa), salah seorang cucu Rasulullah saw yaitu putera Al-Husein bin Fatimah binti Rasulilllah saw.

Doa ini diriwayatkan oleh Maqatil bin Sulaiman dari Imam Ali Zainal Abidin (sa) 






Kisah Mus'ab bin Umair al-Khair Ra




Mus'ab mengenakan pakaian terbaiknya, menyisir rambutnya, menyemprotkan parfum ke tubuhnya, lalu pergi. Aroma parfumnya menyebar keseluruh penjuru. Beberapa orang wanita berbisik-bisik tentang pemuda kaya raya itu. Mereka berharap bahwa Mus'ab mau menikahi salah satu putrinya.

Mus'ab menghibur dirinya bersama temannya. Suatu hari, ia mendengar tentang suatu peristiwa baru yang terjadi di Makkah. Saat itu, Nabi Muhammad saw mulai mengajak orang-orang masuk Islam.

Mus'ab memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad saw. dan mendengar khotbah beliau. Sehingga, ia pun pergi menuju rumah Al Arqam. Tadinya, dia bermaksud untuk meluangkan sedikit saja waktunya bersama Nabi Muhammad saw, karena ia telah berjanji pada teman-temannya untuk pergi mencari hiburan.

Namun, ketika Mus'ab duduk di hadapan Nabi Muhammad saw, dia mendapatkan sesuatu yang baru. Dia menyadari akan ampunan, cinta sejati, dan akhlak yang baik. Maka, ia pun mendngarkan kata-kata Nabi. 

Tiba-tiba ia berkata, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah."

Sejak saat itu, Mus'ab pun menjadi orang yang beriman. Dia mulai menatap ke langit dan merasakan penderitaan kaum miskin. Lalu, siapakah Mus'ab itu ?

Nama lengkapnya adalah Mus'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf. Dia berasal dari bani Abdul Daar yang berasal dari suku Quraisy. Dia termasuk salah satu sahabat terbaik. Dia masuk Islam pada masa awal. Dia merahasiakan keislamannya. Ketika kaum kafir mengetahui keislamannya, mereka pun memenjarakan ia di dalam rumahnya. Dia berhijrah ke Habsyi (Ethiopia) dan kemudian kembali lagi ke Makkah.

Nabi Muhammad saw. mengirim ia ke Madinah untuk mengajarkan Alquran pada orang-orang. Jadi, ia merupakan Muhajirin pertama. Rasulullah saw menjulukinya Mus'ab al Khair.

Dia ikut serta dalam Perang Badar. Dia syahid dalam Perang Uhud dan dialah yang membawa bendera Nabi saw.

Masuk Islamnya Mus'ab

Pada suatu malam, Mus'ab pulang ke rumahnya. Dia makan malam tanpa berkata apa-apa. Dia hanya makan satu jenis makanan. Ayahnya memandanginya. Ibunya pun heran dengan kebiasaan barunya itu. Ibunya bertanya tentang hal itu. Dia hanya menjawab," Tidak ada apa-apa."

Ketika waktu tidur tiba, Mus'ab berbaring di tempat tidurnyadan memandangi langit yang berbintang. Dia pun merasa sangat kagum atas kebesaran Allah, Pencipta langit dan Bumi,Penguasa jagad raya.

Semua sudah tertidur, Namun Mus'ab masi terjaga. Dia bangun dan berwudu dengan hati-hati agar tidak seorang pun melihatnya. Dia memasuki kamarnya dan mulai berdoa pada Allah, Yang Mahamulia.

Pada pagi berikutnya, ibu Mus'ab meras heran dengan perilaku aneh anaknya. Dia tak berhenti di depan cermin untuk menyisir rambutnya. Dia tidak memakai parfum di tubuhnya. Dia hanya berpakaian seperti orang biasa. Selain itu, ia memperlakukan orang tuanya dengan sopan.

Suatu hari, ibunya mendengar kabar mengenai seringny6a Mus'ab pergi ke rumah Al Arqam. Ibunya pun menjadi marah. Ibu Mus'ab menunggu kedatangannya dengan tidak sabar.

Mus'ab kembali pada sore harinya dan menyapa ibunya. Namun ibunya menampar pipinya dan berkata dengan keras," Mengapa kau tinggalkan agama leluhurmu dan mengikuti agama Muhammad ?"

Mus'ab menjawab,"Ibunda, karena itu merupakan agama terbaik."

Ibunya kehilangan akal sehatnya karena semua orang telah mengabaikannya termasuk juga suaminya. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Maka, ia pun menampar pipi anaknya lagi.

Mus'ab lalu duduk dengan sedih. Ibunya pun ikut duduk juga. Ia mulai berfikir bagaimana caranya agar anaknya itu kembali ke agama leluhurnya lagi.

Dengan lembut, ibunya berkata," Tidakkah kau lihat umat Islam menderita karena penyiksaan? Islam adalah agama para budak. Agama ini cocok untuk Bilal, Suhaib, dan Ammar. Sedangkan kau merupakan bagian dari suku Quraisy yang terhormat."

Mus'ab memandang ke arah ibunya dan berkata," Tidak Bu! Islam adalah agama semua orang. Tidak ada perbedaan antara Quraisy dengan selain Quraisy, dan antara yang hitam dan yang putih. Yang membedakan diantara mereka hanyalah ketaqwaan pada Allah. Ibu, aku mohon ikutilah agama Allah dan tinggalkan berhala karena mereka tidak berguna!"

Ibunya tetap diam. Dia lalu memikirkan cara lain agar anaknya meninggalkan agama Muhammad saw.

Matahari bersinar pada keesokan paginya. Sinarnya memenuhi rumah-rumah di kota Makkah dan perbukitannya. Rumah itu tampak sepi. Mus'ab bertanya dalam hatinya," ke manakah ibuku pergi?"

Mus'ab hendak keluar. Dia lalu menuju pintu, dan mencoba untuk membukanya namun pintu itu ternyata terkunci. Mus'ab pun menunggu kedatangan ibunya. Satu jam telah berlalu. Pintu itu kemudian terbuka. Ibunya bersama seorang lelaki beserban muncul dari belakang pintu. Lelaki itu membawa pedang di tangan kanannya dan rantai di tangan kirinya.

Penjara

Ibunya berkata padanya," Apakah kau ingin pergi ke rumah Al Arqam?"

Mus'ab terdiam. Ibunya pun melanjutkan, "Ruangan itu akan menjadi penjara bagimu hingga kau tinggalkan agama Muhammad."

Dengan tegas Mus'ab menjawab," Lebih baik aku mati demi agama Muhammad !"

Orang beserban itu pun lalu merantai Mus'ab, dan ibunya mendorongnya ke dalam kamar yang menjadi penjara baginya.

Hari-hari pun berlalu.

Mus'ab pun menderita kelaparan dan kesepian dalam penjara. Mus'ab tak henti-hentinya menangis.

Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim mendengar tentang penderitaan Mus'ab. Mereka merasa prihati terhadap Mus'ab. Mereka kagum kepada Mus'ab karena dia memilih dipenjara dari pada mengingkari agama Allah.

Kebebasan

Mus'ab selalu beribadah kepada Allah selama dalam kurungan. Dia ikhlas dengan takdirnya. Namun, dia merasa bahwa kebebasan merupakan hal terindah dalam hidup, dan keimanannya pada Allah merupakan jalan menuju kebebasan. Mus'ab merasakan penderitaan budak-budak di Makkah.

Hari dan minggu pun berlalu. Mus'ab masih tetap dikurung. Allah berkehendak untuk menyelamatkannya dari penderitaan itu.

Tersebutlah seorang raja di negeri Habsyi. Nabi Muhammad saw. menyeru pada umat Muslim untuk berhijrah ke sana.

Seorang Muslim dengan sembunyi-sembunyi datang ke penjara Mus'ab. Orang itu memberi tahu Mus'ab tentangt hijrahnya umat Islam. Mus'ab pun gembira dan penuh harapan. Orang tersebut melepaskannya dari penjara. Dia senang dapat ikut bersama kaum Muslim. Mereka melewati gurun pasir menuju laut merah.

Ke Negeri Habsyi

Kafilah itu telah sampai ke pelabuhan Jeddah. Mereka berjumlah lima belas orang. Mereka melarikan diri dari kaum kafir untuk menyelamatkan agamanya. Sebuah kapal merapat ke pelabuhan Jeddah. Kapal itu menuju ke Habsyi. Muhajirin (orang-orang yang hijrah) pun pergi. Mereka mengucap syukur ke hadirat Allah atas keimanan dan keselamatan mereka.

Angin berhembus sepoi-sepoi, dan air laut tenang. Kapal itu mulai bertolak menuju Habsyi. Setelah beberapa hari, kapal itu pun sampai di Habsyi.

Al Najashyi, Raja Habsyi, adalah orang yang adil. Dia menyambut kedatangan umat islam ke negerinya.

Di antara Muhajirin terdapat Abdurrahman bin Auf, Al Zubair bin al Awam, Utsman bin Mazun, Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah (putri Nabi), Umi Ayman, Abu Salamah dan istrinya Umu Salamah, serta Mus'ab bin Umair.

Muhajirin dapat beribadah kepada Allah dengan tenang. Mereka berharap dapat mendengarkan berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan tentang mereka yang mengikuti Nabi. Mereka memohon pada Allah agar menganugerahkan kemenangan kepada mereka atas kaum kafir.

Kaum kafir berencana untuk membawa kembali umat Muslim dengan paksaan. Mereka pergi menuju pelabuhan Jeddah. Mereka tidak menemukan kapal itu karena ternyata kapal itu telah berangkat ke Habsyi. Kemudian, mereka pun memikirkan cara lainuntuk membawa pulang umat Islam.

Kepulangan

Kaum kafir ingin mengadakan perdamaian dengan Nabi Muhammad saw. karena Islam menyebar dengan cepat.

Sebagai contoh, Hamzah bin Abdul Muththalib (paman Nabi saw) telah menjadi Muslim karena Abu Jahal telah menganiaya Nabi saw. Lalu Umar bin Khaththab, musuh umat Islam yang paling kejam, telah menjadi Muslim juga. Tentu saja, kaum Muslim menyadari akan kekuatan besarnya.

Selama masa tersebut, Raja menerima Muhajirin di negerinya. Sehingga, rakyatnya memberontak terhadapnya.

Umat Muslim berfikir untuk pulang kembali ke Makkah agar tidak menempatkan Al Najashyi dalam posisi yang paling sulit. Dalam pada itu, mereka mendengar tentang gencatan senjata antara kaum Muslim dan kaum kafir di Makkah.

Setelah tiga bulan di Habsyi, kaum Muslim memutuskan untuk kembali ke Makkah. Sebelum umat Islam tiba di Makkah, mereka mendengan kabar buruk. Yaitu kabar tentang kaum Quraisy yang masih tetap berlaku tidak adil. Mereka terus menyiksa umat Muslim.

Oleh karena itu, Muhajirin berada diantara dua pilihan, yaitu kembali ke Habsyi atau masuk ke Makkah dan mengalami penyiksaan lagi. Sebagian Muhajirin kembali ke Habsyi dan sebagian lagi tetap memilih untuk tetap pergi ke Makkah.

Mus'ab memilih untuk pulang ke Makkah. Mus'ab pulang ke rumah untuk mencari ibunya. Ternyata ibunya masih tetap keras kepala. Ibunya berusaha untuk memenjarakan Mus'ab lagi, namun Mus'ab meninggalkan rumahnya. Matanya berlinangan air mata.

Mus'ab ingin ibunya menjadi Muslim juga. Dia berharap ibunya dapat membuka matanya agar dapat melihat cahaya tauhid. Namun jawaban terakhir ibunya adalah," Aku tak ingin orang-orang mengatakan bahwa aku lebih memilih agama anakku dibandingkan agama ayahku."

Pertemuan di Makkah

Nabi Muhammad saw. sedang menantikan musim ziarah untuk mengajak para peziarah untuk masuk Islam.

Enam orang yang berasal dari Yatsrib datang ke Makkah. Nabi saw. bertanya pada mereka," Kalian berasal dari mana?"

Mereka menjawab," Kami dari Yatsrib. Kami berasal dari suku Khazraj."

Nabi saw. lalu berkata pada mereka," Apakah kalian para pendukung kaum Yahudi ?"

Mereka menjawab," Benar."

Kemudian Nabi saw duduk bersama mereka. Lalu, beliau membacakan beberapa ayat Alquran dan mengajak mereka untuk masuk Islam.

Penduduk Yatsrib telah mendengar dari kaum Yahudi bahwa seorang nabi akan segera muncul. Karena itulah, mereka saling berkata, "Dialah nabi yang telah diceritakan oleh kaum Yahudi."

Dengan segera mereka menjadi Muslim dan berkata, " Permusuhan antara suku Aus dengan suku Khazraj semakin sengit, semoga Allah mempersatukan kami melalui engkau!"

Mereka lalu pergi menuju Yatsrib dan mulai mengajak penduduknya untuk masuk Islam.

Penghormatan Pertama Al Akaba

Ketika musim ziarah dimulai, dua belas orang Yatsrib datang dan menemui Nabi saw. di tempat yang bernama Al Akaba.

Kedua belas orang tersebut berjanji pada nabi bahwa mereka tak akan menjadi musyrik, takkan mencuri, takkan berzina, takkan membunuh anak perempuan mereka, dan takkan berkata bohong.

Muhajirin Pertama

Umat Muslim di Habsyi meminta Nabi Muhammad saw. agar mengirimkan seseorang untuk mengajar mereka tentang Islam.

Nabi Muhammad saw. merasa Mus'ab adalah orang yang paling tepat untuk mengemban tugas tersebut. Oleh karena itu, beliau menyuruhnya untuk bersiap-siap pergi hijrah ke Habsyi.

Mus'ab bin Umair mematuhi perintah Nabi saw. dan kemudian pergi bersama yang lainnya menuju Habsyi.

Oleh karena itu, Mus'ab bin Umair adalah orang yang pertama hijrah ke Habsyi karena Allah semata. Dia tinggal bersama Sa'ad bin Zarara, yang juga termasuk orang yang masuk Islam pada masa awal.

Hari demi hari berlalu. Mus'ab bersama kaum Muslim lainnya mengajari mereka tentang Islam dan membacakan mereka ayat-ayat Alquran.

Penyebaran Agama Islam

Sa'ad bin Zarara ingin menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Makkah. Dia mengajak Mus'ab untuk pergi bersamanya menuju rumah bani Ashal dan bani Zafar.

Sa'ad bin Ma'adh dan Usaid bin Khuzair, adalah pemimpin bani Ashal. Mereka adalah orang-orang kafir yang bertuhan banyak.

Sa'ad bin Ma'adh berkata pada Usaid bin Khuzair, "Pergi dan hardiklah kedua orang itu! Lalu usir mereka dari rumah kita. Sa'ad bin Zurara adalah sepupuku. Dan aku merasa malu karenanya."

Usaid bin Khuzair mengambil pedangnya dan menghampiri mereka. Ada sekelompok orang yang berasal dari Yatsrib di sekeliling mereka. Mereka sedang mendengarkan ayat-ayat Alquran.

Sa'ad bin Zurara melihat Usaid berjalan ke arahnya. Dia berkata pada Mus'ab, "Dia adalah Usaid. Dia adalah pemimpin suku ini. Apabila dia menjadi Muslim, maka seluruh sukunya pun akan menjadi Muslim."

Usaid berhenti di dekat mereka. Dia lalu berkata dengan nada mengancam," Jika kalian masih senang hidup, pergilah dari sini!"

Mus'ab dengan sopan berkata," Duduklah beberapa menit saja. Dengarkanlah apa yang sedang kami bacakan. Jika engkau tidak menerimanya, kami akan pergi."

Usaid lalu berkata," Aku rasa itu adil, baiklah."

Usaid kemudian menaruh pedangnya di lantai dan duduk.

Mus'ab mulai membacakan beberapa ayat Alquran. Usaid merasa bahwa keyakinan mulai memasuki hatinya. Ekspresinya berubah seketika. Kemarahannya menghilang. 

Ia lalu berkata dengan senyuman," Alangkah indahnya !"

Mus'ab berkata," Inilah agama terbaik. Nabi yang jujur dan dapat dipercaya telah membawanya."

Usaid lalu bertanya," Apa yang harus aku lakukan apabila aku ingin menjadi seorang Muslim?"

Mus'ab menjawab," Bersihkanlah tubuhmu, berwudulah, katakanlah,' Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah dan hamba Allah.' Lalu salatlah dua rakaat."

Usaid berdiri lalu pulang ke rumahnya. Kemudian ia membersihkan tubuhnya, berwudu, setelah itu kembali menghadap Mus'ab dan Sa'ad bin Zarara, lalu ia pun menjadi Muslim. Kemudian dia berkata, "Ada seorang pria di sana. Pria itu adalah kawanku. Apabila ia menjadi seorang Muslim, maka seluruh sukunya akan menjadi Muslim juga. Akan kupanggilkan dia."

Sa'ad bin Ma'adh Masuk Islam

Usai kemudian kembali menuju kawannya, Sa'ad. Ketika Sa'ad bin Ma'adh melihatnya di kejauhan, dia berkata pada kawannya," Demi Tuhan, Usaid datang dengan wajah yang lain." Maksudnya, Usaid telah berubah.

Sa'ad bertanya pada Usaid," Apa yang telah kau lakukan?"

Usaid menjawab," Aku telah menyuruh mereka pergi. Dan mereka berkata," Kami akan melakukan apa yang kau inginkan."

Kemudian Sa'ad bertanya," Di mana mereka sekarang?"

Usaid menjawab," Di tempat mereka."

Sa'ad lalu berkata dengan marah," Engkau tidak melakukan apa pun!"

Sa'ad kemudian berdiri, mengambil pedang dari Usaid, dan pergi menghampiri Mus'ab bin Umair.

Mus'ab tersenyum. Dia meminta Sa'ad untuk duduk dan mendengarkan. Kemudian dia berkata," Apabila kata-kata kami mengganggu kalian, maka kami akan pergi!"

Setelah Sa'ad menaruh pedangnya, ia lalu duduk.

Mus'ab membacakan beberapa ayat Alquran. Kemudian, Mus'ab memberitahu Sa'ad tentang akhlak Islam yang baik, persahabatan, dan persaudaraan.

Sa'ad merasa bahwa hatinya condong pada agama Islam, sehingga ia lalu berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan hamba Allah."

Sa'ad merahasiakan keislamannya, karena ia bermaksud untuk melakukan sesuatu.

Sa'ad adalah pemimpin dan panutan bani Ashal. Mereka menantikan kepulangannya. Dia dan Mus'ab bin Umair pulang kembali menghampiri bani Ashal. Ketika Sa'ad mendekati mereka, dia berhenti lalu berkata," Bani Ashal, siapakah aku?"

Mereka semua menjawab,"Pemimpin dan panutan kami!"

Sa'ad bin Ma'adh lalu berkata," Aku mengajak kalian untuk percaya pada Allah dan Rasulullah."

Seluruh anggota bani Ashal kemudian menganut agama Islam. Oleh karena itu, Mus'ab bin Umair mulai mengajari mereka prinsip-prinsip dalam agama Islam.

Penghormatan Kedua Al Akaba

Musim ziarah yang baru dimulai. Mus'ab bin Umair dan sekolompok umat Muslim pergi menuju Makkah. Sekelompok kaum kafir juga berangkat ke sana. Kaum kafir mengunjungi Makkah dan melakukan upacara ritual khusus.

Mus'ab ingin menemui Nabi saw. untuk memberitahu beliau tentang penyebaran agama Islam di Yatsrib.

Sekelompok umat Muslim secara diam-diam mengunjungi Nabi Muhammad saw. Mereka meminta beliau untuk menemui mereka di Bukit Al Akaba di malam hari. Mereka tidak ingin kaum kafir Quraisy mengetahui pertemuan mereka.

Saat kaum kafir sedang tidur, diam-diam kaum Muslim pergi menuju Bukit al Akaba. Kaum Muslim tersebut berjumlah 73 orang. Dua di antara mereka adalah wanita. Yang pertama Nasiba binti Ka'ab, dia berasal dari bani Najar. Yang kedua Asma binti Amru, dia berasal dari bani Salamah.

Nabi Muhammad saw. datang ke bukit. Begitu pula paman Nabi,Abbas, yang merahasiakan keislamannya karena dia takut pada orang-orang Quraisy, datang juga bersama Nabi.

Umat Muslim kemudian melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. Mereka meyakinkan Nabi bahwa mereka akan membela Islam. Mereka berkata pada Rasulullah saw," Kami telah menghormatimu! Kami akan setia padamu. Lalu apakah yang kami peroleh ?"

Nabi Muhammad saw. menjawab," Surga!"

Munat Sang Berhala

Utusan Nabi kembali ke Madinah. Mus'ab bin Umair juga kembali ke Madinah. Dia sangat gembira atas kemenangan Islam. Agama Islam sudah menyebar. Cahayanya menyinari Yatsrib. Kebanyakan penduduk Yatsrib memeluk agama Islam, dan hanya sedikit saja yang masih tetap bertuhan banyak dan menyembah berhala.

Amru bin Jamuh termasuk di antara mereka, namun putranya, Ma'adh, ikut melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. di Bukit al Akaba. Amru bin Jamuh membuat berhala dari kayu. Dia menamakannya Munat. Dia menaruh berhala tersebut di halaman rumahnya. Dia menyembahnya setiap hari.

Ma'adh memikirkan cara untuk meyakinkan ayahnya tentang kesia-siaan menyembah berhala. Dia setuju dengan kaum Muslim lainnya untuk mengambil berhala tersebut.


Pada malam hari, Amru bin Jamuh pergi ke kamarnya untuk tidur. Putranya masih terjaga dan sedang menunggu kawan-kawannya.

Pada waktu yang telah disepakati, kawan-kawannya datang. Ma'adh membuka pintu dengan hati-hati. Kawan-kawannya lalu masuk ke rumah. Mereka kemudian mengikat berhala itu dengan tali dan menariknya keluar. Mereka pergi ke luar kota. Mereka lalu melempar berhala itu ke lubang pembuangan sampah. Setelah itu, Ma'adh pulang dengan tenang dan pergi tidur.

Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh bangun. Dia tidak menemukan Munat. Ia lalu mulai mencari berhalanya di sepanjang jalan. Ia berteriak-teriak," Siapa yang telah mencuri Tuhanku?"

Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Akhirnya ia menemukannya di lubang tempat pembuangan sampah. Dia mengeluarkannya dari lubang tersebut dan membawanya kembali ke rumahnya. Dia lalu membersihkannya dan memberikan wewangian. Kemudian dia berlutut dan memohon maaf pada berhala itu.

Pada malam berikutnya, kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka menarik berhala itu dan membawanya ke luar kota lalu membuangnya ke tempat yang sama.

Amru bin Jamuh bangun dari tidurnya. Dia tidak dapat menemukan berhalanya. Sehingga ia pun pergi ke luar kota. Dia membawa berhalanya kembali ke rumah dan membersihkannya. Saat itu, ia mulai kesal. Oleh karena itu, ia kemudian menempelkan sebuah tulisan di leher Munat. Dia berkata pada Munat," Jika engkau benar-benar Tuhan, maka belalah dirimu!"

Hari sudah gelap. Kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka membawa kembali berhala itu ke tempat lain. Mereka mengikatnya pada bangkai anjing dan melemparnya ke dalam sebuah lubang.

Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Kemudian ia menemukannya terikat pada anjing yang telah mati. Sehingga ia lalu menendang berhala itu dengan kakinya. Dia berkata," Sungguh Tuhan yang nakal engkau!"

Sejak saat itu, Amru bin Jamuh percaya pada agama Islam. Ma'adh sangat senang saat ayahnya menjadi Muslim.

Hijrahnya Nabi

Kaum kafir sering menyakiti kaum Muslim, sehingga Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah.

Umat Muslim mulai meninggalkan Makkah secara diam-diam. Mereka pergi ke Madinah seorang demi seorang atau kelompok demi kelompok. Kaum kafir Quraisy mengetahui tentang hijrahnya kaum Muslim. Sehingga mereka mulai menangkap dan menyiksa sebagian dari mereka.

Tiga belas tahun berlalu setelah misi kenabian. Abu Jahal mendesak kaum kafir Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Jibril lalu turun dari langit memberitahu Rasulullah saw. tentang rencana jahat kaum kafir itu. Malaikat Jibril memerintahkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah.

Nabi saw. memutuskan untuk meninggalkan Makkah dengan diam-diam, beliau meminta sepupunya, Ali, untuk tidur di tempat tidurnya. Ali menerima permintaan Nabi dengan senang hati.

Ketika kaum kafir mendobrak rumah Nabi. Mereka melihat Ali sedang tidur di atas tempat tidur Nabi. Mereka mengagumi Ali dengan keberanian dan pengorbanannya.

Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah. Penduduknya menyambut beliau dengan shalawat. Pada saat itu, Yatsrib diberi nama Madinah.

Nabi Muhammad saw. mulai membangun masyarakat baru. 

Nabi Muhammad saw. membangun sebuah masjid. Masjid tersebut merupakan simbol dari tauhid. Kemudian, beliau membuat persaudaraan antara Muhajirin (kaum yang hijrah dari Makkah) dengan Anshar (Kaum penolong yang asli Mdinah).

Perang Badar

Kaum kafir di Makkah menyerang dan merampok rumah-rumah umat Muslim.

Nabi Muhammad saw. ingin menghukum kaum kafir Quraisy. Beliau mendengar tentang kafilah dagang yang kembali dari Syam. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan kaum Muslim untuk menyerang kafilah dagang tersebut.

Abu Sufyan, pemimpin kafilah dagang tersebut, mendengar tentang rencana kaum Muslim. Ia lalu mengutus seseorang kepada pemimpin kaum Quraisy agar mengirimkan perbekalan yang penting padanya. Ia pun mengubah arah perjalanan kelompoknya.

Kaum kafir bersiap-siap untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka mengerahkan 950 orang prajurit dan berangkat menuju Madinah.

Nabi Muhammad saw. membentuk suatau pasukan. Pasukan tersebut berjumlah 313 orang. Beliau memberi Mus'ab bin Umair bendera Muhajirin. Beliau memberi Sa'ad bin Ma'adh bendera Anshar. Dan beliau memberikan benderanya, yang disebut Al Ikaab, pada Ali bin Abi Thalib.

Kedua pasukan bertemu di dekat Sumur Badar.

Perang pun pecah. Kaum Muslim berjuang dengan gagah berani. Allah menganugerahkan mereka kemenangan. Kaum Muslim membunuh banyaka kaum kafir. Selain itu, mereka menangkap banyak kaum kafir seperti Nadhar bin Harits.

Nadhar bin Harits berkata pada Mus'ab bin Umair," Beri tahu kawanmu (Nabi Muhammad saw.) agar menganggapku sebagai tawanan perang!"

Mus'ab kemudian berkata padanya," Engkau telah menyiksa para sahabatnya."

Nadhar mencoba untuk mengingatkan Mus'ab akan fanatisme Quraisy sebelum Mus'ab masuk Islam.

Mus'ab lalu berkata, " Aku tidak sependapat denganmu. Islam menentang fanatisme."

Mus'ab tidak memikirkan apa pun kecuali agama Islam.

Perang Uhud

Kaum kafir Quraisy bersiap-siap untuk membalas dendam pada kaum Muslim. Setahun berlalu setelah Perang Badar. Kaum kafir mebentuk sebuah pasukan besar. Jumlah pasukan itu mencapai tiga ribu prajurit. Abu Sufyan memimpin pasukan tersebut.

Pasukan kaum kafir maju menuju Madinah.

Kaum Yahudi di Madinah merasa khawatir atas kemenangan kaum Muslim pada saat Perang Badar. Mereka penuh dengan rasa dengki. Ka'ab bin Ashraf, seorang Yahudi yang berasal dari bani Nadhir, pergi ke Makkah. Dia mendesak kaum kafir untuk membalas dendam pada kaum Muslim.

Abu Sufyan berkata pada Ka'ab,"Agama manakah yang lebih baik, agama Muhammad atau agamamu?"

Ka'ab berkata sambil tersenyum,"Bukan keduanya. Yang terbaik adalah agamamu!"

Maka kaum Yahudi pun berhasil membujuk kaum kafir. Karena itulah, pasukan kaum kafir berangkat menuju Madinah.

Menghadapi Kaum Kafir

Setelah beberapa kali pembicaraan di Masjid Nabi, Kaum Muslim setuju untuk menghadapi kaum kafir di dekat Bukit Uhud di luar Madinah. Nabi Muhammad saw. membentuk sebuah pasukan. Pasukan itu berjumlah tujuh ratus orang. Nabi Muhammad saw. memberikan benderanya pada sahabat yang berani Yaitu Mus'ab bin Umair.

Nabi Muhammad saw. memerintahkan lima puluh pemanah terbaik untuk tetap berada di Bukit Aianain. Tugas mereka adalah melindungi kaum Muslim dari serangan mendadak. Oleh karena itu, Nabi saw. memerintahkan mereka agar tidak meninggalkan tempat mereka apapun yang terjadi.

Beliau saw. berkata pada mereka," Lindungi kami dari belakang. Jangan tinggalkan tempat kalian apabila kalian melihat kami mengumpulkan barang rampasan perang atau pun apabila kami terbunuh."

Ketika pertempuran pertama dimulai, Kaum Muslim memperoleh kemenangan besar. Mereka mulai mengejar kaum kafir. Para pemanah di atas bukit lupa akan perintah Nabi saw. Mereka melihat saudara-saudara mereka mengumpulkan rampasan perang. Mereka menginginkannya juga, mereka pun meninggalkan tempat mereka.

Khalid bin Walid memimpin pasukan kaum kafir. Dia melancarkan serangan mendadak. Para pemanah di atas bukit tidak dapat menahan serangan mereka. Sehingga sebagian dari mereka terbunuh dan syahid. Serangan itu menyebabkan kaum Muslim berada dalam kekacauan.

Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabat seperti Ali bin Abi Thalib. Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Mus'ab bin Umair menghadapi serangan tersebut.

Mus'ab membawa bendera Muslim. Ia bertempur dengan gagah berani untuk melindungi Rasulullah saw.

Pasukan kafir menyerang Mus'ab dengan gencar untuk menjatuhkan bendera Islam. Mus'ab melawan dengan gigih. Namun, setelah memberikan perlawanan keras, Mus'ab pun jatuh ke tanah dan syahid.

Rasulullah saw. memerintahkam Imam Ali untuk mengangkat bendera Islam tinggi-tinggi. Pertempuran berlanjut. Lalu, Hamzah pun syahid. Beberapa sahabat terus bertempur dengan berani. Abu Dajana al Anshari dan Sahal bin Hunaif berada di antara mereka.

Rasulullah saw. terluka parah. Kaum kafir melancarkan serangan gencar untuk membunuh beliau saw. Rasulullah saw. berkata pada Imam Ali, "Lawan kaum kafir ini!"

Imam Ali bertempur dengan pedangnya,Dzulfikar. Ia tidak menggubris luka-lukanya. Malaikat Jibril turun dari langit. Dia berkata pada Rasulullah saw., "Wahai Muhammad, para malaikat di surga mengagumi ketahananmu."

Penarikan Mundur

Karena situasi bertambah kritis, Rasulullah saw. memutuskan untuk menarik mundur pasukan Islam agar mereka dapat beristirahat. Beliau saw. memanggil mereka," Aku adalah rasul Allah. Mendekat padaku!"

Rasulullah memimpin para sahabatnya menuju puncak Bukit Uhud.

Abu Sufyan berdiri di kaki bukit dan berkata," Sehari untuk sehari."

Lalu ia berkata," Hubal yang agung!"

Rasulullah saw. memerintahkan para sahabatnya untuk berkata: "Allah Lebih Agung!"

Abu Sufyan berkata," Kami memiliki pendukung, sedangkan kalian tidak!"

Rasulullah saw. berkata," Allah SWT adalah pendukung kami, kalianlah yang tidak memiliki pendukung!"

Pertempuran berakhir. Kaum Muslim mendapat pelajaran yang tak terlupakan dari pertempuran itu. Yakni untuk mematuhi Rasulullah saw. dalam keadaan apa pun.

Kaum Muslim kehilangan tujuh puluh pejuang. Kaum kafir kehilangan 28 prajurit.

Rasulullah saw. tiba di Madinah. Kaum Muslim gembira menyambut kedatangan beliau. Rasulullah menyampaikan rasa duka citanya pada Hamna binti Jahasy (istri Mus'ab) atas kesyahidan pamannya. 

Wanita itu berkata, " Kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"

Rasulullah saw. lalu menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan saudaranya, Abdullah. Wanita itu berkata," Kita milik Allah dan akan kembali pada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"


Rasulullah saw. kemudian menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan suaminya, Mus'ab. 

Wanita itu larut dalam tangis dan berkata,"Betapa menyedihkan!"

Ia terus mencucurkan air mata kepahitan. Rasulullah saw. tahu bahwa Hamna sangat mencintai suaminya yang pemberani itu.

Wanita Mukmin itu akhirnya pulang sambil menangis. Melihat hal itu, Rasulullah saw. berkata," Wanita itu mencintai suaminya lebih dari siapa pun."

Nama Mus'ab tertera di baris pertama lembaran jihad.

Kaum Muslim selalu mengenang pahlawan pemberani ini, yang menderita dalam perjuanganbagi Islam. [Dari Ragam Sumber]