Label

Rabu, 22 Juni 2016

Cinta Abadi Hannah dan Mikhail


Ketika aku berjalan kaki pulang ke rumah di suatu hari yang dingin, kakiku tersandung sebuah dompet yang tampaknya terjatuh tanpa sepengetahuan pemiliknya. Aku memungut dan melihat isi dompet itu kalau-kalau aku bisa menghubungi pemiliknya. Tetapi, dompet itu hanya berisi uang sejumlah tiga Dollar dan selembar surat kusut yang sepertinya sudah bertahun-tahun tersimpan di dalamnya. Satu-satunya yang tertera pada amplop surat itu adalah alamat si pengirim. Aku membuka isinya sambil berharap bisa menemukan petunjuk.

Lalu aku baca tahun “1924″. Ternyata surat itu ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang anggun di atas kertas biru lembut yang berhiaskan bunga-bunga kecil di sudut kirinya. Tertulis di sana, “Sayangku Mikhail”, yang menunjukkan kepada siapa surat itu ditulis yang ternyata bernama Mikhail. Penulis surat itu menyatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya lagi karena ibunya telah melarangnya. Tetapi, meski begitu ia masih tetap mencintainya. Surat itu ditandatangani oleh Hannah. Surat itu begitu indah.

Tetapi tetap saja aku tidak bisa menemukan siapa nama pemilik dompet itu. Mungkin bila aku menelepon bagian penerangan mereka bisa memberitahu nomor telepon alamat yang ada pada amplop itu. “Operator,” kataku pada bagian peneragan, “Saya mempunyai permintaan yang agak tidak biasa, sedang berusaha mencari tahu pemiliki dompet yang saya temukan di jalan. Barangkali anda bisa membantu saya memberikan nomor telepon atas alamat yang ada pada surat yang saya temukan dalam dompet tersebut?

Operator itu menyarankan agar aku berbicara dengan atasannya, yang tampaknya tidak begitu suka dengan pekerjaan tambahan ini. Kemudian ia berkata, “Kami mempunyai nomor telepon alamat tersebut, namun kami tidak bisa memberitahukannya pada Anda.” Demi kesopanan, katanya, ia akan menghubungi nomor tersebut, menjelaskan apa yang saya temukan dan menanyakan apakah mereka berkenan untuk berbicara denganku. Aku menunggu beberapa menit.

Tak berapa lama ia menghubungiku, katanya, “Ada orang yang ingin berbicara dengan Anda.” Lalu aku tanyakan pada wanita yang ada di ujung telepon sana, apakah ia mengetahui seseorang bernama Hannah. Ia menarik nafas, “Oh, kami membeli rumah ini dari keluarga yang memiliki anak perempuan bernama Hannah. Tapi, itu 30 tahun yang lalu!” “Apakah anda tahu dimana keluarga itu berada sekarang?” tanyaku. “Yang aku ingat, Hannah telah menitipkan ibunya di sebuah panti jompo beberapa tahun lalu,” kata wanita itu. “Mungkin, bila Anda menghubunginya mereka bisa mencaritahu di mana anak mereka, Hannah, berada.”

Lalu ia memberiku nama panti jompo tersebut. Ketika aku menelepon ke sana, mereka mengatakan bahwa wanita, ibu Hannah, yang aku maksud sudah lama meninggal dunia. Tapi mereka masih menyimpan nomor telepon rumah di mana anak wanita itu tinggal. Aku mengucapkan terima kasih dan menelepon nomor yang mereka berikan. Kemudian, di ujung telepon sana, seorang wanita mengatakan bahwa Hannah sekarang tinggal di sebuah panti jompo.

Semua ini tampaknya konyol,” kataku pada diriku sendiri. Mengapa pula aku mau repot-repot menemukan pemilik dompet yang hanya berisi tiga Dollar dan surat yang ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu? Tapi, bagaimana pun aku menelepon panti jompo tempat Hannah sekarang berada. Seorang pria yang menerima teleponku mengatakan, “Ya, Hannah memang tinggal bersama kami.” Meski waktu itu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku meminta agar bisa menemui Hannah. “Ok,” kata pria itu agak bersungut-sungut, “bila Anda mau, mungkin ia sekarang sedang menonton TV di ruang tengah.”

Aku mengucapkan terima kasih dan segera berkendara ke panti jompo tersebut. Gedung panti jompo itu sangat besar. Penjaga dan perawat yang berdinas malam menyambutku di pintu. Lalu, kami naik ke lantai tiga. Di ruang tengah, perawat itu memperkenalkan aku dengan Hannah. Ia tampak manis, rambut ubannya keperak-perakan, senyumnya hangat dan matanya bersinar-sinar. Aku menceritakan padanya mengenai dompet yang aku temukan. Aku pun menunjukkan padanya surat yang ditulisnya.

Ketika ia melihat amplop surat berwarna biru lembut dengan bunga-bunga kecil di sudut kiri, ia menarik nafas dalam-dalam dan berkata, “Anak muda, surat ini adalah hubunganku yang terakhir dengan Mikhail.” Matanya memandang jauh, merenung dalam-dalam. Katanya dengan lembut, “Aku amat mencintainya. Saat itu aku baru berusia 16 tahun, dan ibuku menganggap aku masih terlalu kecil. Oh, Ia sangat tampan. Ia seperti Sean Connery, si aktor itu.” “Ya,” lanjutnya. Mikhail Goldstein adalah pria yang luar biasa. “Bila kau bertemu dengannya, katakan bahwa aku selalu memikirkannya. Dan,…….

Ia ragu untuk melanjutkan, sambil menggigit bibir ia berkata,……katakan, aku masih mencintainya. Tahukah kau, anak muda,” katanya sambil tersenyum. Kini air matanya mengalir, “aku tidak pernah menikah selama ini. Aku pikir, tak ada seorang pun yang bisa menyamai Mikhail.” Aku berterima kasih pada Hannah dan mengucapkan selamat tinggal. Aku menuruni tangga ke lantai bawah. Ketika melangkah keluar pintu, penjaga di sana menyapa, “Apakah wanita tua itu bisa membantu Anda?” Aku sampaikan bahwa Hannah hanya memberikan sebuah petunjuk, “Aku hanya mendapatkan nama belakang pemilik dompet ini. Aku pikir, aku biarkan sajalah dompet ini untuk sejenak. Aku sudah menghabiskan hampir seluruh hariku untuk menemukan pemilik dompet ini.”

Aku keluarkan dompet itu, dompat kulit dengan benang merah disisi-sisinya. Ketika penjaga itu melihatnya, ia berseru, “Hei, tunggu dulu. Itu adalah dompet Pak Goldstein! Aku tahu persis dompet dengan benang merah terang itu. Ia selalu kehilangan dompet itu. Aku sendiri pernah menemukannya dompet itu tiga kali di dalam gedung ini.”

“Siapakah Pak Goldstein itu?” tanyaku. Tanganku mulai gemetar. “Ia adalah penghuni lama gedung ini. Ia tinggal di lantai delapan. Aku tahu pasti, itu adalah dompet Mike Goldstein. Ia pasti menjatuhkannya ketika sedang berjalan-jalan di luar.” Aku berterima kasih pada penjaga itu dan segera lari ke kantor perawat. Aku ceritakan pada perawat di sana apa yang telah dikatakan oleh si penjaga. Lalu, kami kembali ke tangga dan bergegas ke lantai delapan. Aku berharap Pak Goldstein masih belum tertidur. Ketika sampai di lantai delapan, perawat berkata, “Aku pikir ia masih berada di ruang tengah. Ia suka membaca di malam hari. Ia adalah Pak tua yang menyenangkan.”

Kami menuju ke satu-satunya ruangan yang lampunya masih menyala. Di sana duduklah seorang pria membaca buku. Perawat mendekati pria itu dan menanyakan apakah ia telah kehilangan dompet. Pak Goldstein memandang dengan terkejut. Ia lalu meraba saku belakangnya dan berkata, “Oh ya, dompetku hilang!” Perawat itu berkata, “Tuan muda yang baik ini telah menemukan sebuah dompet. Mungkin dompet Anda?” Aku menyerahkan dompet itu pada Pak Goldstein. Ia tersenyum gembira. Katanya, “Ya, ini dompetku! Pasti terjatuh tadi sore. Aku akan memberimu hadiah.” “Ah tak usah,” kataku. “Tapi aku harus menceritakan sesuatu pada Anda. Aku telah membaca surat yang ada di dalam dompet itu dengan harap aku mengetahui siapakah pemilik dompet ini.”

Senyumnya langsung menghilang. “Kamu membaca surat ini?” “Bukan hanya membaca, aku kira aku tahu dimana Hannah sekarang.” Wajahnya tiba-tiba pucat. “Hannah? Kau tahu dimana ia sekarang? Bagaimana kabarnya? Apakah ia masih secantik dulu? Katakan, katakan padaku,” ia memohon. “Ia baik-baik saja, dan masih tetap secantik seperti saat anda mengenalnya,” kataku lembut. Lelaki tua itu tersenyum dan meminta, “Maukah Anda mengatakan padaku dimana ia sekarang? Aku akan meneleponnya esok.” Ia menggenggam tanganku, “Tahukah kau anak muda, aku masih mencintainya. Aku belum pernah menikah, aku selalu mencintainya.”

Mike,” kataku, “Ayo ikuti aku.” Lalu kami menuruni tangga ke lantai tiga. Lorong-lorong gedung itu sudah gelap. Hanya satu atau dua lampu kecil menyala menerangi jalan kami menuju ruang tengah di mana Hannah masih duduk sendiri menonton TV. Perawat mendekatinya perlahan.

Hannah,” kata perawat itu lembut. Ia menunjuk ke arah Mikhail yang sedang berdiri di sampingku di pintu masuk. “Apakah Anda tahu pria ini?” Hannah membetulkan kacamatanya, melihat sejenak, dan terdiam tidak mengucapkan sepatah katapun. Mikhail berkata pelan, hampir-hampir berbisik, “Hannah, ini aku, Mikhail. Apakah kau masih ingat padaku?” Hannah gemetar, “Mikhail! Aku tak percaya. Mikhail! Kau! Mikhailku!” Mikhail berjalan perlahan ke arah Hannah. Mereka lalu berpelukan. Perawat dan aku meninggalkan mereka dengan air mata menitik di wajah kami. “Lihatlah,” kataku. “Lihatlah, bagaimana Tuhan berkehendak. Bila Ia berkehendak, maka jadilah.”

Sekitar tiga minggu kemudian, di kantor aku mendapat telepon dari rumah panti jompo itu. “Apakah Anda berkenan untuk hadir di sebuah pesta pernikahan di hari Minggu mendatang? Mikhail dan Hannah akan menikah!” Dan pernikahan itu, pernikahan yang indah. Semua orang di panti jompo itu mengenakan pakaian terbaik mereka untuk ikut merayakan pesta. Hannah mengenakan pakaian abu-abu terang dan tampak cantik. Sedangkan Mikhail mengenakan jas hitam dan berdiri tegak. Mereka menjadikan aku sebagai wali mereka. Rumah panti jompo memberi hadiah kamar bagi mereka.

Dan bila anda ingin melihat bagaimana sepasang pengantin berusia 76 dan 79 tahun bertingkah seperti anak remaja, Anda harus melihat pernikahan pasangan ini. Akhir yang sempurna dari sebuah hubungan cinta yang tak pernah padam selama 60 tahun.

Senin, 20 Juni 2016

Gerakan Ekologis Menanam


Sejak revolusi industri dan berlanjut dengan merebaknya budaya konsumsi serta produksi barang-barang kemasan yang telah menghasilkan residu (sampah) yang sangat besar, dunia (Bumi) tempat kita tinggal menjadi sangat jauh berbeda dan berubah. Perubahan lingkungan dan peningkatan residu (sampah) secara drastis di jaman kita saat ini, membuat dunia tempat kita tinggal menjadi sangat mengkhawatirkan.

Seperti yang telah kita ketahui, dunia mulai mengalami dampak buruk dari perubahan iklim global (akibat global warming). Kondisi cuaca ekstrim di sejumlah wilayah mulai menyadarkan banyak orang dan sejumlah pihak (kalangan) untuk lebih peduli dan memperhatikan lingkungan tempat mereka berada.

Kita tahu juga, gas karbondioksida merupakan bagian terbesar dari gas rumah kaca (green house gasses) yang menjadi penyebab utama perubahan iklim global di era kita sekarang ini. Gas CO2 ini dihasilkan dari pembakaran fosil, seperti minyak, gas bumi, dan batu bara.

Salah-satu cara untuk membantu mengurangi perubahan (kerusakan iklim) adalah dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil tersebut. Cara lainnya adalah menggalakan aksi dan tindakan menanam. Sebab, sudah menjadi hukum alam, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang menyerap gas CO2 dalam proses fotosintesis, berfungsi sebagai paru-paru dunia.

Salah-satu wujud menanam itu adalah menanam dengan menggunakan media-media barang-barang bekas (sampah) yang terbengkalai dan tak lagi digunakan. Sehingga ada dua manfaat ganda, mengurangi penyampahan sekaligus membantu menyehatkan lingkungan kita, selain jika tanaman yang kita tanam adalah tanaman untuk konsumsi, maka kita pun dapat memenuhi kebutuhan pangan kita. (Fotografi: Seni Pertanian Sulaiman Djaya. Fotografer: Manarul Khatami). 



Selasa, 14 Juni 2016

Vladimir Putin Melawan Zionis Rusia



Setelah Uni Soviet runtuh, kekuasaan Rusia jatuh kepada Boris Nikolayevich Yeltsin (Zionis Rusia) yang terpilih sebagai Presiden Rusia lewat pemilu langsung pertama dalam sejarah Rusia pada Agustus 1991. Yeltsin mencanangkan bahwa Rusia akan menjalankan reformasi ekonomi menuju mekanisme pasar secara liberal, termasuk program swastanisasi atas perusahaan-perusahaan negara yang merupakan sumber kekayaan ekonomi negara dan menghasilkan devisa bagi negara.

Perusahaan-perusahaan negara yang merupakan sumber kekayaan ekonomi negara dan menghasilkan devisa bagi negara berubah menjadi milik kelompok pebisnis, termasuk pebisnis yang dekat dengan Yeltsin. Pebisnis yang mendadak kaya raya mendadak tanpa usaha dan upaya yang besar tersebut dijuluki Oligarki. Yeltsin berinisiatif untuk merancang strateginya dengan berkiblat ke Barat. Yeltsin sendiri berusaha merangkul Amerika Serikat, mantan musuh Uni Soviet dalam Perang Dingin, untuk menjalankan demokrasi ala Barat. Pada 31 Desember 1999, Yeltsin mundur dari jabatannya dan mengumumkan pemilu dini yang diselenggarakan pada awal tahun 2000, dan pemenang dari pemilu tersebut adalah Vladimir Vladimirovich Putin.

Politik kekuasaan Vladimir Vladimirovich Putin telah menimbulkan suatu permasalahan baru di Kremlin, khususnya masalah untuk oligarki. Pada pertengahan September, Vladimir Putin mengumumkan rencana perombakan sistem politik di negaranya, dengan sentralisasi kekuasaan di Kremlin. Tentunya, Vladimir Putin tidak melakukan misinya ini sendiri. Tidak mungkin menjalankan suatu misi yang besar dan dapat dikatakan merubah sebagian besar kebudayaan yang telah tertanam di suatu tempat sendirian. Ia dibantu oleh orang-orang yang mendukung misinya tersebut, yang disebut dengan Siloviki (Istilah “Siloviki” (power man), yang berarti petugas dari kekuasaan dan lembaga hukum, baik yang aktif maupun mantan, mendapat sirkulasi yang luas di bawah Vadimir Putin.

Sebagian besar, anggota Siloviki memang berasa dari eks KGB (Комитет Государственной Безопасности), tetapi bukan berarti semua anggota Siloviki adalah eks KGB. Anggota Siloviki juga berasal dari kaum yang propasar, internasionalis, sipil, dan juga dari pebisnis dan para ekonom. Hanya saja ada satu syarat untuk menjadi anggota Siloviki, yaitu misi mereka harus demi “Rusia Besar." Langkah yang diambil oleh Vladimir Putin sangat ekstrim, karena pada saat itu oligarki menguasai sebagian besar perusahaan-perusahaan di Rusia.

Misalnya seperti yang telah dijelaskan di atas, secara mengejutkan Mikhail Khodorkovsky (Zionis Yahudi Rusia), orang terkaya di Rusia (menurut Forbes: 2004) dijebloskan ke dalam penjara atas tuduhan penipuan dan penggelapan pajak. Dengan penangkapan Khodorovsky, Vladimir Putin secara perlahan menempatkan siloviki di dalam pemerintahan Rusia. Setelah itu, siloviki mulai bekerja agar oligarki terhempas dari dalam pemerintahan Rusia, sehingga yang betugas di dalam pemerintahan hanya orang-orang yang pro Vladimir Putin.

Siloviki adalah orang-orang terdekat Vladimir Putin, yang sebagian besar adalah mantan anggota KGB dan juga sekelompok perwira intelejen yang memegang kekuasaan besar di dalam Kremlin. Orang yang sangat dipercaya oleh Putin seperti Igor Sechin, Sergei Ivanov, dan Nikolai Patrushev, yaitu siloviki yang memegang posisi teratas di dalam Kremlin dan departemen pemerintahan. Ketiganya mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan presiden dan satu sama lain.

Sebenarnya, sebelum menjadi Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin juga mempunyai kedekatan dengan oligarki. Tetapi, setelah menjadi Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin mulai menjauh dari oligarki dan mulai mencanangkan kebijakan-kebijakan yang menyudutkan oligarki. Hal ini terjadi karena Putin mengetahui bahwa oligarki adalah orang-orang yang hanya peduli terhadap dirinya sendiri, tanpa memikirkan kondisi negaranya.

DAFTAR-DAFTAR ZIONIS YAHUDI RUSSIA YANG SEMPAT BERKUASA DAN INGIN DITERJANG VLADIMIR PUTIN

ERA 1991 – 1999
Boris Yeltsin (Eltsin – Jew married to a Jew).
Naina Yeltsin – a Jew.
Adviser to the President on economic issues – Livshits – JEW. During all the time of Yeltsin’s rule (1991-1999) the majority of his advisers were Jewish.
Head of Presidential Administration Filatov, Chubais, Voloshin, the daughter of the President (a new position of the Jewish authorities), Tatyana Dyachenko (by Jewish law – Halacha, as the daughter of a Jewish – a Jew) .- All the Jews.

GOVERNMENT
All key ministers – JEWS
Economy Minister – Yasin – Jew
Zam. Minister of Economy – Urinson – Jew
The Minister of Finance – Panskov – Jew
Zam. Minister of Finance – Vavilov – Jew
Chairman of the Central Bank – Paramonov – Jew
Minister of Foreign Affairs – Kozyrev – Jew
Minister of Energy – Shafranik – Jew
Minister of Communications – Bulhak – Jew
Minister of Natural Resources – Danilov– Jew
Minister of Transport – Efimov – Jew
The Minister of Health – Nechayev – Jew
Minister for Science – Saltykov – Jew
Minister of Culture – Sidorov – Jew
mass media Chairman of the Media – Rodents – Jew

PRESS
“News” – Golembiovskiy – Jew
“Komsomolskaya Pravda” – Fronin – Jew
“Moskovsky Komsomolets” – Gusev (Drabkin) – Jew
“Arguments and Facts” – Starks – Jew
“Work” – Potapov – Jew
“Moscow News” – Karpinski – Jew
Kommersant” – Yakovlev (Ginsburg) – Jew
“New Look” – Dodolev – Jew
“Nezavisimaya Gazeta” – Tretyakov – Jew
“Evening Moscow” – Lisin – Jew
“Literary Newspaper” – Udaltsov – Jew
“Publicity” – Izyumov – Jew
“Interlocutor” – Kozlov – Jew
“Rural Life” – Kharlamov – a Jew
“Top Secret” – Borovik – Jew
Television and radio: TV and Radio, “Ostankino” – A. Yakovlev – a Jew
Russian TV and Radio Company – Poptsov – Jew

1996-1999 GG - “Seven bankers”. All Russian finance concentrated in the hands of the Jews. A country ruled by seven bankers (“seven bankers”):
Aven – Jew
Berezovsky – a Jew
Gusinsky – a Jew
Potanin (Potanin on different data)
Smolensk – Jew
Friedman – a Jew
Khodorkovsky – a Jew
Roman Abramovich

Oligarki yang disikat Putin dan siloviki: (Mantan CEO perusahaan “Yukos”) - Mikhail Khodorkovsky (kabarnya dia adalah orang no 2 di zionis internasional): Tahun 2003 dijebloskan ke dalam penjara atas tuduhan penipuan dan penggelapan pajak. Dibebaskan pada tahun 2013, seluruh harta kekayaannya disita alias dimiskinkan.  Vladimir Gusinsky di tahun 2001 melarikan diri ke Rusia. Di sana dia menghadapi tuntutan pencucian uang, lalu bersembunyi di Israel. Dia berkewarganegaraan ganda Rusia dan Israel.

Jumat, 10 Juni 2016

Imam Ali dan Biarawan



Diriwayatkan ketika Imam Ali bin Abi Thalib berada dalam perjalanan menuju Perang Shiffin, yaitu ketika pasukan yang bersamanya saat itu benar-benar kelelahan, dan lalu singgah di sebuah biara kuno. Salah seorang prajurit berkata kepada Imam Ali, "Ya Amirul Mukminin, kami berada dalam kehausan, apa yang harus kami lakukan?"

Imam Ali berkata, "Mintalah air yang suci pada biarawan di sini". Ketika diminta, biarawan itu berkata bahwa tidak ada air lagi sampai beberapa hari kedepan, karena biara ini selalu mendapat kiriman air dari daerah lain pada saat tertentu.

Imam Ali yang mendengar hal itu berkata, "Tunggu sebentar", ia lantas berjalan mengelilingi biara itu sambil tangannya merabah udara di atas tanah, seketika ia berhenti dan memerintahkan orang untuk menggalinya sedalam 8 cubit (1 cubit = 18 inchi), ketika digali terdapat batu yang sangat besar dan tidak dapat dihancurkan, maka Imam Ali mendekati batu itu dan mengangkatnya sendirian.

Para prajurit terperangah melihat kemampuan beliau itu. Setelah batu itu diangkat ternyata di bawahnya terdapat mata air yang berada dalam sumur yang sangat jernih airnya, maka Imam Ali bin Abi Thalib pun mundur dan mempersilahkan pasukannya minum terlebih dahulu, dan beliau kembali ke atas kudanya.

Biarawan yang melihat kejadian itu langsung berlari menghampiri rombongan pasukan Imam Ali dan bertanya, "Apakah ada Nabi atau Washi (wali) dari Nabi yang memimpin kalian?" Maka mereka (pasukan Imam Ali) menjawab, "Pemimpin kami adalah Washinya Nabi Muhammad, ia sedang duduk di atas kudanya". Biarawan itu bertanya, "Siapa namanya?" Mereka (pasukan Imam Ali) menjawab, "Ali, Ali bin Abi Thalib". Lalu biarawan itu berkata "Ali? Ilya, Ilya dalam Bahasa Qibtiya". Dia langsung berlari menghampiri Imam Ali dan berkata, "Wahai tuan, apakah Anda Nabi atau washinya Nabi?" Lalu Imam Ali menjawab, "Aku adalah Washinya Nabi".

Imam Ali pun turun dari kudanya dan bertanya, "Ada apa?" Biarawan itu memberikan sebuah prasasti dan berkata, "Telah diceritakan oleh salah satu keturunan dari murid Yesus, Simon. Dia menuliskan di dalam prasasti ini bahwa tidak akan ada yang mampu menemukan mata air dan sumur ini melainkan seorang Nabi atau Washi". Biarawan itu kemudian bersaksi dan berkata, “Aku bersaksi tidak Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah!

Mendengar itu Imam Ali pun tersenyum dan mengambil batu prasasti itu seraya melakukan sujud di atasnya. Kemudian biarawan itu bertanya, "Hendak kemana Anda wahai tuanku?", Imam Ali berkata, "Kami akan menuju peperangan melawan Muawiyyah".

Biarawan itu berkata, "Umayyah.....sungguh tuanku, ijinkan-lah aku ikut bersama Anda". Imam Ali terdiam beberapa saat dan tersenyum, lalu berkata kepada biarawan itu, "Wahai saudaraku, maukah engkau kuberikan satu kabar gembira setelah berita ke-Islamanmu ini?" Biarawan itu menjawab, "Tentu tuanku!" Imam Ali berkata, "Engkau adalah orang pertama yang akan syahid di perang ini, dan akulah orang yang akan mendirikan shalat di atas jenazahmu yang suci". Mendengar hal itu, sang biarawan pun tersenyum dan berkata, "Sungguh sebuah nikmat yang luar biasa".