Label

Sabtu, 28 November 2015

Russian Beauty

Orthodox Christian pilgrim in the Church of the Holy Sepulchre in Jerusalem's Old City on Saturday. 
Russian Orthodox Christian Pilgrims in Jerusalem. 
Russian Woman in a Russian Orthodox Church.

Jumat, 20 November 2015

Iran Female Basij


Revolutionary leader Ayatollah Ruholla Khomeini issued a decree founding the Basij as “a large people’s militia”, in November 1979. He is reported to have stated that “a country with 20 million youths must have 20 million riflemen or a military with 20 million soldiers; such a country will never be destroyed.”  At least originally the Basij was open to those below the age of 18 and above the age of 45, and all women.

During the Iran-Iraq War tens of thousands of young Basij were killed on the battlefield. Believing that they were holy martyrs and chanting songs about the Battle of Karaba, in which the Imam Hussein, died a heroic death, the basij cleared minefields as “human waves” so that more experienced soldiers could advance against the enemy. The Basij reportedly marched into battle marking their expected entry to heaven by wearing plastic “keys to paradise” around their necks similar to soldier’s dog tags. By the spring of 1983 the Basij had trained 2.4 million Iranians in the use of arms and sent 450,000 to the front.

The Basij also Basij-e Mostaz’afin, literally “Mobilization of the Oppressed”; officially Nirou-ye Moqavemat-e Basij, literally “Mobilisation Resistance Force”)  is a paramilitary volunteer militia founded by the order of the Ayatollah Khomeini in November 1979. The Basij are  subordinate to, and receive their orders from, the Iranian RevolutionaryIranian Revolutionary Guards and current Supreme Leader Ayatollah Khamenei. However they have also been described as “a loosely allied group of organizations” including “many groups controlled by local clerics.”

Consisting of young Iranians who volunteer to join this force, often in exchange for official benefits, the Basij are most notable for their loyalty to the supreme leader Khamenei. Currently Basij serve as an auxiliary force engaged in activities such as internal security as well as law enforcement auxiliary, the providing of social service, organizing of public religious ceremonies, and more famously morals policing and the suppression of didissident gatherings.  They have a local organization in almost every city in Iran. They have a record of involvement in many cases of human rights abuses.

Minggu, 15 November 2015

Perang Sebagai Bisnis

Oleh Sulaiman Djaya (Sumber: Banten Raya, 29 Agustus 2014)

“Bagi Amerika, sejak dulu dan hingga saat ini, tak ada fundamentalisme atau terorisme, yang ada adalah kebutuhan bahan-bakar. Mereka (Amerika) memang tidak bernegosiasi dengan para teroris, karena mereka lah yang membiayai dan menciptakan fron-fron terorisme”

Dalam prakata (pengantar) Knowledge of Language, Noam Chomsky bertanya bagaimana bisa orang hanya sedikit tahu tentang struktur dan fungsi masyarakat mereka sendiri, padahal begitu banyak fakta yang tersebar. Dia menyebut hal ini sebagai “Masalah Orwell (Orwell’s Problem)” dan mendefinisikannya sebagai “kemampuan sistem totalitarian untuk menanamkan pengaruhnya yang kemudian diterimanya secara luas, meski tidak punya dasar sama sekali yang divariasikan dengan hanya menyodorkan fakta gamblang tentang dunia di sekitar kita.”

George Orwell adalah nama pena dari Eric Arthur Blair, yang lahir pada tahun 1903 di Motohari, India, anak seorang Menteri Kolonial Inggris. Orwell menciptakan suatu kerangka untuk menganalisa propaganda politik dan kontrol pikiran yang kemudian menjadi bagian dari dongeng modern.

Sayangnya, para pembuat propaganda barangkali lebih mendalami analisis Orwell daripada mereka yang menjadi target pencucian otak atau indoktrinasi. Buku Orwell yang berjudul Homage To Catalonia (1938) ditulis dari pengalamannya sendiri ketika ia masih bergabung dengan kaum loyalis Spanyol dan mengalami luka berat ketika terjadi perang saudara di Spanyol.

George Orwell sempat menyaksikan hari-hari awal fasisme ketika diterapkan di Spanyol di bawah pimpinan diktator Franco. Karakteristik Fasisme yang kemudian dikenal luas meliputi: kontrol privat atas kekayaan dan sumber daya secara terpusat, kontrol atas informasi, investasi besar-besaran di bidang peralatan tempur, penindasan gerakan serikat buruh dan gerakan demokratis populer, agresi militer yang memperluas wilayah, dan lain sebagainya.

Fasisme adalah hasil pengembangan secara alamiah dari sistem monarki. Keturunan kaum aristokrat pada zaman industrilah yang mengembangkannya ketika mereka menyadari bahwa dengan memproduksi dan menjual alat-alat perang akan dapat diraup keuntungan yang luar biasa besarnya.

Novel populer George Orwell, 1984 (yang diterbitkan tahun 1949), melukiskan suatu dunia di mana ada tiga superpower utama yang terus berusaha mempertahankan adanya perang, yang secara periodik menggantikan musuh-musuhnya.

Perang amat penting bagi negara, untuk menjalankan roda perekonomian mereka dan struktur kontrolnya. Banyak konsep dan ekspresi dari buku 1984 (umpamanya, thought crime dan thought police) menjadi pembicaraan kita sehari-hari. Kementerian kebenaran (MI-nistry of truth) adalah tempat di mana Winston, pahlawan dalam buku 1984, bekerja “membersihkan” laporan-laporan berita dan mengubah opini publik setiap hari demi kepentingan penguasa. Newspeak adalah nama untuk bahasa yang digunakan pemerintah untuk menyembunyikan apa yang dilakukannya. Menggunakan teknik-teknik semacam penyederhanaan kata, eufemisme, penggambaran yang sengaja dikelirukan, penyingkatan, pengaburan makna, dan pemutar-balikan arti.

Newspeak membuat bahasa menjadi begitu tak bermakna sehingga tidak layak untuk dipakai berkomunikasi – atau bahkan untuk memahami – aktivitas negara. “Tidakkah kau tahu bahwa tujuan utama dari Newspeak adalah untuk memicikkan pikiran? Pada akhirnya kita tidak akan pernah mampu melakukan Thoughtcrime karena tidak ada kata-kata untuk mengekspresikanya…setiap tahun….tentang kesadaran (akan bertubuh)…semakin kerdil…” dari 1984, George Owell. Doublethink dan doublespeak mengacu kepada pemakaiaan kata-kata untuk maksud sebaliknya. Suatu taktik yang digunakan pemerintah untuk mengaburkan makna sebenarnya atas apa yang mereka lakukan. Contoh, kata “Demi Perdamaian” akan mereka gunakan untuk sebagai kata ganti invasi.

Esai Orwell yang ditulis pada tahun 1946 “Politics and the English Language” adalah analisis yang bagus mengenai bagaimana korupsi bahasa berkaitan dengan kontrol politik. Dalam esainya yang menjelaskan bagaimana bahasa dapat di gunakan untuk memanipulasi atau menyesatkan. “Pada saat ini, pidato dan tulisan politik sebagian besar hanyalah mempertahankan sesuatu yang tidak dapat di pertahankan,” ujarnya, terdengar seperti apa yang di katakan Chomsky di kemudian hari. ”Daerah-daerah yang tidak punya pertahanan di-bombardir lewat udara, penduduk terpaksa harus mengungsi keluar kota, binatang ternak dibantai, rumah-rumah di bakar: inilah yang di sebut perdamaiaan (ala kekuatan invasif dan imperialis seperti Amerika, Israel, dan para sekutunya saat ini). Jutaan petani diusir dari perternakan mereka sehingga mereka dengan susah-payah menyusuri jalan dengan bawaan ala kadarnya: inilah yang disebut pemindahan penduduk atau pengaturan ulang daerah perbatasan (pemetaan).”

Orang-orang dipenjara selama bertahun-tahun tanpa menjalani proses pengadilan, atau ditembak dari belakang atau dikirim ke kamp Arctic Kutub Utara agar mati kekurangan gizi: inilah yang disebut pembersihan unsur-unsur yang lemah (alias genosida atas nama demokrasi, padahal motifnya adalah sumber daya dan ekonomi, semisal perebutan minyak).

Penyusunan kata-kata seperti itu dibutuhkan bila seseorang ingin menyebut sesuatu tanpa menyertakan gambaran mental dari hal tersebut. Contoh, pikirkan jika saja beberapa professor Inggris yang mapan membela totalitarianisme Rusia. Dia tidak dapat mengatakan secara utuh, kita akan yakin bahwa bila dengan membunuh lawan, kamu dapat menggapai tujuanmu, maka kamu akan melakukannya. Maka dari itu, dia akan berkata kira-kira seperti ini:

“Manakala ada suara yang menyatakan bahwa rejim Uni Soviet menunjukkan hal-hal tertentu yang cenderung disesalkan kaum humanitarian, kita harus setuju bahwa adanya batasan-batasan tertentu atas hak untuk melakukan penentangan politik takkan bisa dihindari seiring dengan masih berlangsungnya periode transisi. Karenanya, kekerasan yang diderita oleh rakyat Rusia cukup bisa dibenarkan dalam lingkup pencapaiaan konkrit.”

“Ketika ada kesenjangan antara kenyataan yang dialami seseorang dengan tujuan seseorang yang dinyatakan dengan sendirinya akan membutuhkan banyak kata untuk menjelaskan”.


Bagi Amerika, sejak dulu dan hingga saat ini, tak ada fundamentalisme atau terorisme, yang ada adalah kebutuhan bahan-bakar. Mereka (Amerika) memang tidak bernegosiasi dengan para teroris, karena mereka lah yang membiayai dan menciptakan fron-fron terorisme. 


Selasa, 03 November 2015

Dari Sains, Teologi hingga Fikih dalam Riwayat Syi’ah



Suatu hari Syubrumah dan Abu Hanifah menjumpai Imam Ja’far as Shadiq ‘alayhis-salam. Imam Ja’far as Shadiq as bertanya kepada Syubrumah: “Siapakah yang bersamamu ini?” Syubrumah menjawab: “Seseorang yang mempunyai visi dan memberikan pengaruh dalam masalah agama”. Imam Ja’far berkata: “Diakah yang telah mengiaskan masalah agama berdasarkan pendapat sendiri itu?”. Syubrumah menjawab: ”Ya”. Imam Ja’far menoleh ke arah Abu Hanifah kemudian bertanya: “Siapa namamu?”. Abu Hanifah menjawab: “Nu’man”.

Imam Ja’far bertanya: “Wahai Nu’man, apakah kamu mengiaskan kepalamu?”. Abu Hanifah menjawab: “Bagaimana aku mengiaskan kepalaku?”. Imam Ja’far berkata: “Aku tidak melihatmu melakukan sesuatu yang baik. Apakah kamu mengetahui kadar garam yang terkandung di kedua mata, kadar pahit yang ada dalam kedua telinga, kadar dingin dalam lubang hidung dan kadar manis di antara dua bibir?”.

Abu Hanifah menyatakan kekagumannya dan ketidaktahuannya. Imam bertanya lagi: “Apakah kamu tahu kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya adalah iman?”. Abu Hanifah menjawab: “Tidak”. Kemudian Abu Hanifah memohon kepada Imam Ja’far agar menjelaskan kepadanya makna ungkapan beliau.

Imam Ja’far berkata: “Ayahku memberitahuku dari kakekku Rasulullah saw, beliau bersabda ‘Sesungguhnya Allah dengan keutamaan dan kebaikannya telah menciptakan kadar garam dalam kedua mata anak-anak Adam untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalamnya. Menciptakannya kadar pahit pada kedua telinga sebagai tameng dari binatang. Jika binatang masuk ke dalam kepala melalui telinga dan mengarah ke otak, maka karena rasa pahit itu dia akan keluar. Allah menciptakan kadar dingin dalam kedua lubang hidung agar udara dapat dihirup oleh keduanya. Seandainya tidak demikian otak akan membusuk. Allah menciptakan kadar manis di antara dua bibir agar dapat merasakan lezatnya makanan”.

Abu Hanifah memandang Imam Ja’far sambil bertanya: “Beritahu aku tentang kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya iman”. Imam Ja’far menjelaskan: “Sesungguhnya seorang hamba jika mengatakan ‘tidak ada Tuhan’ maka dia kafir. Jika dia melanjutkan dengan kalimat ‘selain Allah’ maka itu adalah iman”.


Imam Ja’far kemudian mendekati Abu Hanifah dan berkata: “Wahai Nu’man, ayahku (Imam Muhammad al Baqir as bin Imam Ali Zainal Abidin as Sajjad as bin Imam Husain as bin Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah) memberitahuku dari kakekku Rasulullah Saw bersabda, Pertama kali yang melakukan kias dalam masalah agama dengan pendapatnya sendiri adalah Iblis. Allah berfirman kepadanya, Sujudlah kamu kepada Adam lalu dia berkata ‘Aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya dari tanah’.