Label

Jumat, 22 April 2016

Kisah dari Puing-Puing Air Asia


Selasa 30 Desember 2014 pukul 10.00 pagi, setelah pencarian selama dua hari serpihan pesawat dan beberapa jasad penumpang Air Asia yang hilang akhirnya ditemukan. Sontak kabar tersebut mengagetkan keluarga korban dan masyarakat Indonesia yang pada akhir tahun harus kembali berduka karena tragedi.

Dibalik penemuan tersebut sebenarnya terselip lagi kisah kehebatan Denjaka (Detasemen Jala Mangkara), satuan khusus paling misterius dan disegani di dunia Internasional terutama setelah mereka merajai RIMPAC di Hawaii USA.

Senin pagi, setelah 24 jam pesawat hilang dan pencarian tak kunjung membuahkan hasil, Wakasal meminta izin panglima TNI lewat Kasal untuk menerjunkan Denjaka dalam operasi pencarian ini. Pertimbangan Wakasal ini juga didasari bahwa pencarian lewat udara hanya dimungkinkan ketika matahari ada, sedangkan pada malam hari harus dihentikan.

Tugas Denjaka kali ini terbilang berat karena mereka diperintahkan melakukan “Rubber Duck Operation”, yakni operasi berisiko tinggi yang sering dilakukan oleh anggota Pasukan Intai Ampibi Korps Marinir. Operasi itu diawali dengan menerjunkan perahu karet (rubber) dari udara yang dikaitkan pada parasut selanjutnya para peterjun dengan teknik free fall menyusul mengejar arah jatuhnya perahu karet.

Sebelum Rubber diluncurkan dari pesawat, terlebih dahulu diperhitungkan faktor ketinggian, arah, dan kecepatan angin agar proses penerjunan berlangsung sempurna dan pendaratan tertuju pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya. Total personel yang dilibatkan ada 53 personel. 50 personel di lapangan dan 3 personel memantau komando dari darat, laut dan udara.

Pasukan ini didesain untuk bertugas selama tiga hari, sesuai perbekalan yang disiapkan dan bisa diperpanjang 1 hari bila bekal habis. Setelah di laut mereka akan melakukan Duck Operation, 1 personel akan siaga di atas perahu karet dan memantau posisi rekanya, sedang yang lainya akan berenang menyisir lokasi operasi yang ditunjukkan Basarnas.

Saat matahari terbenam, saat tim udara berhenti melakukan penyisiran, saat itulah tim dari Denjaka bekerja. Mereka selesai diterjunkan di laut pada pukul 15.00 hari Senin. Basarnas telah menginstruksikan agar di hari kedua ini operasi dilakukan 24jam tanpa dihadang lagi alasan malam hari. Di tengah gelap malam, Tim Denjaka inilah gugus depan Basarnas yang terus bekerja.

Kurang dari 24 jam bekerja, tim Denjaka membuahkan hasil. Pukul 07.00 pagi salah satu personel mengirimkan koordinat GPS dan melaporkan temuan jasad dan beberapa puing yang mengapung yang diduga korban Air Asia. Laporan diterima, Basarnas segera menyiapkan pesawat CN295 untuk mengkonfirmasi temuan tersebut.

Setelah cuaca mendukung, Helikopter menyusul terbang ke lokasi dari Pangkalan Bun. Setelah itu, TNI AU kembali menerbangkan dua pesawat yakni, Hercules C-130 dan Hercules A-1318 menuju lokasi temuan pertama pada pukul 11.15.

Pukul 12.45 KRI Bung Tomo tiba di lokasi untuk melakukan evakuasi korban dan menjemput tim Denjaka. Operasi berhasil dan semua tim pulang dengan selamat setelah 18 jam menjadi bebek di laut (Duck Operation). Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=835166566542019&id=720983154627028&substory_index=0

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar