Label

Selasa, 03 November 2015

Dari Sains, Teologi hingga Fikih dalam Riwayat Syi’ah



Suatu hari Syubrumah dan Abu Hanifah menjumpai Imam Ja’far as Shadiq ‘alayhis-salam. Imam Ja’far as Shadiq as bertanya kepada Syubrumah: “Siapakah yang bersamamu ini?” Syubrumah menjawab: “Seseorang yang mempunyai visi dan memberikan pengaruh dalam masalah agama”. Imam Ja’far berkata: “Diakah yang telah mengiaskan masalah agama berdasarkan pendapat sendiri itu?”. Syubrumah menjawab: ”Ya”. Imam Ja’far menoleh ke arah Abu Hanifah kemudian bertanya: “Siapa namamu?”. Abu Hanifah menjawab: “Nu’man”.

Imam Ja’far bertanya: “Wahai Nu’man, apakah kamu mengiaskan kepalamu?”. Abu Hanifah menjawab: “Bagaimana aku mengiaskan kepalaku?”. Imam Ja’far berkata: “Aku tidak melihatmu melakukan sesuatu yang baik. Apakah kamu mengetahui kadar garam yang terkandung di kedua mata, kadar pahit yang ada dalam kedua telinga, kadar dingin dalam lubang hidung dan kadar manis di antara dua bibir?”.

Abu Hanifah menyatakan kekagumannya dan ketidaktahuannya. Imam bertanya lagi: “Apakah kamu tahu kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya adalah iman?”. Abu Hanifah menjawab: “Tidak”. Kemudian Abu Hanifah memohon kepada Imam Ja’far agar menjelaskan kepadanya makna ungkapan beliau.

Imam Ja’far berkata: “Ayahku memberitahuku dari kakekku Rasulullah saw, beliau bersabda ‘Sesungguhnya Allah dengan keutamaan dan kebaikannya telah menciptakan kadar garam dalam kedua mata anak-anak Adam untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalamnya. Menciptakannya kadar pahit pada kedua telinga sebagai tameng dari binatang. Jika binatang masuk ke dalam kepala melalui telinga dan mengarah ke otak, maka karena rasa pahit itu dia akan keluar. Allah menciptakan kadar dingin dalam kedua lubang hidung agar udara dapat dihirup oleh keduanya. Seandainya tidak demikian otak akan membusuk. Allah menciptakan kadar manis di antara dua bibir agar dapat merasakan lezatnya makanan”.

Abu Hanifah memandang Imam Ja’far sambil bertanya: “Beritahu aku tentang kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya iman”. Imam Ja’far menjelaskan: “Sesungguhnya seorang hamba jika mengatakan ‘tidak ada Tuhan’ maka dia kafir. Jika dia melanjutkan dengan kalimat ‘selain Allah’ maka itu adalah iman”.


Imam Ja’far kemudian mendekati Abu Hanifah dan berkata: “Wahai Nu’man, ayahku (Imam Muhammad al Baqir as bin Imam Ali Zainal Abidin as Sajjad as bin Imam Husain as bin Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah) memberitahuku dari kakekku Rasulullah Saw bersabda, Pertama kali yang melakukan kias dalam masalah agama dengan pendapatnya sendiri adalah Iblis. Allah berfirman kepadanya, Sujudlah kamu kepada Adam lalu dia berkata ‘Aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya dari tanah’. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar