Label

Minggu, 27 April 2014

Jalan Soekarno di Maroko



Ketika melintasi jalan Mohammad V, tepat didepan bank Magrib, disamping pos Magrib ada palang yang tertuliskan Avenue Soukarno atau jalan Soekarno.


Bagi para mahasiswa, maupun orang Indonesia yang berkunjung ke Maroko palang itu merupakan kebanggaan tersendiri. Betapa tidak nama presiden pertama Indonesia diresmikan sebagai nama jalan yang ada di jantung ibu kota Maroko

Nama Soekarno diabadikan sebagai salah satu nama jalan sebagai penghormatan atas jasa Soekarno saat menggalang kekuatan negara–negara dunia ketiga dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, Jawa Barat.

Nama Jalan Soekarno sendiri diresmikan pada tahun 1960 oleh Raja Mohammed V (saat ini Raja Mohammed VI) dan dihadiri langsung oleh Soekarno yang saat itu sebagai Presiden RI. Sebelum berubah menjadi Rue Soukarno, nama jalannya adalah Al Rais Ahmed Soekarno.

Dukungan Indonesia mendorong Maroko aktif dalam Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung. Setahun setelah itu, tepatnya tanggal 2 Maret 1956, Maroko meraih kemerdekaannya. Hari itu juga hubungan diplomatik antara dua negara ini terjalin, yang ditandai dengan dibukanya Kantor Kedutaan Besar RI di Rabat.

Pada tanggal 2 Mei 1960 Presiden pertama Indonesia mengadakan kunjungan ke Maroko, sebagai bentuk dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Maroko dari jajahan Francis. Beliau mendapat sambutan hangat dari Raja Mohammed V dan rakyat Maroko.

Presiden Soekarno dianggap tokoh yang berperan dalam kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika, Indonesia merupakan Negara pertama yang mengakui kedaulatan Negara Maroko. Sebagai apresiasi dari raja Mohammad V, nama presiden Soekarno diabadikan sebagai nama jalan besar yang berada di jantung ibu kota ini.

Ketika raja Mohammad V memberikan tawaran kepada Ir Soekarno dengan berbagai macam hadiah sebagai ucapan rasa trimakasih, beliau menolaknya. 

Ir Soekarno hanya meminta agar rakyatnya boleh masuk ke Maroko seperti rumah sendiri. Hingga saat ini pemerintah Maroko memberikan On Arrival Visa kepada WNI yang datang ke Maroko

sehingga pemegang paspor Indonesia yang berkunjung ke maroko tidak membutuhkan visa untuk kunjungan ke Maroko sampai 90 hari

Maroko merupakan negeri berbasis Arab dengan peradaban style versi Eropa. Menurut Musthafa Abdul Rahman, potret itu adalah keberhasilan sistem monarki di Maroko yang telah menjadikan Islam dan modernitas berjalan seiring. 

Islam dan kemodernan berpadu harmonis dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hal ini hampir sama dengan kondisi yang ada di Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbanyak di dunia, namun tetap berjalan seiring kemodernitasan Zaman.

Bahkan Wakil Menteri Luar Negeri Maroko, Latifa Akherbach, pernah menyampaikan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dapat dijadihkan contoh sebagai negara yang mampu memadukan antara nilai Islam, demokrasi dan modernisasi, sehingga Maroko menilai Indonesia merupakan negara penting untuk menjalin kerja sama dalam menghadapi tantangan dan krisis global.

Semoga akan ada lagi tokoh besar Indonesia yang namanya bisa sampai diabadikan karena jasanya bagi kemajuan bangsa-bangsa yang ada di dunia seperti Soekarno

KESIMPULAN: BANGSA MAROKO SAJA KAGUM DAN HORMAT KEPADA BUNG KARNO SEHINGGA NAMANYA DIABADIKAN SEBAGAI NAMA SEBUAH JALAN DI NEGARANYA MAKA KITA SEBAGAI BANGSA INDONESIA HARUS LEBIH KAGUM DAN HORMAT KEPADA BUNG KARNO MELEBIHI RASA KAGUM DAN HORMAT BANGSA MAROKO KEPADA BUNG KARNO 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar