Label

Sabtu, 04 Oktober 2014

Menyoal Filsafat Detektif Kierkegaard


Ketika seseorang memaksa kita memilih di antara dua alternatif sedangkan sebenarnya ada lebih dari dua alternatif, dia melakukan kekeliruan Ya atau Tidak.

Contoh A

Patrick Henry: “Berikan aku kebebasan atau aku mati!”
Wartawan berita: “Tidakkah itu terlalu ekstrim menurut anda?”
Henry: “Apa? Terlalu berlebihan kalau aku menyerahkan hidupku kepada negaraku?”
Wartawan: “Bukan, anda berteriak di telingaku.”
Henry: “Nenek moyangmu mengorbankan hidup, harta, dan kehormatan mereka demi membawa kebebasan kepada anak-cucu mereka. Kebebasan yang anda nikmati saat ini! Anda memintaku mengurangi volume suaraku? Tidakkah kau malu?”
Wartawan: “Yaa.. mungkin anda benar, tetapi bagaimana dengan ultimatum anda? Tidakkah ada opsi lain?”
Henry: “Opsi! Kita dari koloni akan dibelenggu kaki tangan oleh Raja George yang kejam dan anda ingin aku memberi anda opsi! Ku katakan pada anda tidak ada pilihan untuk kita hari ini kecuali berjuang untuk kebebasan atau mati sebagai budak!”
Wartawan: “Bung, aku punya beberapa pilihan. Bagaimana kalau pindah ke Tahiti?”
Henry: “Berikan aku kebebasan atau berikan aku Tahiti….. tapi aku pikir itu tidak akan sesuai dengan Jenderal Washington!”

Jelas bahwa argumen asli Patrick Henry berbeda daripada yang terakhir. Namun kalau kita perhatikan penyataan Henry “berikan aku kebebasan atau aku mati” adalah dilema yang dibuat-buat antara dua pilihan.

Saat seseorag mencoba untuk menggunakan kekeliruan ini, biasanya salah satu opsinya konyol sehingga yang mendengar terpaksa memilih opsi yang satunya. Kekeliruan ini menjadi jelas saat kita menyadari bahwa ada lebih dari dua pilihan.

Contoh B

Johnny: “Ayah harus belajar logika berasamaku atau aku tidak melakukannya!”
Ayah: “Kekeliruan ini disebut apa?”

Johnny sebenarnya tidak berusaha membuktikan apapun kepada ayahnya; dia hanya tidak mau belajar mata pelajaran lain. Jadi Johnny telah mengemukakan dilema yang salah. Tetapi ayahnya memecahkan masalah ini dengan menawarkan alternatif ketiga:

Ayah: “Ada pilihan lain: kamu belajar logika atau kamu dihukum selama satu bulan. Kira-kira itu pilihan lainnya.”

Contoh C

Ibu Mertua: “Maria sayang, kau tidak akan menyekolahkan Johnny di sekolah negeri sehingga mereka tumbuh sebagai anak lunak yang tidak berpendirian, khan?”
Anak mantu: “Tidak”
Ibu Mertua: “Bagus. Kalau begitu jangan berbicara yang buruk tentang Institut Nona Cecilia. Aku akan mengabaikan komentarmu tentang pengalaman anakku dengan guru-guru tersayang di sana. Aku yakin dia sudah agak lupa pengalamannya di sana. Dia tidak selalu anak yang baik waktu itu.”
Anak Mantu: “Kata Jim, mereka makan sedikit…”
Ibu Mertua: “Tolong hentikan semua itu. Tiga generasi keluarga DeMedichi mendapat pendidikan terbaik di lembaga itu. Kita tidak akan merubah itu bukan? Jadi semuanya sudah beres!”
Anak Mantu: “Kita tidak akan menyekolahkannya di sana.”
Ibu Mertua: “Namun kalau kita setuju bahwa sekolah pemerintah bukan tempat yang baik bagi anak-anak di keluarga ini, maka pendidikan di Institut Nona Cecilia adalah satu-satunya pilihan di kota ini. Kamu tidak akan pindah dari kota ini, bukan?”
Anak Mantu: “Tidak. Kami akan menyediakan pendidikan rumah untuknya.”
Ibu Mertua: “Kamu mau melakukan apa? Aku kaget mendengarnya. Tolong bantu aku ke sofa…”

Saat seseorang sangat berkomitmen terhadap satu pandangan tertentu dia seringkali mengabaikan atau menekan pilihan lain yang mungkin.

Contoh D

Dokter berkata kepada wanita yang sangat terpukul: “Menurutku hanya ada dua pilihan, suamimu akan selamat dalam operasi ini atau tidak selamat. Tidak ada pilihan lain.” Dalam kasus terakhir ini memang hanya ada dua kemungkinan dan ini bukan kekeliruan “Ya atau tidak” [Diterjemahkan Ma Kuru dari Buku The Fallacy Detective]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar