Label

Rabu, 30 Juli 2014

Mutiara Hadits Ahlulbait


Imam Ali bin Abi Thalib As:

Janganlah engkau mencari kehidupan hanya sekedar untuk makan.  Akan tetapi carilah makan agar engkau dapat hidup.

Sesuatu yang paling merata manfaatnya adalah kematian orang-orang jahat.

Janganlah engkau mengecam Iblis secara terang-terangan, padahal engkau adalah temannya dalam kesunyian.

Akal seorang penulis itu terletak pada pena-nya.

Kawan sejati adalah belahan ruh, sedangkan saudara adalah belahan badan.

Janganlah engkau mengucapkan sesuatu yang engkau sendiri tidak suka jika orang lain mengucapkannya atasmu.

Biadab adalah penyebab segala keburukan.

Galilah ilmu pengetahuan sejak kecil, pasti engkau akan beruntung ketika besar.

Lebih baik engkau memilih kalah (mengalah) sedang engkau sebagai orang yang bijak daripada engkau memilih menang, akan tetapi engkau sebagai pelaku kezaliman.

Ilmu adalah warisaan Rasullulah,sedang harta adalah warisan Firaun. Sebab itu ilmu lebih baik dari harta.

Engkau harus menjaga hartamu,sedang ilmu menjagamu. Jadi,ilmu lebih utama.

Seseorang yang berharta mempunyai banyak musuh,sedang orang yang berilmu mempunyai banyak kawan.Karenanya ilmu lebih bernilai.

Ilmu lebih mulia dari harta,karena ilmu akan berkembang bila dibagi-bagikan,sedang harta akan susut bila dibagi-bagikan.

Ilmu lebih baik sebab orang yang berilmu cenderung untuk menjadi dermawan,sedang orang berharta cenderung untuk menjadi kikir dan pelit.

Ilmu lebih aman karena dia tidak dapat dicuri,sedang harta dapat dicuri.

Ilmu lebih tahan lama karena tidak rusak oleh waktu atau sebab dipakai,sedang harta bisa rusak.
Ilmu lebih bernilai karena tanpa batas,sedang harta terbatas dan bisa dihitung.

Ilmu lebih bermutu karena dia dapat menerangi pikiran,sedang harta cenderung untuk membuat pikiran tidak fokus.

Ilmu lebih utama karena dia mengajak manusia untuk mengabdi kepada Tuhan mengingat makhluk-Nya yang lemah dan terbatas,sedang harta mendorong manusia menganggap dirinya sebagai Tuhan dengan memandang rendah orang-orang yang lebih miskin darinya.

Kekayaan yang paling besar adalah akal.

Akal ( kecerdasan ) tampak melalui pergaulan, sedangkan kejahatan seseorang diketahui ketika dia berkuasa.

Akal adalah raja, sedangkan tabiat adalah rakyatnya. Jika akal lemah untuk mengatur tabiat itu, maka akan timbul kecacatan padanya.

Akal lebih diutamakan daripada hawa nafsu karena akal menjadikanmu sebagai pemilik zaman, sedangkan hawa nafsu memperbudakmu untuk zaman.

Makanan pokok tubuh adalah makanan, sedangkan makanan pokok akal adalah hikmah. Maka, kapan saja hilang salah satu dari keduanya makanan pokoknya, binasalah ia dan lenyap.

Duduklah bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau kawan. Sebab, akal bertemu dengan akal.

Tidak ada harta yang lebih berharga daripada akal.

Pertalian yang paling berharga adalah akal yang berpasangan dengan kemujuran.

Adab adalah gambaran dari akal.

Jika akal dibiarkan menjadi kendali, tidak tertawan oleh hawa nafsu, atau melampaui batas agama, atau fanatik terhadap nenek moyang, niscaya hal itu akan mengantarkan pelakunya pada keselamatan.

Jika engkau hendak menutup sebuah kitab, maka hendaklah engkau teliti kembali kitab itu. Karena sesungguhnya yang kau tutup adalah akalmu.

Jika Allah hendak menghilangkan nikmat dari seorang hambaNya, maka yang pertama kali diubah dari hambaNya itu adalah akalnya.

Akal adalah naluri, sedangkan yang mengasuhnya adalah berbagai pengalaman.

Akal adalah buah pikiran dan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui.

Ruh adalah kehidupan badan, sedangkan akal adalah kehidupan ruh.

Akal adalah rekaman terhadap berbagai pengalaman.

Rasulmu adalah juru terjemah akalmu.

Pahamilah kabar jika kalian mendengarnya dengan akal yang penuh dengan pemahaman, bukan akal yang sekedar meriwayatkan. Sesungguhnya periwayat ilmu banyak jumlahnya, sedangkan yang memahaminya sedikit.

Orang yang berakal bersaing dengan orang-orang saleh agar dapat menyusul mereka, dan dia ingin sekali dapat berserikat dengan mereka karena kecintaannya terhadap mereka, meskipun amalnya tidak mampu menyamai mereka.

Orang berakal, jika berbicara dengan suatu kalimat, maka ikut bersamanya hikmah dan nasehat.
Orang yang paling bijak akalnya dan yang paling sempurna keutamaannya adalah yang mengisi hari-harinya dengan perdamaian, bergaul dengan saudara-saudaranya dengan rekonsiliasi, dan menerima kekurangan zaman.

Tidaklah patut bagi orang yang berakal kecuali berada dalam salah satu dari dua kondisi ini, yaitu berada dalam cita-cita yang paling tinggi untuk mencari dunia, atau berada dalam cita-cita yang paling tinggi untuk meninggalkannya.

Tidaklah layak bagi seorang yang berakal untuk menuntut ketaatan orang lain (terhadapnya), sedangkan ketaatannya terhadap dirinya sendiri ditolak.

Orang yang berakal adalah orang yang mencurigai pendapatnya sendiri dan tidak mempercayai apa yang dipandang baik oleh dirinya.

Orang yang berakal adalah yang menjadikan pengalaman-pengalaman (hidup) sebagai nasehat baginya.

Sesungguhnya perkataan-perkataan orang berakal, jika benar, maka ia adalah obat; namun jika salah, maka ia adalah penyakit.

Permusuhan orang-orang pintar adalah permusuhan yang paling berat dan paling berbahaya karena ia hanya terjadi setelah didahului dengan hujah dan peringatan, dan setelah tidak mungkin lagi ada perdamaian di antara keduanya.

Sesungguhnya sesuatu yang tidak disukai (kesialan) memiliki batas yang pasti akan berakhir. Oleh karena itu, seseorang yang berakal hendaknya bersikap tenang sampai kesialan itu hilang (berlalu dengan sendirinya). Sebab, menghindar darinya sebelum habis waktunya hanya akan menambah kesialannya.

Orang yang paling disukai oleh orang berakal adalah musuhnya juga berakal. Sebab, jika musuhnya itu berakal, maka dia akan merasa aman dari kejahatannya.

Celaan orang-orang yang berakal lebih berat daripada hukuman seorang penguasa.

Permulaan pendapat orang berakal adalah akhir pendapat orang bodoh.

Bagi orang yang berakal, hidup dalam kesusahan bersama orang-orang berakal lebih disenangi daripada hidup dalam kelapangan bersama orang-orang bodoh.

Imam Husain bin Imam Ali As:

“Aku tidak melihat kematian melainkan kebahagiaan, sedang hidup bersama orang-orang zalim adalah kehinaan”.

“Manusia telah menjadi budak dunia, sedang agama hanya pengakuan lisan belaka.  Selagi agama memakmurkan kehidupannya, mereka akan memegangnya, namun bila mereka ditimpa musibah, betapa sedikitnya mereka yang teguh”.

Kepada putranya Ali Zainal Abidin as., Imam Husain as berkata: “Wahai anakku, berhati-hatilah dari berlaku zalim terhadap seseorang yang tidak menemukan pembela di hadapanmu kecuali Allah”.

Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain As:

“Wahai anakku! Waspadalah terhadap lima macam manusia, dan janganlah kau bersahabat dan seperjalanan dengan mereka:

Jauhilah bersahabat dengan pendusta karena dia seperti fatamorgana mendekatkan orang yang jauh dari engkau dan menjauhkan orang dekatmu.

Jauhilah bersahabat dengan orang fasik karena dia akan menjualmu dengan sesuap nasi atau selainnya.

Jauhilah bersahabat dengan orang kikir karena dia akan membiarkanmu ketika engkau membutuhkannya.

Jauhilah bersahabat dengan orang dungu (tolol) karena dia hanya ingin memanfaatkanmu dan mencelakakanmu.

Dan jauhilah bersahabat dengan orang yang suka memutuskan silaturahmi, karena aku mendapatinya terlaknat di kitab Allah.

Dalam pesannya kepada sang putra Imam Muhammad Al-Baqir as., Imam Ali Zainal Abidin as. mengatakan, “Berbuat baiklah kepada setiap orang yang menuntut kebaikan. Jika ia adalah orang yang berhak menerima kebaikanmu, maka engkau telah melakukan hal yang semestinya, tapi jika ia tidak berhak menerima kebaikanmu, maka engkau sungguh telah berhak mendapatkan kebaikan.

“Jika seseorang mencacimu dari sebelah kanan dan beralih ke sebelah kiri, lalu meminta maafmu, maka terimalah permintaannya”.

Imam Ja’far as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir As:

“Waspadalah terhadap tiga orang; pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab, seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu, dan seorang yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu, juga seorang yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu”.

“Tiga manusia sebagai sumber kebaikan; manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak berdzikir kepada Allah”.

“Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu”. Salah seorang bertanya kepada Imam, ”Apakah tanda-tanda tawadhu itu?” Beliau menjawab: hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran”.

Seorang laki-laki seringkali mendatangi Imam Ja’far as, kemudian dia tidak pernah lagi datang. Tatkala  Imam as. menanyakan keadaannya, seseorang menjawab dengan nada sinis, “Dia seorang penggali sumur”. Imam as membalasnya, ”Hakekat  seorang lelaki ada  pada akal budinya, kehormatannya ada pada agamanya, kemuliannya ada pada ketakwaannya, dan semua manusia sama-sama sebagai bani Adam”.

“Hati-hatilah terhadap orang yang teraniaya, karena doanya akan terangkat sampai ke langit”.
“Ulama adalah kepercayaan para rasul. Dan  bila kau temukan mereka  telah percaya pada penguasa, maka curigailah ketakwaan mereka”.

“Tiga perkara yang mengeruhkan kehidupan; penguasa zalim, tetangga  yang buruk, dan perempuan pencarut. Dan tiga perkara yang tidak akan damai dunia ini tanpanya, yaitu keamanan, keadilan dan kemakmuran”.

Imam Musa Al Kazim bin Imam Ja’far as Shadiq As:

“Katakan yang hak, walaupun akan mendatangkan kerugian kepadamu”.

“Jika engkau menjadi seorang pemimpin yang bertakwa, maka seharusnya engkau bersyukur kepada Allah  atas anugerah ini”.

“Bersikap tegaslah dan keras terhadap orang-orang zalim sehingga engkau dapat merebut haq orang-orang mazlum (yang teraniaya) darinya”.

“Kebaikan yang utama adalah menolong orang-orang yang tertindas”.

“Dunia ini berkulit halus dan cantik, ibarat seekor ular namun  menyimpan racun pembunuh di dalamnya”.

Imam Ali Ar Ridha bin Imam Musa al Kazhim As:

“Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada orang tuanya, maka dia tidak bersyukur kepada Allah swt.”

“Barang siapa yang selalu mengawasi dirinya, niscaya akan beruntung, dan barang siapa melalaikannya, pasti akan merugi”.

“Sebaik-baik akal adalah kesadaran seseorang akan dirinya sendiri”.

“Bila seorang mukmin marah, maka kemarahannya tidak akan mengeluarkan dirinya dari bersikap benar. Dan jika ia senang, maka kesenangannya tidak akan menghanyutkannya ke dalam kebatilan.  Dan jika ia punya kekuatan, ia tidak akan merebut lebih dari haknya”.

“Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang menceritakan kejelekan orang dan orang yang mendengarkannya serta orang yang banyak bertanya”.

Imam Muhammad Al Jawad bin Imam Ali ar Ridho As:

“Kehormatan seorang mukmin ialah ketakbergantungannya pada orang lain”.

“Seorang mukmin senantiasa membutuhkan tiga perkara: taufiq dari Allah, penasehat dari dalam dirinya, dan menyambut setiap orang yang menasehatinya”.

“Hari Keadilan itu lebih mengerikan bagi orang zalim daripada hari perlakuan zalim terhadap orang teraniaya”.

“Neraca kesempurnaan harga diri seseorang ialah meninggalkan apa saja yang tidak membuat dirinya indah”.

“Kematian manusia karena dosa-dosanya itu lebih banyak ketimbang kematiannya karena ajalnya, dan hidupnya seseorang karena kebajikannya itu lebih banyak daripada hidupnya dengan (takdir) umurnya”.

Imam Ali Al Hadi bin Imam Muhammad al Jawad As:

“Barang siapa yang taat kepada Allah, maka ia tidak akan kuatir terhadap kekecewaan makhluk”.

“Barang siapa yang tunduk pada hawa nafsunya, maka ia tidak akan selamat dari kejelekannya”.

“Barang siapa yang rela tunduk terhadap hawa nafsunya, maka akan banyak orang-orang yang tidak suka padanya”.

“Kemarahan itu terdapat pada orang-orang yang memiliki kehinaan”.

“Pelaku kebaikan itu lebih baik daripada kebaikan itu sendiri. Sedang pelaku keburukan itu lebih buruk daripada keburukan itu sendiri”.

 “Cercaan itu lebih baik dari pada kedingkian”.

Beliau berkata kepada Al-Mutawakkil, “Janganlah engkau menuntut janji kepada orang yang telah engkau khianati”.

Imam Hasan Al Askari bin Imam Ali al Hadi As: 

“Tidak ada kemuliaan bagi orang yang meninggalkan kebenaran, dan tidak ada kehinaan bagi orang yang mengamalkannya”.

“Dua perkara yang tidak ada sesuatu pun yang lebih unggul di atas keduanya: iman kepada Allah dan kawan yang bermanfaat”.

“Keberanian seorang anak terhadap orang tuanya di masa kecil akan mendorongnya kepada kedurhakaan terhadapnya di saat dewasa”.

“Bukan termasuk kebajikan menampakkan kegembiraan di hadapan seorang yang sedih”.

“Cukup bagimu sebuah pelajaran yang  menjauhkanmu dari segala yang tidak kau sukai dari orang lain”.

“Seluruh keburukan telah terkumpul  dalam satu rumah, dan kuncinya adalah dusta”. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar