Label

Jumat, 17 Oktober 2014

Mengenali Azerbaijan


AZERBAIJAN KUNA

Para ilmuan mendefinisikan Azerbaijan sebagai suatu wilayah yang kini dihuni oleh bangsa Azerbaijan-Turk; yaitu orang-orang yang mendiami sebuah kawasan yang membentang dari lereng bagian Utara pegunungan Kaukasus di sepanjang Laut Kaspia hingga dataran tinggi Iran. Pada penghujung millennium ke-4 SM dan awal millennium ke-3 SM mulai tampak adanya pertumbuhan lapisan atas dalam kelas-kelas sosial yang mempunyai ciri keunggulan peradaban proto-urban dan telah memiliki embrio struktur kenegaraan. Pada masa ini aliansi suku-suku bangsa telah membentuk sebuah Negara Aratta, Negara Lullubum (sejak 2300 SM) dan Negara Gutian (setelah paruh kedua 3000 SM). Pada tahun 2175 SM rakyat Gutian berhasil menundukkan Sumer dan Akkad serta menguasainya hingga satu abad lamanya.

Antara abad 9 hingga 7 SM, kerajaan Mannaean mengguncang daerah sekitar Danau Urmia. Kerajaan Simmeria-Scythia-Saka tumbuh pesat pada abad ke-7 dan 6 SM di bagian Selatan–Barat Daya Azerbaijan. Pada pertengahan abad 6 SM kerajaan Mannaean runtuh. Peran penting dalam sejarah Azerbaijan dimainkan kerajaan Atropaten yang muncul di bagian Selatan pada thun 520an SM. Kerajaan ini sangat kental dipengaruhi tradisi Hellenisme. Negara Albania di Kaukasus berdiri di sebelah Utara Azerbaijan pada penghujung millennium ke-4 dan awal millennium ke-3 SM dengan sungai Araz sebagai garis perbatasan di sebelah Selatan. Negara ini berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan-serangan musuhnya hingga pada akhirnya ditaklukkan Romawi pada tahun 66 SM. Bangsa Albania terdiri dari berbagai kebangsaan yang pada umumnya berbicara dalam bahasa Turki.

AZERBAIJAN PADA ABAD PERTENGAHAN

Seiring dengan invasi bangsa Arab, maka sejak awal abad ke-8 M Islam menjadi agama dominan di Azerbaijan. Beberapa Negara baru didirikan di wilayah Azerbaijan pada abad 9 M. Negara Shirwan dengan ibukotanya Shemakha, merupakan Negara adikuasa yang diperintah dinasti Mezyedi. Dinasti inilah yang terutama sekali banyak memainkan peran penting dalam sejarah Azerbaijan hingga abad 16 M. Disamping itu beberapa Negara merdeka seperti Sajid, Salarid, Rvvadid (masing-masing berpusat diibukota Maragha, Ardabil dan Tabriz) serta Shaddadids (dengan ibukota Ganja) tumbuh di wilayah Azerbaijan pada abad 9 hingga abad 11 M. Azerbaijan pernah pula dikuasai dinasti Seljuk sejak akhir abad 11 M. Setelah berkuasa dari tahun 1136-1225, pemerintahan Atabek Eldegiz di Azerbaijan runtuh.

Keragaman populasi yang terdiri dari penduduk asli yang berbahasa Turki dan keturunan bangsa Turki serta kesamaan keyakinan yang dianut (Islam) telah memungkinkan berlangsungnya proses konsolidasi bangsa Azerbaijan yang mencapai puncaknya pada abad 11 dan 12 M. Pada periode ini pula tampak perkembangan budaya Azerbaijan yang mengagumkan yang telah menjadi warisan dunia berupa para filosof terkemuka, arsitek, puisikus dan ilmuan-ilmuan terkenal. Kejayaan pemikiran social dan budaya Azerbaijan pada era ini dapat dilihat dalam bentuk karya Nizami Ganjavi (1141-1209), puisikus sekaligus filosof yang hingga kini dipandang sebagai salah satu permata warisan khazanah peradaban dunia.

Sejak pertengahan abad 13 M, Negara-negara di Azerbaijan jatuh dalam kekuasaan dinasti Mongol, Khulagu (1258-1356). Pada pertengahan abad 14 M, seiring dengan bangkintya kesadaran para penduduk pribumi untuk mengusir para penjajah, tokoh feudal setempat yang bernama Jalairid memimpin pergerakan perjuangan dan mengambil alih kekuasaan di Azerbaijan. Dengan dukungan para bangsawan Azerbaijan lainnya, ia berhasil membentuk Negara Jalairid (1359-1410). Sejak akhir abad 14 M, Azerbaijan kembali diduduki Tamerlan dan menjadi panggung teater dalam epoh peperangannya melawan Horde Emas.

Dinasti-dinastiAzerbaijan “Qara-Qoyunlu” dan “Aq-Qoyunlu” memerintah Azerbaijan pada tahun 1410-1468 dan 1468-1501. Di bawah pemerintahan kedua dinasti tersebut kekuatan Azerbaijan telah tumbuh secara signifikan. Pada tahun 1501 negara Safawid didirikan di Azerbaijan, yang kemudian disebut pula dengan dinasti Azerbaijan yang beribukota di Tabriz. Di bawah dinasti ini, seluruh wilayah Azerbaijan berhasil dipersatukan untuk pertama kalinya dalam sejarah yakni menjadi satu Negara Azerbaijan. Wilayah dinasti Safawid membentang dari Sungai Amu Darya hingga sungai Euphratdan dari Derben hingga pesisir pantai Teluk Persia. Entitas politik ini terbentuk dan terus berkembang menjadi Negara Azerbaijan secara essensial di mana seluruh kekuatan politik berada dalam kendali kaum bangsawan Azerbaijan. Pegawai-pegawai senior di pengadilan, para jenderal militer dan para gubernur diangkat dari kalangan bangsawan Azerbaijan. Tentara juga dibentuk dari kelompok milisi yang berasal dari suku terkuat dan berkuasa di Azerbaijan. Bahasa Azerbaijan dijadikan bahasa resmi Negara Safawid. Pada akhir abad 16 M, ibukota negara Safawid dipindahkan dari Isfahan dan shah mendapatkan dukungan penuh dari kalangan bangsawan Persia. Di bawah pemerintahan dinasti Azerbaijan, negara ini berkembang dengan corak ke-Persia-an.

KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA KHANAT AZERBAIJAN.

AZERBAIJANTERBAGI ANTARA RUSIA DAN IRAN

Pada pertengahan abad 18 M, seiring dengan melemahnya kekuatan Shah Persia atas wilayah Azerbaijan, negara mengalami perpecahan hingga menjadi duapuluh khanat yaitu: Ardabil, Ganja, Derbent, Erivan, Javad, Karabakh, Karadakh, Khoi, Maku, Maragin, Nakhchivan, Quba, Baku, Sarab, Shirvan, Sheki, Tabriz, Talysh dan Urumi. Selain itu negara juga terpecah belah ke dalam beberapa kesultanan yaitu Kazah-Samshadil, Ilisu, Arash, Gutgashen dan Nagorno-Karabakh, yang banyak dihuni oleh umat Islam Azerbaijan dan sebagian umat Kristen Albania, membentuk suatu bagian integral dalam khanat Karabakh yang meliputi wilayah yang membentang antara sungai Kura dan Araxes. Bangsawan lokal (atau “melikdoms”) dari Dizak, Varanda, Kachen dan Gulistan, yang seluruhnya terletak di antara wilayah pegunungan Karabakh, juga merupakan bagian dari khanat tersebut, dimana penduduknya bersumpah setia kepadanya sebagai daerah bawahan.

Pada penghujung abad 18 dan pada sepertiga awal abad 19 Azerbaijan menjadi kawasan yang diperebutkan Persia, Rusia dan Turki Usmani. Masing-masing kekuatan berupaya menancapkan hegemoninya di Negara yang memiliki situasi dan letak strategis serta menentukan secara geopolitik. Terjadi penambahan jumlah persenjataan khanat guna mempertahankan kedaulatannya. Sementara itu kelompok yang lainpun dipersenjatai sebagai upaya mempertahankan berbagai kepentingannya masing-masing, dan atau untuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang memposisikan lawan menjadi berstatus taklukan. Karenanya pada tanggal 14 Mei 1805 sebuah piagam kesepakatan ditandatangani di tepian sungai Kura antara Khan Ibrahim Khalil dari Azerbaijan yang menyatakan bahwa kemerdekaan khanat Karabakh di Azerbaijan tunduk kepada pemerintahan Rusia. Piagam ini seringkali diangkat ke permukaan akhir-akhir ini untuk membuktikan bahwa secara historis Karabakh merupakan bagian dari Azerbaijan.

Perang pertama Rusia-Persia pada tahun 1804-1813 pecah untuk memperebutkan dominasi atas khanat Azerbaijan dan berakhir dengan pembagian wilayah Azerbaijan bagi Rusia dan Persia. Piagam perdamaian Gulistan yang ditandatangani pada tanggal 12 Oktober 1813 oleh Rusia dan Persia telah memberikan legalitas yang mengakui aneksasi yang dilakukan Rusia terhadap beberapa khanat di bagian Utara Azerbaijan dengan pengecualian daerah Nakhchivan dan Erivan. Perang kedua Rusia-Persia pecah pada tahun 1826-1828 diakhiri dengan penandatanganan piagam perdamaian Turkmanchai pada tanggal 10 Pebruari 1828 yang memuat pernyataan resmi klaim Persia atas wilayah Utara Azerbaijan serta pengakuan terhadap aneksasi yang dilakukan Rusia terhadap Nakhchivan dan Erivan.

Penting pula dicatat bahwa sejumlah khanat di atas, tak terkecuali Karabakh yang dianeksasi Rusia, adalah sejatinya milik Azerbaijan. Kesemuanya adalah bangsa Azerbaijan yang sesungguhnya, wilayah yang dikuasai oleh rakyat Azerbaijan, serta komposisi etnis kelompok elite-feodal yang dominan (baik meliputi para khan itu sendiri, maupun para pemilik tanah serta para pemuka agama dan lainnya). Berdasarkan maklumat Tsar Rusia, Nicholas I, pada tanggal 21 Maret 1828 Khan Nakhchivan dan Erivan dibubarkan serta dialihkan pemerintahannya menjadi sebuah administrasi baru yang disebut “Armenian Oblast” dibawah kendali Rusia. Pada tahun 1849 “Armenian Oblast” berganti nama menjadi provinsi Erivan.

Antara tahun 1828-1920, dalam rangka mengikuti kebijakan yang bertujuan merubah keseluruhan demografi Azerbaijan, bangsa Armenia bermaksud mengusir sejumlah besar penduduk Azerbaijan. Lebih dari dua juta jiwa penduduk Azerbaijan terusir dari kampung halamannya dan sejumlah lainnya tewas terbunuh. Dalam dua peristiwa pada tahun 1828 dan 1854, Rusia menduduki bagian Timur Anatolia dan dalam kesempatan ini pula mereka telah membawa serta seratus ribu orang Armenia pindah ke Kaukasus untuk merebut posisi orang-orang Turki (dan juga Azerbaijan) yang terpaksa beremigrasi atau meninggal dunia.

Pada perang 1877-1878, Rusia merampas wilayah Kars-Ardahan dengan mengusir populasi muslim dan menempatkan tujuh puluh ribu orang Armenia sebagai gantinya. Sekitar enam puluh ribu orang Armenia kembali ditempatkan oleh Rusia di Kaukasus dalam perang 1895-1896. Akhirnya migrasi pada perang dunia I terjadi secara besar-besaran dimana sekitar empat ratus ribu orang Armenia dari Timur Anatolia dipindahkan untuk ditukar dengan empat ratus ribu orang muslim Kaukasus. Menurut informasi McCarthy, antara tahun 1828-1920 sekitar lima ratus enam puluh ribu orang Armenia kembali ditempatkan di Azerbaijan. Dengan kata lain, bahwa secara aktual pasca pendudukan wilayah Selatan Kaukasus oleh Rusia jumlah orang Armenia di bumi Azerbaijan, khususnya di bagian Utara sungai Araxes, telah bertambah secara dramatis.

Ketika kita menengok ke Karabakh, segera kita jumpai catatan-catatan resmi bertahun 1810 (sebelum aneksasi Rusia) bahwa khanat Karabakh memiliki dua belas ribu rumah tangga yang dihuni oleh sembilan ribu lima ratus jiwa orang Azerbaijan dan hanya kurang dari dua ribu lima ratus jiwa orang Armenia. Menurut data tahun 1823, terdapat sebuah kota di wilayah khanat Karabakh yaitu kota Susha dan enam ratus desa yang empat ratus lima puluh diantaranya dihuni oleh orang Azerbaijan dan hanya sekitar seratus lima puluh orang Armenia, dengan total populasi sembilan puluh ribu jiwa. Angka-angka relative tentang rumahtangga Azerbaijan dan Armenia di kota Susha mencatat seribu empat puluh delapan dan empat ratus tujuh puluh empat, dan diperkirakan di daerah perkotaan lain dua belas ribu sembilan ratus dua dan empat ribu tiga ratus tiga puluh satu.

Sejak pertengahan abad 19 M, industri minyak tumbuh pesat di bagian Utara Azerbaijan. Untuk pertama kalinya industri minyak berhasil diperoleh pada tahun 1848. Pada akhir abad 19 M dan awal abad 20 M, daerah ini menyuplai 95% produksi minyak Rusia dan sekitar 50% minyak dunia. Penghargaan-penghargaan dan Rathschilds banyak diraih karena daya tarik minyak tersebut dan telah menjelma menjadi pendapatan yang sangat diperhitungkan. Begitu banyak keuntungan yang diraup berkat hasil industri minyak Azerbaijan.

REPUBLIK PERTAMA: REPUBLIK AZERBAIJAN (1918-1920)

Setelah revolusi 1917 di Rusia, proses keruntuhan dan disintegrasi Imperium tersebut menjadi semakin nyata. Situasi dan kondisi ini banyak dimanfaatkan berbagai etnis di daerah-daerah bekas imperium Rusia untuk membentuk Negara-negara yang merdeka. Maka pada tanggal 28 Mei 1918 Republik Demokrasi Azerbaijan diproklamasikan di daerah bagian Timur kawasan Selatan Kaukasus. Inilah demokrasi parlementer yang pertama di dunia Timur; suatu demokrasi yang memainkan peran historis dalam arus kebangkitan kembali dan pembentukan kesadaran identitas etnik maupun identitas kenegaraan bangsa Azerbaijan. Pada saat itu, pemimpin Azerbaijan adalah Muhammad Amin Rasulzade.

Perkembangan Republik Demokrasi Azerbaijan baik sebagai bangsa dan Negara didasarkan atas idea “Azerbaijanisme” yang memadukan prinsip-prinsip modernisme, Islamisme dan Turkisme, sekaligus menyimbolkan aspirasi rakyat Azerbaijan untuk maju berdasarkan kesadaran dan keyakinan bersama terhadap peradaban Islam dan identitas ke-Turki-an.

Selama tak lebih dari dua tahun eksistensi gemilang parlemen Azerbaijan yang multi-partai dan koalisi pemerintahan memimpin negeri untuk mengambil langkah-langkah penting dalam proses pembentukan bangsa dan pembangunan negara yang meliputi bidang pendidikan, pembentukan angkatan bersenjata, kemandirian secara finansial dan sistem ekonomi, serta menjaga citra baik dan pengakuan dunia internasional terhadap Republik muda ini sebagai anggota penuh dalam konteks percaturan antar bangsa. Pada tanggal 11 Januari 1920 diadakan Konferensi Damai Paris yang menghasilkan Piagam Versailles yang mengabadikan pengakuan secara de fakto kemerdekaan Republik Azerbaijan.

Di penghujung tahun 1919 dan awal tahun 1920, situasi politik di Republik Demokrasi Azerbaijan baik domestic maupun luar negeri mulai memburuk. Azerbaijan terjebak dalam peperangan antara Entente, Rusia dan Persia, di mana masing-masing pihak mencoba menanamkan tujuan politiknya terhadap kawasan penting dan strategis serta kaya minyak ini.

REPUBLIK KEDUA: REPUBLIK SOSIALIS SOVIET-AZERBAIJAN (1920-1991).

Keputusan politik yang diambil pemerintah Bolsheviks di Republik Sosialis Federasi Rusia untuk tidak mengakui Republik Demokrasi Azerbaijan dengan mengirim “tentara merah ke-11” ke Azerbaijan pada musim semi 1920, agresi yang dilancarkan rezim Dashnak Armenia ke Azerbaijan di Karabakh dan Zangezur, kelompok-kelompok teroris Armenia dan Bolshevik menggerogoti kedamaian penduduk Azerbaijan di Azerbaijan dan krisis social serta ekonomi yang melanda negeri, adalah beberapa factor yang telah menyebabkan melemahnya Republik Demokrasi Azerbaijan yang berakhir dengan okupasi “tentara merah ke-11” pada tanggal 27-25 April 1920. Seperti dimuat dalam telegram dari Staff Umum Front Kaukasus kepada komandan “tentara merah ke-11” bertanggal 1 Mei 1920, menyebutkan: bahwa tentara Rusia telah diinstruksikan untuk mengambil alih seluruh wilayah Azerbaijan yang terdapat dalam wilayah Imperium Rusia, tanpa melanggar perbatasan dengan Persia.

Selama tujuh puluh tahun berikutnya, sebagai bagian dari Republik Sosialis Uni-Soviet, dapat dianggap sebagai sebuah tahapan baru dan penting dalam perkembangan Negara Azerbaijan karena selama itu pula Republik Sosialis Soviet-Azerbaijan telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara sosial, ekonomi dan budaya.

Selama era Soviet daerah bagian Nakhchivan dan wilayah-wilayah lainnya telah dianeksasi teroris Zangezur, Goycha, dan digabungkan dengan tetangganya, Armenia. Sebagai akibatnya, wilayah territorial Negara yang pada masa Republik Demokrasi Azerbaijan seluas 114.000 km2 telah berkurang pada tahun 1920-1921 menjadi hanya 86.600 km2. Terlebih lagi pada tanggal 7 Juli 1923, atas inisiatif para pemimpin Moskow-Bolshevik, daerah otonom Nagorno-Karabakh yang secara dominan telah dihuni populasi Armenia, secara artificial dicerabut dari cakupan wilayah territorial sejarah Karabakh, yang dulunya dihuni mayoritas orang-orang Azerbaijan. Kebijakan tersebut merupakan langkah awal kampanye politik untuk menganeksasi Nagorno-Karabakh dari bekas wilayah Azerbaijan.

REPUBLIK KETIGA: REPUBLIK AZERBAIJAN.

Pada tahun 1988-1990, gerakan nasional-demokratik di Azerbaijan mengkampanyekan pentingnya melakukan restorasi kemerdekaan Negara. Pada tanggal 23 September 1989, Azerbaijan merupakan salah satu Negara pertama yang memutuskan untuk segera mengakhiri kekuasaan Republik Soviet. Dalam rangka menekan gerakan ini pada tanggal 20 Januari 1990 dengan restu para pemimpin Soviet di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev, beberapa unit tentara Soviet dikirim ke Baku. Tindakan represif pasukan ini cenderung sangat brutal sehingga mengakibatkan ratusan jiwa rakyat Azerbaijan yang tak berdosa jatuh menjadi korban. Situasi gawat darurat segera diumumkan dan terus berlanjut hingga pertengahan tahun 1991. Perjuangan yang tak mengenal lelah terus dilakukan para pejuang patriotik Azerbaijan hingga akhirnya berbuahkan Deklarasi Dewan Tertinggi Republik Azerbaijan tanggal 31 Agustus 1991 tentang restorasi kemerdekaan Republik Azerbaijan.


Deklarasi tersebut mengukuhkan kemerdekaan Negara Republik Azerbaijan dan menyempurnakan perjalanan panjangnya pada tanggal 18 Oktober 1991 dengan tersusunnya fondasi kenegaraan Azerbaijan yang merdeka, serta terumuskannya prinsip-prinsip politik dan struktur perekonomian. Dengan deklarasi tersebut Republik Azerbaijan sekali lagi, setelah tujuh puluh satu tahun lamanya, menjadi negara yang merdeka. Pada tahun 1991 Azerbaijan menjadi negara anggota OKI, PBB, UNESCO dan pada tahun 1992 menjadi anggota Konferensi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (CSCE), yang kini dikenal dengan Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE). Pada tahun 1996 masuk keanggotaan Dewan Eropa, dan pada tahun 1997 menjadi anggota GUAM serta lainnya. Dewasa ini Azerbaijan telah menjadi anggota penuh pada sebagian besar organisasi-organisasi regional maupun internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar