Label

Selasa, 11 November 2014

The Burning Season –dan Perjuangan Tanpa Kekerasan


Judul Film


The Burning Season
Aktor-Aktor
 : 
Raul Julia, Carmen Argenziano, Sonia Braga, Luis Guzman
Sutradara
 : 
John Frankenheimer
Tahun Produksi
 : 
1994
Rumah Produksi
 : 
Warner Bros, USA
Durasi
 : 
118 Menit


The Burning Season adalah film yang diambil dari kisah nyata yang terjadi pada masyarakat Cachoeira, sekitaran hutan hujan Amazon, Brazil, antara 1951 – 1990an. Film ini menceritakan perjuangan seorang bernama Chico Mendes beserta para penyadap karet untuk menghentikan eksploitasi hutan yang dilakukan oleh perusahaan besar Amerika. Chico Mendes diperankan oleh aktor terkenal asal Puerto Rico, Raul Julia. 

The Burning Season sangat pas dijadikan referensi dalam rangka mempelajari langkah-langkah advokasi. Bahkan, film yang disutradarai oleh John Frankenheimer ini boleh disebut sebagai film yang menggambarkan advokasi oleh suatu masyarakat. Advokasi di sini dimaknai sebagai upaya untuk mengubah kebijakan yang merugikan masyarakat. 

Di bagian awal, The Burning Season menampilkan potret masyarakat Cachoeira yang tidak punya pilihan selain menjual getah karetnya pada pedagang yang culas. Sistem perdagangan karet sangat menindas warga Cachoeira. Serikat pekerja tidak dibiarkan tumbuh oleh pengusaha. Mereka yang berusaha mendirikan perserikatan dihukum mati. Keadaan itu belum berubah hingga tahun 1983. 

Pada tahun itu, Bordon, sebuah perusahaan besar Amerika bermaksud membuat bisnis peternakan yang berlokasi di hutan sekitar Cachoeira. Untuk melancarkan maksud tersebut, petinggi perusahaan harus membuka hutan. Mereka membakar hutan dan menebangi pohon-pohon karet yang menjadi sumber kehidupan warga Cachoeira.  

Pada tahun yang sama sudah berdiri Serikat Pekerja Pedesaan yang diketuai oleh Wilson Pinheiro. Wilson berhasil membangkitkan keberanian warga Cachoeira untuk menolak niat pengusaha yang ingin membabat hutan. Beberapa kali Wilson mengajak warga Cachoiera untuk menghentikan penebangan hutan. Namun sayang, karena keberaniannya itu Wilson harus tewas. Ia ditembak oleh orang tak dikenal di kantor serikat pekerja. Setelah penembakan itu, Chico Mendes dan petinggi-petinggi Serikat Pekerja Pedesaan diculik dan disiksa atas alasan pembunuhan yang direncanakan oleh pihak Bordon. 

Selepas kejadian tragis itu, Chico Mendes memutuskan pergi dari kampungnya. Namun, ia tidak kuasa melanjutkan perjalanan setelah melihat truk-truk besar dan alat berat bertulis Bordon sedang menuju kampungnya. Chico yang saat itu ditemani Ilzamar, gadis yang merawatnya pasca penyiksanaan, akhirnya memutuskan kembali ke Cachoeira. Sejak saat itu Chico memutuskan untuk meneruskan perjuangan Wilson. Dalam sebuah percakapan, ia mengatakan pada Ilzamar, “Tak ada lagi janda, tak ada lagi yatim piatu”. Chico bertekad melakukan pembelaan tanpa kekerasan. Ia meminta semua anggota serikat untuk mengumpulkan senjata mereka. 

Kegigihan Chico untuk menghentikan pembakaran hutan akhirnya mendapat perhatian dari Steven Kaye, seorang pembuat film dokumenter. Ia mendatangi Chico dengan maksud membuat film dokumenter. Pada perkembangannya, Kaye berperan sebagai pendorong bagi Chico agar mau merebut perhatian dunia dengan mempromosikan apa yang telah dilakukannya. Kaye melalui film yang dibuatnya sedikit banyak telah membuat wajah Chico Mendes dikenal dunia. 

Perjuangan Chico untuk mengembalikan hak atas tanah warga Cachoeira pun tidak hanya melalui jalur serikat pekerja. Pada sebuah momen pemilihan kepala negara bagian, ia mencalonkan diri. Ia mengambil jalur politik agar bisa menegakkah hukum yang adil pada warga Cachoeira. Lawan politiknya adalah kroni perusahaan Bordon. Hasilnya, Chico tidak berhasil menjadi kepala negara bagian karena politik uang. 

Pada sebuah kesempatan, Chico Mendes menghadiri konferensi Bank Dunia di Miami, Amerika Serikat. Setelah itu ia mendapat kesempatan menyampaikan gagasannya dalam forum PBB di New York. Pidato itu ternyata berhasil menarik simpati dunia. Pers dunia menampilkan wajah Chico dalam berita utamanya. Alhasil, perusahaan yang hendak membuka hutan untuk kepentingan usahanya tidak punya pilihan selain menghentikan operasinya. Atas keberhasilan tersebut warga Cachoeira bergembira. 

Namun, perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Darli Aves, pengusaha ternak yang merupakan kroni pemilik perusahaan Bordon menolak menghentikan upayanya membuka hutan. Ia bersikeras membuka hutan. Upaya negosiasi Chico tidak ditanggapi oleh Alves. Dengan modal sertifikat kepemilikan atas tanah yang dikantongi, Alves tetap akan melakukan penebangan. Sikap Alves membuat Chico terpaksa melawan. Bersama anggota serikatnya, Chico melakukan aksi. Dalam aksi-aksi itu Chico sangat menekankan “anti-kekerasan”. Ia melarang anggotanya melawan anak buah Alves meskipun beberapa kali mereka dipukuli. Korban luka bahkan korban tewas pun tak bisa dihindari. Jair Inglezias, salah seorang rekan dekat Chico ditembak mati saat menyadap karet. 

Tindakan brutal Alves membuat anggota serikat pekerja tak tahan diri. Menurut sebagian dari mereka, Alves harus dilawan dengan senjata. Namun, pendapat itu ditolak keras oleh Chico. Dalam sebuah pertemuan dengan para anggotanya, ia mengatakan, “Hanya karena mereka pembunuh, apa kita harus menjadi pembunuh?” Pernyataan itu ditolak balik oleh salah seorang anggota serikat dengan ungkapan, “Kami tak mau filosofi! Simpan saja itu untuk temanmu di Amerika!” Chico akhirnya meminta seluruh anggota serikat untuk menentukan pendapat, siapa yang memilih melawan dengan senjata dan siapa yang memilih tanpa kekerasan. Hasilnya, anggota serikat lebih banyak yang memilih melawan tanpa kekerasan.   

Di satu sisi, tindakan brutal Alves tertangkap oleh media-media Amerika. Berita-berita pembunuhan yang dilakukan Alves menjadi berita utama. Keadaan tersebut membuat kepala negara bagian yang bersekongkol dengan pemilik perusahaan Bordon merasa terpojok. Akhirnya, mereka mendatangi Chico untuk berunding. Perundingan di kantor Serikat Pekerja Pedesaan yang ditinggali Chico itu berlangsung sehari semalam. Di luar kantor, warga Cachoeira berkumpul. Mereka bergerak maju melewati dua lapis barisan polisi bersenjata yang ditugaskan menjaga perundingan hingga perundingan selesai. Hasilnya, pihak pemerintah dan Alfred Sezero dari perusahaan Bordon mengalah pada sikap prinsipil Chico. Pemerintah Federal Brazil memberi hak atas tanah hutan untuk warga Cachoeira. 

Namun, keputusan tersebut membawa ancaman mati bagi Chico Mendes. Darli Alves sakit hati atas kemenangan Chico Mendes. Ia pun menyuruh orang untuk membunuh Chico Mendes. Tindakan buta Alves itu sesungguhnya telah dicium oleh kawan dekat Chico, Regina dan Kaye. Mereka berdua menyuruh Chico hijrah ke tempat lain. Namun Chico menolak dengan alasan Cachoeira adalah rumahnya. Dengan heroik ia mengatakan pada Regina dan Kaye, “Dengar! Jika membunuhku akan mengakhiri penembak itu, mungkin memang itu saja artinya. Jika seorang kurir turun dari surga dan menjamin bahwa kematianku akan memperkuat tujuan kita, itu mungkin ada gunanya!

Perjuangan Chico Mendes berakhir dengan kematian. Chico ditembak oleh orang tak dikenal ketika hendak ke kamar mandi di belakang rumahnya. Kematiannya itu menarik simpati dunia. Media besar Amerika seperti BBC memberitakan kematian Chico Mendes berikut perjuangannya. Pemerintah Brazil pun akhirnya memberi penghargaan atas perjuangan Chico Mendes. Pada 12 Maret 1990, Pemerintah Brazil menyatakan 2,5 juta are wilayah sekitar Cachoeira akan dilindungi oleh hukum dari penebangan, pembukaan, dan pembakaran. Tempat itu diberi nama “Suaka Alam Chico Mendes”. Sementara Alves dan putranya dijerat hukuman 19 tahun atas kesaksian Genesio, remaja yang dulunya bekerja di peternakan Alves, yang memberatkan. 

The Burning Season adalah film yang kaya akan inspirasi advokasi. Film ini merupakan referensi yang tepat bagi LSM atau masyarakat yang hendak mengetahui langkah-langkah advokasi. The Burning Season menggambarkan langkah-langkah advokasi, mulai dari menentukan masalah, pembentukan tim, sosialisasi atas masalah ke wilayah publik, jalur-jalur advokasi, hingga konsep tanding yang ditawarkan. Dan yang terpenting dari The Burning Season ini adalah perjuangan advokasi tanpa kekerasan. (Kontributor Website AMAN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar