Label

Selasa, 10 Juni 2014

Islam Persia di Dunia Eropa


Sejak dahulu kala, seni merupakan salah satu pintu memasuki jalinan hubungan antarbudaya. Para antropolog yang melakukan berbagai kajian dari peradaban manusia masa lampau menyebutnya dengan nama karya seni, yang memiliki kaitan erat dengan keyakinan yang dianut sebuah suatu suku, bangsa maupun masyarakat tertentu. Karya seni yang diproduksi berbagai negara dengan beragam budayanya masing-masing memiliki unsur estetis yang berbeda-beda pula. Untuk itu seni Iran, seni Cina, seni India dan seni Islam memiliki karakteristik tersendiri.

Ketika kita berbicara mengenai seni Islam, tidak diragukan lagi di benak kita muncul asumsi bahwa seni ini harus memiliki karakteristik Islam dan lahir dari prinsip-prinsip agama Islam dan budayanya. Namun para pakar seni estetika menggunakan kategori lain untuk menilai sebuah seni masuk kategori seni Islam atau tidak. Mereka menggunakan tema Arab atau Persia maupun seni yang lahir dari wilayah muslim dengan karakteristik budaya dan etnis bangsa-bangsa yang menghasilkan budaya baru.

Salah seorang pemikir yang mencurahkan perhatian terhadap perkembangan seni Islam adalah Titus Burckhardt. Pemikir kelahiran Florence, Italia ini melakukan berbagai riset mengenai seni di negara-negara Islam. Mengenai pengaruh ajaran Islam dalam tradisi seni Iran, pemikir Swiss ini menulis, "Seni Iran tidak dipengaruhi oleh seni Bizantium Romawi, bukan pula seni Arab, tapi seni Syiah Iran." Dengan demikian, menurut pemikir mazhab tradisionalis ini, seni Iran memiliki kaitan erat dengan ajaran Islam, yang berbeda diametral dengan seni periode sebelumnya. Berbagai karya seni Iran menunjukkan besarnya pengaruh pemikiran Islam di kalangan seniman Iran. 

Burckhardt mencurahkan seluruh hidupnya untuk penelitian dan eksposisi dari dimensi kebijaksanaan dan Tradisi Timur. Penulis terkemuka abad dua puluh ini adalah seorang kontributor tetap jurnal Studi Perbandingan Agama bersama dengan anggota terkemuka lain dari traditionalist school.

Lukisan Iran sepanjang sejarah menonjolkan semangat, moralitas dan mistis dengan mengadopsi pemikiran filosofis dan irfan Iran. Inilah alasan mengapa para pakar seni semacam Burckhardt menilai lukisan Iran dipengaruhi oleh pemikiran Timur dan sepenuhnya berbeda dengan lukisan Barat. Lukisan Iran tidak mengungkap material, namun menonjolkan esensi spiritual. Seniman lukis Iran mengungkap kesetiaannya terhadap pemikiran spiritual dan nonmateri. Untuk itu, ajaran agama Islam memiliki kedudukan khusus dalam seni lukis Iran.

Lukisan Iran tidak menonjolkan adanya bayangan maupun perspektif. Panorama dekat diletakkan lebih rendah, dan pemandangan jauh berada di bagian atas lukisan. Selain itu wajah yang dilukis secara berhadap-hadapan langsung. Lukisan dihiasi oleh berbagai pepohonan yang merupakan kekhususan lukisan Iran. Kini, pertanyaan yang muncul adalah, apakah karakteristik Timur yang nampak dalam lukisan Iran-Islam hanya terbatas di Iran saja, ataukah menembus ke belahan dunia lain ?

Mencermati sejarah perkembangan seni dunia, terutama di Eropa, kita akan menemukan jejak seni Islam-Iran dalam berbagai karya seni Eropa dan para pelukis yang memanfaatkan prinsip estetika seni Islam-Iran. 

Salah satu aliran seni yang dipengaruhi karya seni Islam-Iran adalah Art Nouveu (Seni baru). Aliran seni ini merupakan sebuah gaya seni yang menerapkan prinsip seni-terutama seni dekoratif -yang mencapai puncak popularitas di penghujung pergantian abad 20. 

Seni baru merupakan reaksi terhadap seni akademis abad ke-19 yang ditandai dengan motif tanaman organik, khususnya bunga dan lainnya, serta sangat bergaya, mengalir dan bentuk lengkungan. Art Nouveu dipengaruhi oleh motif seni Timur terutama Iran yang nampak pada seni arsitektur, lukis dan grafis.

Salah satu seniman terkemuka seni baru yang dipengaruhi oleh seni Iran-Islam adalah Louis Comfort Tiffany. Seniman Amerika kelahiran 1848 ini adalah desainer yang bekerja di seni dekoratif dan terkenal karena karyanya dalam kaca patri. Tiffany merancang jendela kaca patri dan lampu, mosaik kaca, kaca ditiup, perhiasan keramik, enamel dan logam yang memanfatkan motif seni timur terutama, Iran-Islam. 

Seniman yang getol menyuarakan gerakan estetika ini sejak kecil mengenal dengan baik berbagai karya seni Timur, dan memberikan apresiasi yang besar dan berupaya meneliti karakteristik yang tersembunyi di balik tampilan berbagai karya seni Iran-Islam. Kunjungan Tiffany ke Timur Tengah menimbulkan kekagumannya yang mendalam terhadap seni Timur terutama seni Iran-Islam. Masjid-masjid Islam di Spanyol dan lukisan keramik dinding dan batu-batu bangunan bersejarah Iran serta permadani Persia yang dirajut para seniman Iran meerupakan sumber inspirasi bagi karya-karya seninya. Ia mengakui bahwa kaca patri Iran dengan desain yang menarik serta lukisan dekoratif di dinding-dinding bangunan Iran memberikan pengaruh signifikan dalam karya-karyanya.

Seniman Eropa lainnya yang mengakui dipengaruhi seni Iran-Islam adalah William Morris. Pria kelahiran Walthamstow, London timur ini adalah seorang desainer tekstil Inggris, seniman sekaligus penulis. Morris menyumbangkan kontribusi besar untuk perkembangan seni dunia sebagai seorang desainer pola untuk wallpaper dan tekstil, dengan memanfaatkan panorama alam. Ia juga merupakan penyumbang utama terhadap kebangkitan seni tekstil tradisional dan metode produksi. Pada 1861, Morris mendirikan perusahaan desain dalam kemitraan dengan artis Edward Burne-Jones, dan penyair dan seniman Dante Gabriel Rossetti yang sangat mempengaruhi dekorasi gereja dan rumah-rumah awal abad 20.

Morris melakukan riset mengenai berbagai karya seni seperti permadani, tekstil, keramik serta gerabah Iran. Seniman Inggris ini mengagumi berbagai karya seni tersebut. Menurut Morris, permadani Iran merupakan satu-satunya penutup lantai yang terbaik, karena sebuah permadani senantiasa menjadi perhatian manusia.

Pada tahun 1877 dalam sebuah surat kepada temannya menulis, "Kemarin, saya menyaksikan sebuah permadani Iran warisan periode Shah Abbas Safavi dan saya sangat mengaguminya. Hingga kini saya tidak pernah menyaksikan karya seni seperti itu."

Henri Matisse termasuk deretan seniman terkemuka Eropa yang dipengaruhi oleh seni Iran dalam berbagai karyanya. Bersama dengan Picasso dan Marcel Duchamp, Matisse dipandang sebagai salah satu dari tiga seniman yang membantu menentukan perkembangan revolusioner dalam seni plastik di awal dekade abad ke-20, yang berpengaruh signifikan bagi perkembangan seni lukis dan patung. Seniman Perancis ini menggunakan warna asli dan cerah serta garis yang sederhana mengambil inspirasi dari seni Timur terutama seni Iran. Matisse berkeyakinan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di angkasa, pepohonan dan bunga. Bahkan keindahan bisa ditemukan dalam diri manusia. Seniman terkemuka Eropa ini menilai pemikiran, kesederhanaan dan kejelasan merupakan tingkatan tertinggi dan karakteristik manusia yang nampak jelas menjelma dalam karyanya.

Pada tahun 1903, Seni dekoratif Paris menggelar pameran karya seni Iran yang mempertemukan Matisse dengan berbagai karya seni Iran-Islam. Kemudian, Matisse melakukan kajian terhadap permadani dan lukisan Iran. Matisse dalam sebuah wawancara mengungkapkan, "Inspirasi saya senantiasa berasal dari Timur. Saya menemukan yang selama ini saya kaji dalam sebuah pameran seni Islam. Seni Iran menunjukkan semua kemungkinan efeksi saya. Seni ini dengan segala dekorasinya, mempersembahkan sebuah seni patung sejati."

Kemudian, Matisse menyaksikan lukisan Iran yang membuatnya terkagum-kagum. Hingga akhir hayatnya, seniman Perancis ini memanfaatkan inspirasinya dari seni Iran-Islam dengan menghasilkan karya-karya yang memukau. (IRIB/PH/NA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar