Label

Jumat, 11 Desember 2015

Membedah Misteri Peristiwa Tabas



Tanggal 25 April 1980 merupakan hari yang sungguh memalukan bagi Amerika Serikat. Namun bagi bangsa Iran, hari itu merupakan hari kemenangan. Pada hari itulah, langit memberikan pelajaran penuh hikmah kepada Washington.

Kala itu pemerintah Amerika yang dipimpin oleh Jimmy Carter memerintahkan militer Amerika untuk menyerang Iran. Serangan ini dilakukan di pertengahan malam oleh pasukan elit Amerika yang diperlengkapi dengan berbagai persenjataan modern dengan didukung pesawat Hercules C-130 dan sejumlah helikopter.

Sekitar 90 pasukan komando yang ikut dalam operasi Eagle Claw ditugaskan untuk membebaskan para mata-mata Amerika yang ditahan di Teheran.

Mereka yang ditahan itu adalah para pegawai kedutaan Amerika di Teheran melakukan tugas rangkap sebagai mata-mata dan melakukan konspirasi anti revolusi dan rakyat Iran. Namun kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya sebagai Daneshjuyan-e Peiruvan-e Khatt-e Emam (Mahasiswa Pendukung Garis Imam Khomeini) pada tanggal 4 November 1979 menduduki kedutaan Amerika yang telah menjadi sarang mata-mata Amerika dan menahan para pegawainya.

Fakta-fakta dari kedutaan Amerika dengan baik menunjukkan bahwa tempat itu menjadi pusat operasi intelijen guna menumbangkan revolusi Iran.

Pasukan Amerika berbulan-bulan melakukan latihan keras guna membebaskan para agen Amerika yang ditahan di Teheran. Pertama mereka berlatih di Arizona dan setelah itu Mesir yang kondisi geografinya punya banyak kesamaan dengan daerah Tabas.

Dengan memperhatikan seriusnya latihan yang mereka lakukan dan persenjataan yang dimiliki oleh pasukan elit ini, mereka mulai melakukan aksinya dengan kepercayaan diri penuh. Hal itu ditambah lagi dengan anasir-anasir anti revolusi di Iran sendiri yang sejak awal telah menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dalam operasi Eagle Claw.

Dalam perjalanan menuju gurun Tabas di timur Iran, dua helikopter mengalami kerusakan teknis, namun operasi tetap dilanjutkan. Sejumlah helikopter dan pesawat mendarat di tempat yang telah ditentukan dan siap melakukan tahapan operasi berikutnya, bergerak menuju Teheran.

Namun Tabas menciptakan sebuah keajaiban. Kali ini kehendak Allah kembali menggagalkan kecerdikan para agresor. Saat tiba di sana, satu lagi dari helikopter Amerika mengalami kerusakan teknis yang berujung pada terhentinya operasi ini. Karena operasi rahasia ini membutuhkan sedikitnya enam helikopter, Presiden Jimmy Carter memutuskan untuk menghentikan operasi Eagle Claw dan memerintahkan agar semua pesawat dan helikopter segera kembali.

Saat Carter tengah berpikir mengenai kegagalan serangan Amerika ke Iran, tiba-tiba datang berita yang membuatnya semakin cemas keheranan. Pesawat dan helikopter Amerika yang akan tinggal landas dari gurun Tabas saling bertabrakan terhempas oleh badai pasir yang tiba-tiba muncul. Ledakan dahsyat pun terjadi dan delapan komando Amerika tewas, sementara mereka yang masih selamat dengan lari terbirit-birit dan ketakutan meninggalkan gurun Tabas dengan pesawat.

Zbigniew Brzezinski, Penasihat Keamanan Nasional Jimmy Carter sebagai pendukung utama operasi ini di Gedung Putih saat melihat reaksi Carter setelah mendengar berita itu mengatakan, "Saat mendengar berita itu, Carter menekuk tubuhnya seperti ular yang terluka dan dari wajahnya tampak khawatir."

Di sinilah kehendak Allah kembali menundukkan keinginan kekuatan-kekuatan sombong dan membuat mereka mencicipi pahitnya kegagalan dengan segala perlengkapan modern yang dimiliki.

Imam Khomeini ra menyebut agresi Amerika ke Iran itu sebagai kejahatan dan pelanggaran hukum internasional. Beliau berkata, "Mereka tiba di Tabas dan berpikir mampu menurunkan pasukannya. Dengan alasan ingin membebaskan para tawanan mereka ingin menghancurkan Iran. Namun Allah swt mengalahkan mereka hanya dengan mengirimkan debu dan angin."

Beliau menilai tawakkal kepada Allah dan keyakinan akan bantuan gaib merupakan senjata agung yang tidak mampu dipahami oleh negara-negara Barat. [IRIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar