Label

Selasa, 04 Maret 2014

Sinema dan Sejarah



Di tengah pesatnya gempuran pengaruh budaya pop terhadap kalangan anak muda jaman sekarang, sedikit sekali--kalau tidak mau dibilang tidak ada--anak muda yang tertarik dengan sejarah. Anak jaman sekarang lebih mengetahui tahun pembentukan boy band yang sedang populer, ketimbang tahun-tahun bersejarah di tanah kelahirannya. Inilah tugas berat yang harus dipikul oleh semua kalangan, mulai dari pemerintah, akademisi, praktisi, dan kalangan profesi. Karena seperti yang pendiri republik ini sampaikan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Bangsa yang menghargai perjuangan para pahlawannya. Semangat inilah yang sedang dibangun oleh Badan Perpustakaan Daerah Propinsi Banten yang bekerjasama dengan Kremov Picture, sebuah rumah produksi yang melahirkan film sejarah Ki Wasyid dengan latar belakang Geger Cilegon 1888. 

Senin (23/9/2013), bertempat di lantai dua, ruang audio visual, Perpustakaan Daerah Propinsi Banten, Jalan Pakupatan Serang, diskusi mengenai film Ki Wasyid digelar. Darwin Mahesa, sang sutradara film tersebut dihadirkan sebagai narasumber sekaligus penyaksi kebangkitan semangat kolektif untuk menghargai sejarah masa lalu di Banten. "Generasi muda Banten saat ini lupa sejarahnya sendiri, diharapkan dengan film ini mereka paham siapa Ki Wasyid," kata Darwin Mahesa. Sementara Sulaiman Djaya, budayawan dan penyair Banten mengatakan, peristiwa Geger Cilegon bukan hanya menceritakan soal pemberontakan, setidaknya ada dua sebab psikologis yang memicunya.

Pertama adalah peristiwa penembakan kerbau-kerbau Ki Wasyid. Kedua peristiwa seorang istri penguasa Belanda, van Goebl yang sedang sakit gigi mengeluh karena merasa terganggu oleh suara azan. "Lalu Van Goebl memaki muazin dan bertanya dengan bengis, apakah Tuhan kalian tuli sampai kalian harus berteriak-teriak memanggilnya?" kata Sulaiman Djaya. Berbeda dengan Darwin Mahesa dan Sulaiman Djaya, Farid Ibnu Wahid, salah seorang aktor Teater Studio Indonesia yang pernah menggarap isu yang sama dalam pertunjukan "Bicaralah Tanah" mengapresiasi karya film Darwin. Namun, Farid menyayangkan kedangkalan riset dalam film tersebut. Film Ki Wasyid akan ditayangkan di studio 21 Cilegon pada tanggal 25 september 2013 untuk undangan, dan umum bisa menyaksikan pada tanggal 28 September 2013. Sejarah baru memang harus dibangun lewat sejarah-sejarah sebelumnya. Semoga bangsa ini menjadi besar oleh generasi yang menghargai sejarah....(Rus). Sumber: http://www.bantenhits.com/wisata-budaya/2385-film-ki-wasyid-dan-kebangkitan-menghargai-sejarah.html 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar