Label

Sabtu, 02 Agustus 2014

Epos Malik Ashtar


Paska terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, beberapa orang berambisi menjadi khalifah. Thalhah dan Zubair adalah dua orang diantaranya. Mereka pergi ke Makkah untuk mendesak Aisyah, putri Abu Bakar, untuk mengadakan pemberontakan guna melawan Imam Ali. Marwan mengambil keuntungan dari keadaan itu. Ia mulai menggunakan uang kaum Muslim yang ia curi, untuk membentuk pasukan besar. Ia mengumumkan bahwa ia akan membalas dendam pada para pembunuh Utsman bin Affan. Pasukan itu menuju Basrah. Mereka tumbangkan gubernur di daerah itu dan mengusirnya. Mereka pun merampok Baitul Mal (perbendaharaan harta kaum Muslim). Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah menghadapi pemberontak dengan gigih. Beliau menuju Basrah untuk meminta rakyat di sana berjuang melawan pemberontak itu. Beliau juga mengutus Al Hasan dan Ammar bin Yasir ke Kufah, meminta rakyat di sana untuk bergabung melawan pemberontak. Namun gubernur Kufah, Abu Musa al Asy'ari, justru mencegah rakyat untuk berjuang dan juga memerintahkan rakyat untuk tidak mematuhi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.

Hari-hari berlalu, tetapi Al Hasan dan Ammar bin Yasir belum kembali. Sehingga, Imam Ali kemudian mengirim Malik Asytar untuk menyusul mereka berdua. Malik Asythar adalah seorang pemberani dan bersemangat tinggi. Ia menyadari bahwa orang-orang Kufah akan selalu mendukung Imam Ali melawan musuh-musuh beliau. Dan ia mengerti bahwa Abu Musa lah yang menghalangi mereka. Malik Asytar tiba di Kufah dan mulai mengundang rakyat untuk mengikutinya. Sejumlah orang menaatinya. Sehingga ia mulai menyerang istana Gubernur dan membubarkan para pengawal yang ada di sana. Saat itu, Gubernur Abu Musa al Asy'ari meminta Malik Asytar untuk memberikan waktu beberapa hari baginya untuk meninggalkan Kufah. Malik menyetujuinya. Pada hari yang sama, Malik al Asytar bergegas menuju masjid untuk mendorong rakyat agar mendukung Imam Ali. Sehingga akhirnya Malik dapat membentuk pasukan besar. Pasukan itu berjumlah lebih dari 18 ribu orang. Al Hasan memimpin sembilan ribu orang. Mereka bergerak lewat darat. Dan sebagian yang lain bergerak lewat sungai. Tujuannya adalah untuk bergabung dengan pasukan Imam Ali di Dziqar, bagian selatan Irak.

Imam Ali memimpin pasukan bergerak menuju Basrah, di mana beliau berhadapan dengan pasukan Aisyah. Pemimpin pasukan Aisyah adalah Thalhah, Zubair, dan Marwan bin Hakam. Malik al Asythar memimpin di sayap kanan. Ammar bin Yasir memimpin di sayap kiri. Imam Ali memimpin di tengah pasukan. Dan Muhammad Ibnu al Hanafiah, anak Imam Ali, membawa bendera. Pasukan Aisyah mulai menyerang pasukan Imam Ali. Mereka menghujani pasukan Imam Ali dengan panah. Sehingga beberapa pasukan terbunuh dan sebagian lainnya terluka. Pasukan Imam Ali ingin mundur satu per satu. Tetapi Imam Ali menghentikan mereka dan berkata, "Siapa yang mau mengambil Alquran ini dan pergi ke mereka untuk menyerukan mereka agar kembali kepadanya?” Seorang pemuda berkata, "Amirul Mukminin, aku akan membawanya." Lalu ia memimpin pasukan penunggang unta dengan mengangkat Alquran. Dan Aisyah pun berteriak, "Panah dia!" Segera pasukan panah menyerangnya. Ia pun jatuh ke tanah dan menjadi syahid. Saat itu, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengangkat tangannya ke langit. Beliau berdoa pada Allah SWT agar memberikan kemenangan. Kemudian beliau pun berkata, "Ya Allah, mata ini memandang-Mu! Dan tangan-tangan ini mengulur (pada-Mu)! Tuhanku, hakimilah umat kami dan kami dengan keadilan! Dan Engkau adalah sebaik-baiknya hakim!" Kemudian Imam memerintahkan pasukannya untuk melancarkan serangan. Malik al Asytar pun maju. Ia bertempur dengan gagah berani. Pertempuran sengit terjadi di sekitar riuhnya unta.

Imam Ali  menyadari bahwa dengan membunuh unta ia dapat mengakhiri pertumpahan darah, itu akan mengakhiri pertempuran antara dua pasukan tersebut. Sehingga atas perintah Imam Ali, Malik al Asytar segera melancarkan serangan ke arah unta. Ia bertempur dengan gagah berani dan jujur. Ia tidak membunuh mereka yang terluka. Ia tidak memburu mereka yang melarikan diri. Malik al Asytar meneladani Imam Ali. Ia mencintai Khalifah Rasulullah Saw itu. Imam juga mencintai Malik, karena ia orang yang takut pada Allah. Dan Allah mencintai siapa pun yang takut pada-Nya.

Kemenangan

Setelah pertempuran sengit, pasukan Imam Ali membunuh unta-unta. Sehingga pasukan musuh menjadi lemah semangatnya dan mulai melarikan diri dari medan tempur. Imam Ali memerintahkan pasukannya untuk menghentikan perang. Dan beliau juga memerintahkan pasukannya untuk memperlakukan Aisyah dengan baik dan membawanya kembali ke Madinah. Imam Ali membebaskan tawanan perang. Imam Ali pun memerintahkan untuk merawat mereka yang terluka. Dan Imam Ali membebaskan mereka semua.

Di Kufah

Setelah beberapa hari tinggal di Basrah, Imam Ali pergi menuju Kufah. Dalam peperangan, Malik al Asytar bertempur dengan berani layaknya singa. Sehingga musuh-musuh takut padanya. Tetapi pada kesehariannya, ia adalah lelaki miskin. Ia mengenakan pakaian sederhana. Ia berjalan dengan rendah hati. Oleh karena itu, kebanyakan orang tidak mengenalnya. Suatu hari, Malik al Asytar berjalan di jalanan, dan ada seorang bodoh sedang makan beberapa butir kurma dan melemparkan biji-bijinya. Malik al Asytar melewati orang bodoh itu. Si bodoh itu lalu melemparkan biji kurma ke arah Malik. Biji kurma itu mengenai punggung Malik. Orang bodoh itu pun menertawainya. Seorang laki-laki melihat kelakuan orang bodoh itu. Ia lalu berkata padanya, "Apa yang kau lakukan? Tahukah kau siapa laki-laki itu?" Orang bodoh itu menjawab," Tidak! Siapa dia?" Orang itu berkata," Ia adalah Malik al Asytar!" Malik melanjutkan perjalanannya. Ia tidak memedulikan orang bodoh itu. Ia ingat bagaimana orang-orang musyrik memperlakukan Nabi Muhammad Saw dengan buruk di Makkah. Mereka melempari Nabi Saw dengan debu dan kotoran, tetapi Nabi Saw tetap diam. Malik pun masuk ke dalam masjid, dan ia mulai memohon kepada Allah SWT. Laki-laki bodoh tadi segera berlari. Ia masuk ke dalam masjid, lalu memeluk Malik seraya meminta maaf dan berkata, "Aku meminta maaf atas kelakuan burukku tadi! Terimalah permintaan maafku ini." Malik pun menjawab dengan tersenyum, "saudaraku, jangan khawatir. Demi Allah, aku masuk ke masjid ini untuk memohon kepada Allah agar Ia memaafkanmu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar