Label

Kamis, 14 Agustus 2014

Proyek Balkanisasi Amerika Dengan Target Indonesia


Agenda Pentagon untuk Indonesia, bersinergi dengan program gerakan Pan Salafi (ISIS).

Setelah Afghanistan, Irak, Libya, Suriah dan Mesir, kini Indonesia masuk pada fase aktif operasi Devide at Impera (Balkanisasi) yang dijalankan oleh poros Barat secara terukur;

25 January 2014, Agenda Pentagon untuk Indonesia.

Dalam buku ‘Tangan-Tangan Amerika (Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia)’, terbitan Global Future Institute pada 2010, bahwa dalam skema yang dirancang Pentagon melalui rekomendasi studi Rand Corporation, Indonesia harus dibagi menjadi 8 wilayah (menjadi 7 setelah Timor-Timur sudah berhasil dilepaskan).


Ini jelas tidak main-main mengingat kenyataan bahwa Rand Corporation merupakan sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika yang melayani kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon).

Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara baru sebagai hasil pemisahan diri beberapa wilayah dari NKRI, dan salah satunya adalah; Aceh.


Senin, 11 Agustus 2014, Agenda gerakan Pan Salafi (ISIS, Islamic State).

Penelusuran Serambi, gerakan ISIS di Aceh bersifat under ground (bawah tanah). Dengan selain aktif membaiat para anggota, jaringan ISIS (Islamic State) itu juga berusaha memperluas pengaruhnya dengan merekrut simpatisan maupun anggota di berbagai wilayah Aceh.

Sumber Serambi bernama Abu Jundullah yang menjabat sebagai Juru Bicara ISIS Perwakilan Aceh, dalam sebuah wawancara khusus dengan Serambi, Minggu 3 Agustus 2014 mengatakan, ISIS di Aceh sudah dibentuk sejak 1 Januari 2014 sebagai perwakilan ISIS di Irak dan Suriah.

“Seluruh anggota ISIS di Aceh tidak ada yang dari luar Aceh, karena Gerakan Pan Salafi di Aceh adalah Mandiri, alias tidak tunduk pada ISIS Indonesia pimpinan Abu Muhammad Al-Indonesia.

Lanjutnya, ISIS Aceh berupaya memperluas jaringannya hingga ke tingkat desa, dan “Target kami adalah, sebelum tahun 2015, seluruh Aceh sudah terbentuk jaringan ISIS,” katanya.


02 Agustus 2014, kamp pelatihan militer

Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, Sidney Jones, kamp pelatihan militer untuk gerakan berada di Jantho, Aceh.

Awalnya, para pendiri kamp pelatihan militer di Aceh adalah pendukung Ayman al-Zawahiri.



Jika Indonesia untuk kedepan bergerak kearah kemandirian Ekonomi, Politik dan Militer dari hagemoni AS, maka, pertanyaan yang tersisa adalah; “Mau Terong (tunduk kepada agenda Re-Balanching AS untuk kawasan Asia-Pasifik), atau berani terima Pentungan (lepasnya Aceh ke tangan American Proxy via pemberontakan ISIS)?.” 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar