Label

Selasa, 10 Februari 2015

Enam Angka yang Membentuk Alam Semesta



1.    N

N = 1,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000,000. Angka ini mewakili jumlah electrical force yang menyatukan atom-atom dibagi force of gravity di antara mereka (misalnya, electrical force antara dua proton di bagi force of gravity antara mereka). Jumlah kekuatan gravitasi ini sangat kecil jika dibandingkan dengan electrical force. Tapi, jika energy gravitasi sedikit lebih besar, maka hanya alam semesta mini dengan umur pendek saja yang akan ada; tidak ada makhluk hidup yang akan bisa tumbuh lebih besar daripada serangga, dan tidak akan ada waktu untuk evolusi biologis. Jika energy gravitasi kurang sedikit saja maka kehidupan juga akan sulit, karena planet tidak akan memiliki cukup gravitasi untuk menahan gas atmosphere di permukaannya.

2.    ε

ε (nuclear fusion efficiency) yang memiliki nilai 0.007, menentukan seberapa kuat inti atom (atomic nucliei) bersatu dan bagaimana semua atom di planet bumi terbentuk. Angka ini mengontrol energy fusi nuklir di matahari dimana bintang mentransformasi atom hydrogen menjadi semua atom di periodic table yang kita ketahui melalui reaksi fusi nuklir. Jika angkaε adalah 0.006 atau 0.008, maka kita tidak akan pernah ada, karena atom-atom berat yang menjadi building blocks kehidupan seperti carbon, oxygen, besi, uranium, dll tidak akan bisa terbentuk.

3.    Ω

Ω = 0.3. Angka kosmik Ω (Omega) mengukur jumlah materi di alam semesta – galaksi, gas, dan dark matter. Omega menjelaskan pentingnya gravitasi dan penyebaran energy di alam semesta. Jika rasio ini terlalu tinggi, alam semesta akan collaps (menyusut sebelum terbentuk). Jika terlalu rendah, galaksi dan bintang tidak akan pernah terbentuk. (karena tidak cukup materi untuk membentuk galaksi dan bintang-bintang)

4.    λ

λ = 0.7. Lambda (λ) adalah kosmik antigravity atau dark energy, yang mengontrol kecepatan pengembangan alam semesta, energy ini adalah energy terbesar yang menyusun alam semesta, 70 % dari alam semesta kita terdiri dari dark energy. Energy inilah yang menyebabkan kecepatan pengembangan alam semesta terus menerus meningkat. Jika jumlah dark energy ini sedikit lebih kecil maka alam semesta akan collaps dalam gravitasinya, jika lebih besar, maka galaksi tidak akan pernah terbentuk karena materi pembentuknya di robek oleh cosmic anti gravity atau dark energy ini. Ini memberikan indikasi bahwa alam semesta akan berakhir pada big-rip, dimana semua materi akan di robek oleh dark energy ini, hanya menyisakan sub-atomic particles.

5.    Q

Setelah Big-bang, materi tersebar secara acak, dimana area yang lebih padat memiliki gravitasi yang lebih besar dan membentuk bintang dan galaksi. Ukuran kekuatan ikatan antara materi penysun galaksi untuk membentuk clusters (bintang, galaksi, dan clusters of galaxies) di namakan Q = jumlah energy yang proporsional dengan energy yang akan memecah dan memisahkan clusters. Jika Q sedikit lebih kecil, alam semesta tidak akan pernah membentuk struktur kompleks, jika lebih besar, alam semesta akan menjadi tempat yang kacau, tidak akan ada bintang dan tata surya, alam semesta akan di dominasi oleh black hole.

6.    D

Jumlah dimensi alam semesta, yaitu 3, di tambah 1 dimensi waktu. jika 2 atau 4 maka alam semesta dan kita tidak akan bisa terbentuk. Karena jumlah dimensi ini berpengaruh pada kekuatan gravitasi dan electromagnetism yang mengikuti Inverse Square Law yang hanya dapat bekerja dalam 3 dimensi ruang.

Ada tiga kemungkinan penyebab fenomena ini:

Alam semesta memang demikian adanya. We don’t know why.

Tuhan menciptakan alam semesta dengan value demikian. Dialah yang mem-fine-tuned alam semesta agar memungkinkan munculnya kehidupan.

Alam semesta kita hanya satu dari banyak alam semesta – alam semesta lain, dimana masing - masing alam semesta mamilki value yang berbeda sehingga memiliki hukum fisika dan bentuk yang berbeda dan, kita berada pada alam semesta yang memiliki value yang mendukung terbentuknya galaksi dan evolusi kehidupan, karena itulah kita menemukan diri kita di sini.

Ketika di hadapkan dengan fakta seperti ini, orang cenderung mengatakan alam semesta ini pasti di ciptakan special untuk kita (manusia) karena itulah semua hukum alam pas untuk mendukung keberadaan manusia (fine tuned). Sejak ribuan tahun yang lalu, manusia cenderung menarik kesimpulan yang egocentric (berpusat pada manusia) dan ternyata selalu salah, ini sudah di patahkan oleh Galileo yang menendang bumi dari pusat alam semesta dan Darwin yang menendang manusia dari posisi special di antara semua makhluk hidup. Sekarang, melihat value dari energy dan materi yang membangun alam semesta yang di katakana fine tuned (pas) untuk mendukung makhluk hidup – Sebetulnya ini kesimpulan yang kurang tepat, karena di sebagian besar bumi dan alam semesta, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan, planet kita saja 70% tertutupi air. Jadi sebaliknya, bukan alam semesta yang fine tuned untuk kita, tapi kitalah yang fine tuned untuk alam semesta. Kita tidak boleh merasa special, alam semesta kita mungkin hanya satu dari alam semesta-alam semesta lain yang tak terhitung jumlahnya, dimana masing-masing alam semesta tersebut memiliki value yang berbeda. Jika nenek moyang kita berfikir bahwa bumi dan manusia adalah pusat alam semesta, sekarang itu sudah terbantahkan. Bumi hanyalah satu dari planet-planet yang tak terhitung banyaknya, manusia juga hanya makhluk hidup biasa, tidak lebih special di banding semua makhluk hidup lainnya. Sekarang, sains menuntun kita pada penemuan bahwa alam semesta kita hanyalah satu dari alam semesta-alam semesta lain yang tak terhitung jumlahnya (Multiverse). Ilmuan masih belum tahu pasti bagaimana Multiverse ini terbentuk, ini merupakan misteri yang perlu di teliti lebih lanjut.



Rujukan: Just Six Numbers – The Deep Forces That Shape The Universe By Sir Martin Rees (2000).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar