Label

Jumat, 27 Februari 2015

Tulisan Lebih Penting


Tulisan di bawah ini merupakan kutipan dari buku "Menghibur Diri sampai Mati: Mewaspadai Media Televisi" karya Neil Postman, edisi Indonesia, yang diterbitkan pada tahun 1995 oleh Pustaka Sinar Harapan, halaman 32-33.

Kasus di bawah ini memuat pembahasan luar biasa mengenai bentuk penuturan kebenaran yang dianggap pantas. Seorang kandidat doktor mencantumkan catatan kaki dalam tesisnya: “Dituturkan kepada penulis di Hotel Roosevelt pada tanggal 18 Januari, 1981 disaksikan oleh Arthur Lingeman dan Jerrold Gros.”

Kutipan ini menarik perhatian empat dari lima penguji lisan, yang semua berpendapat bahwa kutipan wawancara tersebut tidak dapat diterima dan harus segera diganti dengan kutipan dari buku maupun artikel. “Anda ‘kan bukan wartawan,” kata salah satu guru besar. “Anda harusnya bertindak sebagaimana layaknya seorang akademisi.”

Mungkin karena si kandidat merasa tidak mungkin menemukan kutipan tertulis untuk menggantikan fakta yang didapatnya secara lisan tersebut, ia mencoba membela diri dengan mengandalkan para saksi yang sanggup dimintai keterangan mengenai percakapan yang dikutip tersebut. Kandidat ini malah terus berargumentasi bahwa ada lebih dari 300 kutipan dari sumber tertulis di dalam tesisnya itu, dan rasanya tidak mungkinlah semua kutipan itu akan diperiksa satu persatu oleh para penguji.

Singkatnya, ia mempertanyakan, mengapa Anda sekalian percaya saja pada kutipan dari sumber tertulis tapi tidak percaya pada kutipan dari sumber lisan?

Jawaban yang didapatnya adalah sebagai berikut: Anda salah besar bila mengira kebenaran suatu gagasan sama sekali tidak berhubungan dengan bentuk penyampaian gagasan tersebut. Di dunia akademis, kata-kata yang dicetak mempunyai kedudukan dan otentisitas lebih tinggi daripada kata-kata yang diucapkan. Apa yang dikatakan seseorang diasumsikan sebagai sesuatu yang diucapkan secara tidak resmi dibandingkan dengan kata-kata yang ditulisnya. Kata yang tertulis dianggap telah “lulus uji,” telah dipikirkan secara seksama, dikoreksi berulangkali oleh sang penulis, dan dikajiulang oleh para editor dan pihak dengan latarbelakang yang pantas untuk mengujinya. Lebih mudah membenarkan maupun membantahnya, juga tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya adalah impersonal dan obyektif, sehingga tanpa ragu-ragu Anda menyebut diri sebagai “penulis” atau “penyidik,” dan bukan menyebut nama Anda. Dengan demikian kata-kata yang tertulis tidaklah ditujukan pada seseorang, namun kepada seluruh dunia. Usianya akan jauh lebih panjang, sementara kata-kata yang diucapkan akan menghilang segera setelah selesai dituturkan. Tulisan dianggap lebih dekat pada kebenaran daripada pengucapan. Lebih lanjut lagi, kami yakin bahwa Anda lebih suka bila kami memberikan suatu naskah tertulis yang menyatakan bahwa Anda telah lulus ujian ini (bila Anda memang lulus nanti), daripada suatu pernyataan lisan. Dokumen tertulis tanda lulus ujian dari kami melambangkan “kebenaran,” sementara pernyataan lisan tersebut hanya akan dianggap sebagai desas-desus.

Sang kandidat segera menghentikan perdebatan ini dan segera menyatakan kesediaannya untuk mengadakan perubahan sebagaimana yang diinginkan oleh tim pengujinya. Ia juga menyatakan bahwa ia lebih suka menerima pernyataan tertulis yang memproklamirkan keberhasilannya bila ia lulus ujian ini. Pada akhirnya memang ia lulus, dan ijazah pun segera diterbitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar