Label

Senin, 16 Desember 2013

Imam Ali dan Kumayl ibn Ziyad




Kumail bin Ziyad berkata: Ali bin Abi Thalib pernah menarik tanganku dan mengajakku ke sisi sebuah jaban (tanah datar di ketinggian yang subur). Setelah kami muncul di padang sahara ia duduk dan menarik nafas, lantas berkata:

Wahai Kumail bin Ziyad!!!

Hati ibarat kantong, maka yang paling baik adalah yang paling bisa menjaga ingatan. Ingat-ingatlah apa yang saya katakan kepadamu, manusia itu ada 3 macam:

Pertama adalah ulama Robbani

Kedua adalah orang yang berjalan di atas jalan keselamatan, dan

Ketiga adalah manusia liar yang tidak mengenal aturan, yang mengikuti setiap penyeru terhempas ke mana arah angin bertiup, tidak diterangi oleh cahaya ilmu serta tidak bersandar pada tiang yang kokoh.

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta engkaulah yang menjaganya. Ilmu itu berkembang jika diamalkan sedangkan harta menjadi berkurang jika dibelanjakan. Kecintaan kepada ulama merupakan bagian dari agama yang harus dilaksanakan.

Dengan ilmu menjadikan pemiliknya menjalankan ketaatan selama hidupnya, dan mejadikannya buah bibir setelah kematiannya, sedangkan harta akan hilang beserta kematiannya.

Para penumpuk harta telah mati semasa mereka hidup, sedangkan para ulama tetap hidup sepanjang zaman. Diri mereka telah wafat akan tetapi karya baik mereka senantiasa terpatri dalam hati.

Sesungguhnya saya di sini (beliau menunjuk ke arah dadanya) ada ilmu, jika saya benar ada beberapa tipe orang yang berilmu:

Ada orang yang laqin, tetapi tidak bisa dipercaya memegang amanat. Ia memakai alat agama untuk dunia. Ia menggunakan hujjah-hujjah Allah untuk menolak kitab-Nya dan menggunakan nikmat-Nya untuk menyombongkan diri kepada hamba-hamba-Nya.

Adapula orang yang mengikuti pelaku kebenaran tetapi ia tidak mempunyai ilmu mengenainya untuk melestarikan kehidupannya. Keraguan akan muncul di hatinya begitu syubhat pertama menghalanginya. Ini tidak dan itu pun bukan. Ia tidak mengerti di manakah kebenaran. Jika ia berkata ia salah, dan jika bersalah ia tidak mengetahui. Ia merindukan sesuatu yang ia tidak mengetahui hakikatnya. Ia merupakan ujian bagi sebagian orang yang diuji dengannya.

Yang benar-benar baik adalah siapa yang telah dikenalkan oleh Allah kepada agama-Nya. Cukuplah seorang itu dikatakan bodoh jika tidak mengenal agamanya, rakus dengan kenikmatan dan mudah dikendalikan oleh hawa nafsu atau terpikat untuk menyimpan dan mengumpulkan harta. Keduanya tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mendakwahkan agama dan lebih mirip dengan binatang ternak.

Demikian pula, ilmu itu mati dengan kematian para ulama.

Benar, ya Allah, tidak ada bumi kosong dari orang yang menegakkan hujjah-hujjah Allah dan keterangan-keterangan itu tidak dibantah, merekalah orang-orang yang secara jumlah sedikit, tetapi nilai mereka di hadapan Allah sangatlah besar. Dengan mereka Allah membela hujjah-hujjah-Nya sehingga mereka menyampaikan kepada orang-orang yang semisal dengannya dan menanamkan di hati orang-orang yang semisal dengannya. Ilmu telah membukakan hakekat perkara kepada mereka, sehingga merasa mudah dengan apa yang dianggap sukar oleh orang-orang yang melampui batas dan menyukai apa yang dibenci oleh orang-orang yang bodoh. Yakni orang yang bersahabat dengan dunia dengan jasad yang ruhnya terikat dengan pemandangan yang paling tinggi. Mereka para ulama penegak hujjah itulah para khalifah Allah dierinya dan para da’i yang mendakwahkan agama-Nya.

Betapa rinduku untuk melihat mereka. Aku memohon kepada Allah untuk diriku dan dirimu. Jika kamu ingin berdirilah.

Sumber: Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliya’ (I:79-80). Melaluinya al-Khatib al-Baghdadi mengeluarkan dalam al-Faqih wal Mutafaqih (I:49-50). 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar