Label

Minggu, 06 Desember 2015

Ketika Komandan Beruang Selalu Menang



(Suriah: Putin-1, Obama-0. Krimea: Putin-1, Obama-0. Ukraina: Putin-1, Obama-0. Saluran Pipa: Putin-2, Obama-0. Forbes: Putin-2, Obama-0)

Berbekal pengalamannya di KGB, Vladimir Putin memahami cara Amerika Serikat bekerja. Modus operandi Amerika adalah mengorganisasikan kudeta, pemberontakan, dan revolusi tandingan di negara-negara tempat pemimpin nasionalis berkuasa. Iran, Chili, Ekuador, Venezuela, Panama, dan Ukraina adalah beberapa contoh klasik.

Dalam “Confessions of an Economic Hitman”, John Perkins menuliskan bagaimana ia dan ‘hitman’ lain dikirim ke negara berkembang sebagai konsultan untuk menyuap atau memaksa diplomat, ekonom, dan politisi demi memenangkan tawaran Amerika Serikat. Mereka kerap berhasil, tetapi jika gagal, CIA akan menerjunkan para ‘serigala’—pembunuh terlatih profesional yang akan merekayasa kematian orang-orang yang menghalangi dominasi mutlak Amerika.

Satu-dua pukulan oleh para economic hitman dan pembunuh bayaran ini sangat efektif untuk melumpuhkan negara lain, sehingga Amerika Serikat jarang menggunakan cara lain. Hanya di Irak dan Libya Amerika terpaksa menggunakan kekuatan militer demi tujuan ekonominya.

Putin tahu AS pernah mencoba pendekatan serupa di Rusia. Sebagai mantan jenderal KGB di Jerman Timur, ia tahu para pembunuh bayaran selalu mengintai dirinya.

Perang di Ukraina jelas sebuah dalih untuk menarik Rusia agar masuk dalam konfrontasi militer langsung dengan angkatan bersenjata Ukraina, untuk menciptakan perang regional di Eropa.

Tanggapan Rusia bercabang dua. Pertama, Rusia menolak melakukan baku tembak dengan preman-preman Ukraina dan hal tersebut membuat Amerika frustrasi. Washington hanya bisa diam terkait Ukraina, dan hal itu secara brilian disebut seorang jenderal Tiongkok sebagai gejala “disfungsi ereksi” strategi Amerika.

Kedua, Putin menggunakan strategi asimetris untuk menghentikan—dan akhirnya meruntuhkan—kekuasaan Amerika. Tujuan utamanya adalah menggempur jantung kekuatan Amerika—dolar. Rusia—dengan dukungan BRICS—mulai beralih dari perdagangan dolar, langkah yang akan berdampak besar pada ekonomi Amerika yang nyaris tidak bertumbuh.

Menurut portal keuangan Zero Hedge, “Tindakan balasan Glazyev secara khusus menyasar kekuatan utama mesin perang AS, yaitu mesin cetak Bank Sentral. Penasihat Putin mengusulkan pembentukan ‘aliansi antidolar’ beranggotakan negara-negara yang mau dan mampu meninggalkan dolar dalam perdagangan internasional mereka. Anggota aliansi juga akan berhenti menyimpan cadangan mata uang dalam instrumen bersatuan dolar. Koalisi antidolar akan menjadi langkah pertama untuk pembentukan koalisi antiperang yang dapat turut menghentikan agresi AS.”

Situs tersebut juga menuliskan bahwa melihat upaya baru-baru ini yang dilakukan oleh para pemimpin bisnis Jerman, Prancis, Italia, dan Austria untuk menghentikan sanksi terhadap Rusia, penilaian penasihat Putin terbukti benar. “Hal yang agak mengejutkan bagi Washington ialah perang demi Ukraina mungkin akan segera menjadi perang demi kemerdekaan Eropa dari AS dan perang melawan dolar.”

Semua langkah Putin di papan catur geopolitik ini terbilang tepat, namun lawan-lawannya tak akan hanya duduk manis melihat kekuasaannya runtuh. Saat ini, nilai rubel terhadap dolar Amerika anjlok drastis, bahkan setelah harga minyak ditekan habis-habisan oleh Saudi—yang kemungkinan besar atas permintaan tuan-tuan Amerika mereka. Amerika tak akan berhenti berusaha menumbangkan Rusia karena Rusia adalah satu-satunya negara yang menghalangi Amerika Serikat untuk mendominasi dunia.

Akan tetapi, Putin adalah pejudo yang tahu cara menggunakan tenaga musuh untuk mengalahkannya sendiri. Bagaimanapun, yang perlu ia lakukan adalah mencegah kaum barbar di sana memasuki gerbang. Bantuan telah datang dari Timur dan kekalahan pasukan yang dipimpin Amerika hanyalah soal waktu. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar