Label

Senin, 15 September 2014

Nabi Muhammad saw Peletak Fondasi Syi’ah


Oleh Syaikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki

Orang yang pertama memberikan nama Syi’ah kepada para pengikut Amirul Mukminin ‘Ali As adalah Rasulullah Saw dan ia pula sebagai peletak dasar batu fondasinya serta penanam benihnya, sedangkan orang yang mengukuhkannya adalah Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib As. Semenjak saat itu, para pengikut ‘Ali dikenal sebagai Syi’ah ‘Ali bin Abi Thalib. Ibn Khaldun berkata di dalam Muqaddimah-nya, “Ketahuilah! Sesungguhnya Syi’ah secara bahasa artinya adalah sahabat dan pengikut. Dan di dalam istilah para fuqaha dan ahli kalam, dari kalangan salaf dan khalaf, sebutan Syi’ah ditujukan kepada para pengikut ‘Ali dan anak keturunannya.”[1]

Dan di dalam Khuthathu Syâm, karya Muhammad Kurd ‘Ali, cukuplah sebagai hujjah tentang penamaan istilah Syi’ah. Ia secara tegas berkata bahwa Syi’ah adalah sekelompok dari golongan sahabat Rasulullah Saw yang dikenal sebagai Syi’ah ‘Ali. Muhammad Kurd’ Ali berkata, “Adapun sebagian penulis yang berpandangan bahwa mazhab Tasyayyu’ (Syi’ah) adalah ciptaan ‘Abdullah bin Saba’, yang dikenal dengan Ibn As-Sauda’, maka itu merupakan khayalan belaka dan sedikitnya pengetahuan mereka tentang mazhab Syi’ah.”[2]

Inilah kesaksian Muhammad Kurd’ Ali, padahal ia dikenal bukan sebagai seorang Syi’ ah, bahkan termasuk orang yang mendiskreditkan Syi’ah. Sesungguhnya hadis-hadis Nabi Saw. menguatkan apa yang telah kami sebutkan, baik yang diriwayatkan melalui jalur ulama-ulama kenamaan Ahlus Sunnah apalagi yang diriwayatkan melalui jalur Syi’ah. Hadis-hadis yang ada mencapai batas mutawatir. Berikut ini kami sampaikan beberapa hadis tersebut yang diriwayatkan melalui jalur riwayat Ahlus Sunnah, sebagai penjelasan dan penyempurnaan di dalam hujjah kami.

Ibn Hajar al-Haitsami meriwayatkan di dalam kitabnya ash­Shawâ’iqul Muhriqah dari Ibn ‘Abbas sesungguhnya ia berkata, ketika Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.” (Qs. al-Bayyinah [98]:7) Rasulullah Saw bersabda kepada ‘Ali, “Mereka itu adalah engkau dan Syi ‘ahmu. Engkau dan Syi’ahmu akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan ridha kepada Allah dan Allah pun ridha kepada mereka. Adapun musuhmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan dimurkai (oleh Allah) dan tertengadah (tangan mereka diangkat ke dagu).”[3] ‘Ali berkata, ‘Siapakah musuhku?’ Rasulullah Saw. bersabda, “Yaitu orang yang berlepas diri darimu dan melaknatmu.”[4]

Al-Hakim meriwayatkan di dalam kitabnya dengan sanadnya dari ‘Ali bahwa ia berkata; “Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, “Wahai ‘Ali, bukankah engkau mendengar firman Allah Swt, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.” (Qs. al-Bayyinah [98]:7) Mereka itu adalah Syi’ahmu.[5]

Al-Hamuyini asy-Syafi’i meriwayatkan dalam “Farâ’idus Simthain” dengan sanadnya dari Jabir, ia berkata, “Kami pemah berkumpul di rumah Nabi Saw, lalu ‘Ali datang, kemudian ia bersabda, “Telah datang kepada kalian saudaraku.” kemudian ia bersabda, “Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya orang ini (‘Ali) dan Syi’ahnya adalah orang-orang yang beruntung kelak pada hari kiamat. Sesungguhnya ia (‘Ali) adalah orang yang pertama kali di antara kalian yang beriman kepadaku, orang yang paling menepati janjinya dengan Allah. orang yang paling lurus dalam melaksanakan perintah Allah, orang yang paling berlaku adil di dalam memperlakukan rakyatnya, orang yang paling adil di dalam pembagian, dan orang yang paling agung di antara kalian di sisi Allah di dalam hal kemuliaan.”[6]

Kemudian Jabir berkata, “Dan ayat ini diturunkan berkenaan dengannya (yakni dengan ‘Ali), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Qs. al-Bayyinah [98]:7) Dahulu, kata Jiibir lebih lanjut, para sahabat Muhammad Saw jika ‘Ali datang, maka mereka biasa mengucapkan, “Telah datang sebaik-baik makhluk.” Hadis semisal ini juga diriwayatkan oleh al-Khawarizimi al­Hanafi di dalam Manâqib-nya dari Jabir Ra dari Rasulullah Saw. Al-Khawarizmi juga meriwayatkan dalam Manâqib-nya dari al-Manshur ad-Dawaniqi dalam sebuah hadis yang panjang, di antaranya ia bersabda, “Dan sesungguhnya ‘Ali dan Syi’ahnya kelak pada hari kiamat adalah orang-orang yang beruntung dengan masuk ke dalam surga.

Ia juga meriwayatkan di dalam kitabnya sarna dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, “Wahai ‘Ali, sesungguhnya Allah telah mengampunimu, keluargamu. Syi’ahmu, dan para pecinta Syi’ahmu. Ia juga meriwayatkan dalam kitabnya yang sama dari Nabi Saw bahwa ia bersabda tentang keutamaan ‘Ali, “Sesungguhnya ia (‘Ali) adalah orang yang paling pandai di antara manusia, orang yang paling dahulu masuk Islam. dan sesungguhnya ia dan Syi’ahnya adalah orang-orang yang beruntung besok pada hari kiamat.”

Ia juga meriwayatkan di dalam Manâqib-nya,[7] ia berkata, ‘an-Nashir lil Haqq meriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa ketika ‘Ali maju menghadap Rasulullah Saw untuk menaklukkan benteng Khaibar, Rasulullah Saw bersabda kepadanya, “Sekiranya aku tidak khawatir sekelompok orang dari umatku akan berkata tentang dirimu, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berkata sesuatu tentang al-Masih (‘Isa As), niscaya akan aku katakan tentang dirimu pada hari ini suatu perkataan, yang apabila engkau melewati orang banyak tentu mereka akan mengambi tanah bekas telapak kakimu dan dari bekas air wudhumu untuk mereka jadikan sebagai obat (mengambi/ keberkahan darinya).

Akan tetapi, cukup bagimu bahwa kedudukanmu di sisiku, seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi sesudahku. Sesungguhnya engkau membayarkan utangku dan engkau berperang di atas Sunnahku. Sesungguhnya engkau kelak di akhirat adalah orang yang paling dekat denganku, sesungguhnya engkau orang pertama yang menjumpaiku di Haudh dan orang pertama yang diberi pakaian bersamaku serta orang pertama yang masuk surga bersamaku dari kalangan umatku. Sesungguhnya Syi’ahmu berada di atas mimbar-­mimbar yang terbuat dari cahaya. Dan sesungguhnya kebenaran senantiasa berada di lisanmu, hatimu, dan di hadapanmu.

Aku katakan, hadis semacam ini juga diriwayatkan di dalarn kitab Kifâyatuth Thâlib, karya al-Kanji asy-Syafi’i, Târikh Baghdâd, karya al-Khathib al-Baghdadi “Majmâ’uz Zawâ’id, dan kitab-kitab lainnya yang dikarang oleh ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Al-Khawarizimi juga meriwayatkan di dalam Manâqib-nya dalam sebuah hadis yang panjang dengan sanadnya dari Ibn ‘Abbas bahwa Jibril telah mengabarkan kepada Nabi Saw bahwa ‘Ali dan Syi’ahnya akan dibawa ke dalam surga berombongan bersama Muhammad Saw.” Al-Qunduzi al-Hanafi meriwayatkan di dalam kitabnya Yanâbi’ul Mawaddah[8] dari kitab Mawaddatul Qurbâ, karya al­-Hamdani asy-Syafi’i, dari Abu Dzar dari Nabi Saw sesungguhnya ia bersabda:

“Sesungguhnya Allah memandang bumi dari ‘Arsy­-Nya, lalu Dia memilihku dan memilih ‘Ali sebagai menantuku dengan menikahkannya dengan Fatimah al-‘Adzra al-Batul, dan Dia tidak memberikan hal itu kepada seorang pun dari nabi-nabi-Nya; Dia mengaruniakan kepadanya al-Hasan dan al-Husain dan tidak mengaruniai seorang pun yang seperti mereka berdua,” hingga pada sabdanya, “Dia memasukkan Syi’ahnya ke dalam surga; dan Dia menjadikan aku sebagai saudaranya, dan tidak ada seorang pun yang bersaudarakan sepertiku.“ Kemudian Nabi Saw bersabda, “Ayyuhannas, barang siapa ingin memadamkan kemurkaan Tuhan dan ingin amalnya diterima oleh Allah, maka hendaklah ia mencintai ‘Ali bin Abi Thalib. Sebab, sesungguhnya mencintai ‘Ali bin Abi Thalib itu menambah keimanan, dan sesungguhnya mencintainya dapat meleburkan dosa­-dosa sebagaimana api meleburkan timah.”

Al-Qunduzi al-Hanafi juga meriwayatkan di dalam kitabnya Yanâbi’ul Mawaddah, dalam bab yang sama dan juga dari kitab yang sama dari Anas dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, “Jibril telah menceritakan kepadaku, ia berkata. ‘Sesungguhnya Allah mencintai ‘Ali lebih daripada kecintaan-Nya kepada malaikat. Dan. tidak ada satu tasbih pun yang ditujukan kepada Allah kecuali Allah menciptakan darinya seorang malaikat yang memohonkan ampun kepada pecinta ‘Ali dan Syi’ahnya sampai hari kiamat. Al-Qunduzi al-Hanafi juga meriwayatkan dalam kitabnya yang sama, dalam bab yang sama dari kitab al-Firdaus dari Ummu Salamah dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, “Ali dan Syi’ahnya mereka adalah orang-orang yang beruntung pada hari kiamat.

Ibn al-Maghazali asy-Syafi’i meriwayatkan di dalam Manâqib­nya dengan sanadnya dari ‘Ali, dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, “Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk ke dalam surga tanpa dihisab,” kemudian ia menoleh kepada ‘Ali seraya bersabda, “Mereka adalah Syi’ahmu dan engkau adalah imam mereka.“ Al-Khawarizimi juga meriwayatkan hadis tersebut dalam Manâqib-nya, tetapi terdapat sedikit perbedaan dalam teks hadis tersebut, “Kemudian ‘Ali As bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw menjawab, ‘Mereka adalah Syi ‘ahmu dan engkau adalah imam mereka.”

Al-Kanji asy-Syafi’i meriwayatkan dalam kitabnya Kifâyatu ath-Thâlib” dari Jabir bin’ Abdillah, ia berkata, “Kami pemah berkumpul bersama Nabi Saw, tiba-tiba ‘Ali bin Abi Thalib datang, lalu ia bersabda, ‘Telah datang kepada kalian saudaraku,’ kemudian beliau bersabda, ‘Demi jiwaku yang berada di dalam genggaman-Nya,’ sesungguhnya orang ini (‘Ali) dan Syi ‘ahnya adalah orang-orang yang beruntung kelak pada hari kiamat. Sesungguhnya dia (‘Ali) adalah yang’ pertama kali di antara kalian yang beriman kepadaku, orang yang paling menepati janjinya dengan Allah, orang yang paling lurus dalam melaksanakan perintah Allah, orang yang paling berlaku adil di dalam memperlakukan rakyatnya. orang yang paling adif di dalam pembagian, dan orang yang paling agung di an/ara kalian di sisi Allah di dalam hal kemuliaan.

Kemudian Jabir berkata, “Dan ayat ini diturunkan berkenaan dengannya (‘Ali), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Qs. al-Bayyinah [98]:7) Dahulu, tutur Jabir lebih jauh, “Jika ‘Ali datang pada suatu tempat dan di tempat itu berkumpul para sahabat Muhammad Saw jika ‘Ali datang, maka mereka biasa mengucapkan, “Telah datang sebaik-baik makhluk.” Al-Kanji asy-Syafi’i berkata, “Demikianlah yang diriwayatkan oleh perawi hadis Syam, lbn ‘Asakir, dalam kitabnya yang dikenal dengan Târikh Ibn ‘Asakir, dengan jalur riwayat yang berbeda-beda.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Hamuyini asy-Syafi’i dalam kitabnya Farâ’idus Simthain, jilid pertama, bab ke-31; Al­Khawarizimi al-Hanafi dalam Manâqib-nya; dan selain keduanya dari kalangan tokoh-tokoh ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ibnus Shabiigh al-Maliki meriwayatkan dalam al-Fushûlul Muhimmah” dan asy-Syablanji asy-Syiifi’i di dalam Nurul Abshar’ dari lbnu ‘Abbas, ia berkata, “Ketika ayat ini turun, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Qs. al-Bayyinah [98]:7) Nabi Saw bersabda kepada ‘Ali, Engkau dan Syi’ahmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan ridha kepada Allah dan Allah pun ridha kepada mereka, sedangkan musuh-musuhmu datang dalam keadaan dimurkai dan tertengadah (tangan mereka diangkat ke dagu).”[9]

Ummu Salamah berkata, “Rasulullah Saw bersabda, “Ali dan Syi ‘ahnya adalah orang-orang yang beruntung pada hari kiamat.”  Hadis ini diriwayatkan oleh dari Kunuzûl Haqâiq, karya al-Manawi, dan dari Tadzkiratul Khawwâsh, karangan Sibth Ibn al-Jauzi, dengan sedikit perbedaan dalam teks hadisnya. Ibnu al-Maghazali asy-Syafi’i meriwayatkan dalam Manâqib-nya dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, “Aku pemah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang firman Allah Swt, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Qs. al-Bayyinah [98]:7)

Kemudian, ia bersabda, “Jibril telah berkata kepadaku bahwa mereka itu adalah ‘Ali dan Syi’ahnya. Mereka adalah orang-­orang yang paling dahulu memasuki surga, yang didekatkan kepada Allah karena kemuliaannya.” Al-Khathib juga meriwayatkan hadis tersebut dalam Târikh­nya dan Ibn Mardawaih di dalam al-Manâqib. Ibn Hajar meriwayatkan dalam Ash-Shawâ’iqul Muhriqah, ia berkata, “Ahmad meriwayatkan di dalam al-Manâqib, halaman 159, bahwa Nabi Saw bersabda kepada ‘Ali, ‘Wahai ‘Ali, apakah engkau tidak ridha bahwa engkau bersamaku di dalam surga, sedangkan al-Hasan, al-Husain, dan kelurunan kita berada di belakang punggung kita, istri-istri kita berada di belakang keturunan kita, dan Syi’ah kita berada di sebelah kanan dan kiri kita,”

Kemudian ia meriwayatkan hadis yang lain dari ad-Dailami bahwa Nabi Saw bersabda kepada ‘Ali, “Wahai ‘Ali, sesungguhnya Allah telah mengampunimu, keturunanmu, keluargamu, dan Syi’ahmu.” Ibnu Hajar juga meriwayatkan dalam Shawâ’iq-nya, ia berkata, “Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda kepada ‘Ali, “Orang yang mula-mula masuk surga adalah empat orang, yaitu: Aku, engkau, al-Hasan, dan al-Husain, sedangkan keturunan kita berada di belakang punggung kita, istri-istri kita berada di belakang keturunan kita, dan Syi ‘ah kita berada di sebelah kanan dan kiri kita.

Masih banyak lagi hadis-hadis Nabi Saw yang diriwayatkan oleh para ulama terkemuka Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam buku­buku karangan mereka dan musnad-musnad serta kitab-kitab sahih mereka, yang berisikan pujian terhadap Syi’ah ‘Ali dan Ahlulbaitnya yang telah disucikan oleh Allah dari segala dosa dan kesalahan, yang jumlahnya sangat banyak, bahkan tidak dapat dihitung.

Hujjatul Islam wal Muslimin al-‘Allamah as-Sayyid al­’Abbas al-Kasyani telah menghimpun dalam sebuah naskah (yang masih berbentuk manuskrip) sejumlah hadis Nabi Saw, yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang berisikan pujian terhadap Syi’ah. Hadis-hadis yang ia himpun dalam naskah tersebut  mencapai seratus hadis, yang semuanya diriwayatkan melalui jalur riwayat Ahlus Sunnah wal Jamaah. Aku telah melihat naskah tersebut pada perpustakaannya di Kota Suci Karbala, yaitu pada ketika aku mengunjungi tanah suci tersebut pada tahun 1370 Hijriah. Aku kira naskah tersebut masih dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan) bersama naskah-naskah yang lain yang jumlahnya sangat banyak.

Aku memohon kepada Allah Yang Mahakuasa untuk memberikan taufik kepada Maulana al-Hujjah as-Sayyid al-Kasyani dan seluruh ulama kita yang mulia dan berbakti, semoga mereka dapat mencetak dan menerbitkan kitab-kitab karangan mereka agar dengan kehadirannya dapat memberikan manfaat kepada umat Islam. Sesungguhnya Dia Mahadekat lagi Maha Mengabulkan doa hamba­hamba-Nya.

Catatan:

[1] . Lihat, Ibnu Khaldun, Muqaddimah, hal. 130.
[2] . Lihat, Khuthathu Syâm, jilid 5, hal. 156.
[3] . Lihat, Ibn Hajar al-Haitsami, ash-­Shawâ’iqul Muhriqah, hal. 128.
[4] . Aku katakan. segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Ibn !::!ajar mengucapkan kata-kata yang benar. Sebab, kebenaran itu memang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripadanya. Oi dalam hat ini. hendaklah kita menanyakan kepada orang nawashib dan pendusta ini (Ibn tlajar) tentang orang yang bel1epas diri dari ‘ali a.s. dan melaknatnya, apakah dia buka tuannya, yailu Mu’awfyah Ath- Thagh;yah (orang yang zalim) dan yang mengikuti jalannya? Mu’awiyah adalah orang yang membuat ketetapan yang buruk, yaitu pelaknatan terhadap pemuka para washiyy (Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib a.s.) di alas tujuh puluh ribu mimbar, sebagaimana yang dlrlwayatkan oleh para sejarawan.
[5] . Lihat, al-Hakim, Syawâhidut Tanzil.
[6] . Lihat,  Farii’idus Simthain, jilid 1, bab ke- 31.
[7] . Lihat, Manâqib, hal. 118.
[8] . Lihat, Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanâbi’ul Mawaddah  bab 56.
[9] . Lihat, asy-Syablanji asy-Syiifi’i, Nurul Abshâr’, hal. 102. 

(Aktor Iran Amin Zendegani dalam film Kingdom of Solomon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar