Label

Kamis, 18 September 2014

Tony Blair –Penjahat Kemanusiaan


Invasi militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, terutama Inggris terhadap Irak adalah pelanggaran hak asasi manusia. Uskup Agung Afrika Selatan, Desmond Tutu, mengatakan demikian. Dia mendesak pengadilan tindak pidana hak asasi internasional (ICC) untuk mengungkap kejahatan HAM tersebut.

''George Bush dan Tony Blair telah melakukan kejahatan perang terhadap Irak,'' tulis Desmond di surat kabar Inggris The Observer, seperti dikutip The Associated Press, hari ini. Aktivis Apertheid ini menuliskan, kedua pemimpin negara adidaya itu telah melakukan kebohongan publik, dengan menyiarkan senjata pemusnah massal dan pembunuhan massal sebagai alasan invansi militer pada 2003 itu.

Menurut dia, kestabilan politik internasional dan keamanan di Kawasan Timur Tengah tidaklah akan terusik apabila AS dan sekutunya tidak turut campur di sana. Lebih jauh dia menganalisa penggulingan Saddam Hussein oleh kelompok digdaya itu adalah pemantik kerusuhan di kawasan hingga sekarang, dan memaksa Iran untuk terlibat.

''Bush dan Blair telah mendorong manusia ke tepi jurang peperangan,'' ujar peraih Nobel Perdamaian 1984 ini. Desmond mengaku kecewa terhadap penegakan hukum di internasional, yang dianggap tidak adil dalam memperlakukan penjahat kemanusian lainnya.

Dia mempertanyakan pengadilan di Den Haag hanya terkonsentrasi terhadap pelanggar HAM di Asia dan Afrika, namun tidak 'membuka mata' terhadap kejahatan kemanusian yang dimotori oleh AS bersama sekutu di tempat lain. Dia menjelaskan, hingga sekarang 16 kasus kejahatan HAM yang diseret ke ICC. Di antaranya, yang menyeret pemimpin pemberontak dari Republik Demokratik Kongo (DRC), Thomas Lubanga (divonis 14 tahun penjara), dan penjahat perang Serbia Ratko Mladic.

Teolog asal Afrika Selatan itu menegaskan, mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan mantan Presiden AS George W Bush harus diajukan ke Mahkamah Kejahatan Internasional di Den Haag, Belanda, atas keterlibatan mereka dalam perang Irak.

Peraih Nobel Perdamaian tahun 1984 itu mengatakan Blair dan Bush harus diadili karena telah mengakibatkan korban tewas yang cukup besar sejak operasi militer dilakukan di Irak pada tahun 2003 lalu. "Intinya adalah bahwa Bush dan Blair seharusnya tidak membiarkan diri mereka melakukan sesuatu hingga pada titik yang tidak bermoral," tegas Tutu, sebagaimana diberitakan BBC, hari ini.

Tutu menyebut mantan dua kepala pemerintah negara besar tersebut berbohong mengenai keberadaan senjata pemusnah massal yang terdapat di Irak.

Kebijakan militer yang diambil kedua kepala pemerintah tersebut dengan menempatkan pasukan NATO untuk menginvasi Irak, menurut Tutu, tidak membuat kondisi dunia menjadi stabil. Kondisi dunia, lanjut tutu, justru lebih buruk dari dampak seluruh konflik yang pernah terjadi.

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair menolak tuduhan Uskup Agung Desmond Tutu yang menyebut dirinya dan mantan Presiden AS, George W Bush, bersalah dalam perang Irak. Ia bahkan menyebut sikap Uskup Tutu yang mempertanyakan moralitas dibalik aksi militer menggulingkan rezim Saddam Husein sebagai sesuatu yang aneh.

"Mengatakan fakta bahwa pembantaian Saddam Hussein terhadap ratusan ribu warganya tidak relevan dengan tindakan moral untuk melengserkan pemimpin Irak itu adalah sesuatu yang aneh," Sindir Blair kepada peraih nobel perdamaian 1984 itu, sebagaiamana dikutip BBC, hari ini.

Blair mengaku peristiwa pembantaian di Halabja, dimana ribuan orang dibunuh dalam satu hari dengan menggunakan senjata kimia masih terus terngiang dikepalanya hingga saat ini.

"Selain itu pembantaian yang dilakukan Saddam terhadap lawan-lawan politik, warga Marsh serta penyiksaan secara sistematis yang ia lakukan terhadap rakyatnya adalah alasan moral yang cukup (untuk mengambil tindakan)," tegas Blair.

"Singkatnya ini adalah argumen yang sama yang telah kita ungkapkan berkali-kali dimana tidak terdapat hal baru untuk dikatakan. Namun tentunya dalam demokrasi yang sehat orang-orang bebas untuk bersikap tidak setuju," Blair menambahkan.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang Uskup Agung Desmon Tutu mendesak agar Blair dan mantan pemimpin Amerika Serikat (AS) George W. Bush untuk segera didakwa di Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Menurut Tutu jumlah korban tewas akibat perang Irak yang dimulai sejak 2003 lalu adalah dasar untuk membawa kedua pemimpin dunia itu bertanggung jawab atas perbuatan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar