Label

Kamis, 15 Mei 2014

Lingkaran Kehidupan




Oleh Neale Donald Walsch

Sepanjang kehidupan saya, saya diajarkan hidup dalam ketakutan. Ketakutan ini telah menguasai banyak pengalaman saya. Saya diajarkan untuk takut sewaktu masih anak-anak. Saya diajarkan untuk takut oleh orang tua saya dan orang lain dalam lingkungan saya. Saya belajar untuk takut pada hal-hal yang orang tua saya takuti. Saya belajar untuk takut pada hal-hal yang keluarga saya takuti. Saya belajar untuk takut pada hal-hal yang orang-orang di sekitar saya dan dalam budaya saya dan di negara saya takuti. Saya menjadi ketakutan terhadap hal-hal yang saya punya alasan langsung untuk takut atau tidak terhadapnya. Alasan ketakutan saya adalah karena orang lain takut akan hal tersebut. Saya berasumsi bahwa jika mereka takut saya harus takut pada mereka juga.

Saat saya tumbuh dewasa saya mulai memisahkan diri dari perasaan orang-orang di sekitar saya karena saya bisa melihat alasan bahwa mereka menjalani hidup mereka sendiri dan saya tidak ingin memiliki dampak yang sama pada kehidupan saya. Saya memutuskan diri saya tidak mengakui pengalaman orang lain selain pengalaman saya sendiri. Transformasi terhadap pengalaman kehidupan pribadi saya ini memperoleh lompatan kuantum setelah saya menerima percakapan saya dengan Tuhan. Dalam percakapan tersebut saya diberitahu bahwa semua pengalaman kehidupan saya adalah disebabkan dari salah satu dari dua tempat berada: cinta atau rasa takut. Saya memutuskan untuk melihat apakah hal ini merupakan kebenaran. Saya membuat sebuah eksperimen besar. Saya memutuskan untuk melihat apakah saya bisa mengalihkan perasaan saya dari rasa takut untuk menjadi mencintai segalanya.

Saya memilih subjek seorang wanita yang sebelumnya sangat saya takuti. Saya tidak takut padanya dalam arti fisik, saya takut padanya secara psikologis. Dia memegang posisi penting di masyarakat di mana saya tinggal dan di ruang di mana saya berinteraksi sehari-hari, dan sepertinya saya menganggap bahwa dia memiliki kekuasaan besar atas hidup saya. Dia memiliki kemampuan untuk mengendalikan hasil dalam hidup saya, atau setidaknya memberikan dampak pada diri saya secara negatif. Saya takut pada pendapatnya tentang saya. Saya takut terhadap pemikirannya tentang saya. Saya takut terhadap keputusan tentang saya. Saya takut apa yang dia akan memberitahukan pada orang lain tentang saya.

Saya memutuskan untuk melihat apakah saya bisa mengalihkan perasaan saya tentang orang ini dari rasa takut menjadi mencintai. Sebagai hasil dari keputusan saya untuk melakukan ini saya menemukan diri saya jauh lebih hati-hati dalam mendengarkan apa yang dikatakan orang ini dalam percakapan sehari-hari. Saya menemukan diri saya mengamati lebih dekat apa yang orang ini lakukan sehari-hari. Saya berusaha mengalami orang ini dengan persepsi  yang baru, dan menatapnya dengan mata yang baru.

Saya menjadi sadar ketika saya melakukan percobaan ini bahwa saya selama ini telah menutup mata tentang keindahan dirinya dengan banyak selubung ilusi tentang dirinya. Setelah saya mampu melihatnya sebagai siapa dirinya sebenarnya bukan apa yang saya bayangkan tentang dia dalam pandangan saya sendiri yang terbatas, ia berubah secara ajaib tepat di depan mata saya. Tentu saja, tidak ada yang berubah tentang dirinya, hanya sudut pandang saya tentang dirinya yang telah berubah. Saya mulai mengubah cara saya berinteraksi dengannya. Getaran saya sendiri bergeser di sekelilingnya. Hasilnya adalah luar biasa. Dia, pada gilirannya, juga menggeser getaran-nya di sekitar saya. Dia mulai merasakan bahwa kecemasan saya tentang dia entah bagaimana menghilang. Kecemasannya terhadap saya, karena itu, menghilang juga. Kami mulai melihat satu sama lain dengan cara yang kita belum pernah melihat sebelumnya.

Saya menemukan pengalaman ini menjadi sangat transformatif.  Kami berdua sekarang adalah teman yang  sangat baik. Kami melihat diri kami sebagai rekan kerja dan kolaborator. Kami tidak lagi takut satu sama lain. Tidak ada yang perlu ditakuti lagi, saya sebelumnya telah membayangkan bahwa ketakutan itu ada, dan telah ditempatkan di sana oleh imajinasi saya. Ini adalah eksperimen yang mengagumkan bagi saya karena telah memberi saya pengalaman langsung dari kekuatan kebenaran bahwa semua hasil dalam hidup saya berasal dari dua tempat yaitu cinta atau ketakutan. Saya berpikir, bagaimana kalau saya menggeser pandangan saya dari rasa takut menjadi mencintai berkenaan dengan segala sesuatu dalam hidup saya? Saya memutuskan untuk memperluas eksperimen saya. Tapi pertama-tama saya harus melihat bagaimana saya bisa beralih dari rasa takut menjadi mengasihi sehubungan dengan orang, tempat atau barang tertentu.

Ketika saya menjelajahi pertanyaan ini, saya menyadari bahwa langkah pertama dalam mengubah pandangan saya dari tempat ketakutan menuju ruang cinta adalah untuk melihat bahwa kedua ruang tersebut adalah satu dan ruang yang sama, hanya dialami di berbagai tingkat getaran yang berbeda. Mari saya jelaskan. Pertimbangkan panas dan dingin. Jika kita tidak hati-hati kita bisa membayangkan bahwa panas dan dingin adalah dua hal yang berbeda. Kita bisa mengatakan mereka sebagai hal berlawanan. Dan, dalam pengertian relatif manusia normal, akan menganggap bahwa definisi tersebut benar. Tapi sebenarnya, dingin dan panas adalah hal yang sama yang mengalami derajat yang berbeda. Kita berbicara tentang kondisi yang disebut suhu. Kondisi ini bisa dialami dengan berbagai cara tergantung pada “getaran”nya.  “Dingin” adalah kondisi suhu pada getaran tertentu. “Panas” adalah merupakan pengalaman suhu pada getaran yang sama sekali berbeda. Tidak ada yang berubah kecuali getaran itu sendiri. Semakin tinggi getaran, semakin hangat pengalaman dari hal yang disebut suhu.

Demikian juga, dengan hal yang disebut Kehidupan. Mengalaminya pada tingkat getaran tertentu, Kehidupan akan  memunculkan diri dalam bentuk ketakutan. Mengalami di tingkat getaran yang lebih tinggi, Kehidupan memunculkan diri sebagai cinta. Kehidupan itu sendiri adalah satu hal. Ini bukanlah dua hal yang terpisah, tapi satu hal saja. Namun kita mengalami hal yang satu ini berbeda dari waktu ke waktu tergantung pada tingkat di mana kita mengungkapkannya. Sekarang hal yang indah tentang kehidupan adalah bahwa kita mampu mengendalikan mekanisme dimana kita memutuskan tingkat apa yang kita alami. Kita bisa memutar tombol “seakan” atas keinginan kita sendiri. Kita bisa juga memilih suhu “emosional” atas keinginan kita . Kita melakukan hal ini melalui mekanisme pemikiran, kata dan tindakan – tiga alat penciptaan.

Ketika saya berpikir dengan cara yang penuh kasih dan mengatakan hal-hal yang penuh kasih dan melakukan apa yang dilakukan cinta, saya benar-benar menggeser getaran di sekitar orang, tempat atau benda tertentu. Saya mengubah persepsi saya dan karena itu mengubah pengalaman saya dengan orang , tempat atau benda tersebut. Oleh karena itu, telah dikatakan bahwa setiap orang adalah dicintai. Dan jika semua orang mengasihi semua orang dan melakukan hal-hal yang penuh kasih kepada semua orang – yaitu, jika kita semua saling mencintai – setiap kondisi negatif di planet ini akan disembuhkan. Tidak akan ada saling membunuh. Tidak akan ada yang saling merusak, melukai atau membinasakan orang lain. Tak seorang pun akan menahan yang lain. Dan tidak akan ada orang yang berdiri dalam ketakutan satu sama lain, atau melakukan hal-hal yang membuat ketakutan.

Yang harus kita lakukan, kemudian, adalah menempatkan diri dalam ruang yang berbeda pada kontinum kehidupan. Kehidupan adalah sebuah kontinum.   Ini adalah sebuah lingkaran, bukan garis lurus dengan awal dan akhir. Lingkaran kehidupan ini bergerak dari apa yang kita sebut rasa takut dengan apa yang kita sebut cinta dalam satu aliran yang kontinu. Ini bukan garis lurus dengan ketakutan di satu ujung dan cinta pada ujung yang lain. Ini adalah realitas melingkar yang mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain dalam gerakan yang berkesinambungan dan semua hal yang sama. Ketika kita melihat bahwa rasa takut dan cinta adalah hal yang sama yang dinyatakan dalam berbagai tingkat kesadaran, atau getaran, kita kemudian akan memahami bahwa baik dan buruk juga adalah sebagai hal yang sama yang dialami pada berbagai tingkat kesadaran, atau getaran yang berbeda. Hal ini memungkinkan kita untuk lebih dalam memahami pernyataan yang dibuat dalam Conversations with God bahwa “Hitler masuk surga.”

Ketika kita pertama kali mendengar pernyataan seperti itu, kita kemudian bertanya-tanya bagaimana hal seperti itu mungkin. Hanya ketika kita melihat bahwa semua kehidupan adalah sebuah kontinum, dan bahwa tidak ada satu hal yang terpisah dari hal-hal lain, kita bisa memahami pernyataan mendalam tentang Hakikat Kehidupan ini.

Masters adalah mereka yang memahami hal-hal seperti itu. Oleh karena itu mereka tidak menghakimi, dan tidak mengutuk. Bagi Master, pernyataan “Hitler masuk surga” akan jelas. Master akan berkata, tentu saja Hitler akan masuk surga. Kemana lagi ia akan pergi? Di mana lagi? Namun, bahkan jika surga bisa dialami dengan cara yang kejam. Itu semua akan tergantung pada persepsi dari esensi hidup individual saat bergerak melalui pengalaman tersebut. Tidak ada pemahaman yang lebih jelas dijelaskan dalam istilah yang sederhana daripada di sebuah film yang indah berjudul What Dreams May Come, yang diproduksi oleh Stephen Simon dan Barnet Bain dan dibintangi oleh Robin Williams.  Film ini, dirilis beberapa tahun yang lalu, dan telah menjadi film klasik. Jika Anda belum melihatnya, cobalah untuk menontonnya. Film ini menunjukkan sebuah kebenaran besar. Kebenaran bahwa neraka itu tidak ada, kecuali sebagai fungsi dan ciptaan dari pikiran kita sendiri. Ini adalah tempat dari mana kita dapat menciptakan diri kita pada saat itu, dengan menggeser persepsi kita dan mengubah sudut pandang kita.

Dengan kata lain, ketika kita mengubah pemikiran kita, neraka menjadi surga dan surga akan menjadi Semua yang Ada. Dalam pengalaman manusia hanya ada dua pikiran penyebab: cinta dan rasa takut.  Dalam kehidupan saya sendiri, pesan yang telah diberikan kepada saya dalam conversations with God, sangat transformatif.  Pesan ini telah mengubah segalanya. Dan saya berterima kasih pada kebenaran yang sederhana ini yang membuat terjadinya pergeseran dalam diri saya. Hanya jika saya terjatuh kembali ke dalam getaran rasa takut ini, realitas eksternal dan internal saya  akan menjadi lebih kecil sekali lagi, mereduksi diri saya ke sebuah bayang-bayang diri sejati saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar